Konten dari Pengguna

Berwisata dan Beribadah di Hari Senja

Wiena Amalia Salsabilla
Fresh Graduate Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran
27 April 2022 17:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wiena Amalia Salsabilla tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Emaki Al-Ma’soem wisata taddabur alam di Lembang, Jawa Barat. Tempat wisata ini dibuka setiap hari dengan harga tiket 10-15ribu.
zoom-in-whitePerbesar
Emaki Al-Ma’soem wisata taddabur alam di Lembang, Jawa Barat. Tempat wisata ini dibuka setiap hari dengan harga tiket 10-15ribu.
ADVERTISEMENT
Jalan-jalan, liburan, holiday, atau healing-bahasa yang sedang trend akhir-akhir ini- menjadi keinginan orang-orang untuk melepas penat dari kegiatan sehari-hari yang melelahkan.
ADVERTISEMENT
Dari kerjaan yang menumpuk, tugas yang mendekati deadline sampai baju dan piring yang menunggu dibersihkan.
Kehiruk-pikukan itu membuat tanggal merah, akhir pekan, dan waktu luang menjadi saat yang dinantikan. Tidak hanya oleh mereka yang punya kesibukan, tetapi juga bagi mereka yang memang butuh liburan tidak peduli ada atau tidaknya kesibukan.
Salah satunya, lansia.
Sayang, bertambahnya usia membuat mereka tidak seleluasa anak muda dalam mengunjungi tempat wisata.
Belum lagi “tuntutan” yang terbentuk di masyarakat bahwa sebaiknya lansia menghabiskan lebih banyak waktu untuk beribadah di hari senjanya.
Bukan hal yang salah memang. Hanya saja, beribadah dan berlibur adalah milik semua orang, tidak terkecuali lansia.
Dalam mewujudkan keselarasan antara berlibur dan beribadah itu, salah satu tempat wisata di Jawa Barat hadir bagi para orang tua yang hendak berwisata sembari mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa.
ADVERTISEMENT
Emaki Al-Ma’soem namanya.
Pesantren Kilat Lansia Emaki Al-Ma’soem yang diselenggarakan setiap bulannya.
Tempat wisata yang berlokasi di Desa Cibogo, Lembang, Kabupaten Bandung Barat ini adalah wisata tadabur alam yang didalamnya menyediakan pesantren khusus lansia berusia 50 tahun ke atas.
Sandi Wahyudi Sales Marketing Emaki Al-Ma’soem menceritakan bahwa sebelumnya, pesantren dengan nama yang diambil dari bahasa Sunda ini adalah singkatan Emak dan Aki yang berarti Nenek dan Kakek.
Tempat ini dibangun pada 2017 dan mulai dibuka bagi para santri-sebutan untuk lansia yang menuntut ilmu di sini- pada 2019. Namun memasuki tahun 2020, Emaki Al-Ma’soem sempat ditutup sementara akibat adanya pandemi Covid-19.
Di tengah kondisi pandemi yang masih belum baik itu, Sandi mengatakan, mau tidak mau operasional tetap harus tertutupi.
“Jadi owner mencoba untuk membuat fasilitas-fasilitas (wisata) yang memang tadinya ini untuk cucu-cucunya atau anak-anaknya yang memang mau menjenguk orang tuanya yang sedang pesantren di sini,” ujar Sandi.
ADVERTISEMENT
Sandi menambahkan, dibukanya fasilitas-fasilitas seperti playground, mini zoo, dan panahan untuk umum sebagai tempat wisata ternyata mendapat respons yang baik dari masyarakat sekitar.
Panahan, salah satu fasilitas wisata di Emaki Al-Ma’soem.
Berbeda dengan pesantren yang umumnya didirikan untuk anak-anak, tentu bukan tanpa alasan sang owner membangun pesantren yang didedikasikan untuk para lansia ini.
“Jadi memang betul-betul orang tua yang ingin mencoba belajar mengaji, belajar mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa, di sini lah tempatnya. Kadang kan kalau orang tua, kalau belajar ngaji di masjid suka malu, susah. Kalau di sini kan kalau dengan sepuh-sepuh lagi ada teman, belajarnya jadi lebih nyaman,” tutur Sandi.
Metode pembelajaran yang diterapkan untuk anak-anak dengan lansia pun tentu berbeda. Untuk lansia, Sandi mengaku bahwa jadwal kegiatan pada akhirnya dikembalikan pada keinginan para santri sepuh ini.
ADVERTISEMENT
“Dibalikan lagi ke para santri keinginannya seperti apa. Yang pasti untuk program sanlat (pesantren kilat), kita sudah siapkan dari mulai materi dan praktiknya. Kadang kan kalau sepuh dengan kegiatan dari mulai jam tiga pagi sampai menjelang tidur lagi sekitar jam sembilan, rasanya agak terlalu padat, ya. Jadi kita kembalikan lagi kepada santrinya,” tambah Sandi.
Yana Mulyana, pengajar di sini turut menjelaskan metode pembelajaran bagi para sepuh ini. Ia berujar, selain diberikan materi, santri juga diajak berolahraga seperti berpanah atau berjalan-jalan di sekitar pesantren.
Pria yang kerap dipanggil Ustadz ini menjelaskan tiga materi pokok yang diberikan pada para santri.
“Yang akan dikasih adalah fiqih, tauhid, dan tahsin. Kalau materi banyak, contoh seperti tata cara wudu khususnya hadas kecil, hadas besar, dan juga sampai menjelang sampai mana orang itu menyadari bahwa kita itu akan mati. Nah, itu contohnya tashfiyah tata cara dari mulai fardhu kifayah,” papar Yana.
ADVERTISEMENT
Tak dapat dipungkiri, selama mengajar, Yana mengaku para santri sepuh ini terkadang rewel. Kendati demikian, Yana mengambil itu sebagai pelajaran untuk memahami para orang tua.
“Para lansia bapak-bapak dan ibu-ibu, khususnya yang sepuh, itu beda-beda. Kebetulan saya sudah banyak ilmu dari orang tua terutama saya mengkaji untuk diri saya pribadi adalah tentang adab dan akhlak. Orang tua sampai sebegitunya ingin tahu tentang pemahaman ilmu, ada yang rewel, ada yang ingin dipijit, ada yang ingin dibantu naik tangga. Nah, itu lah. Saling membantu, menghormati orang tua, memuliakan orang tua,”
Kendati demikian, Emaki Al-Ma’soem memiliki fasilitas-fasilitas lain yang dapat dinikmati bukan hanya oleh sepuh saja.
Fasilitas seperti camping ground, playground, mini zoo, waterpark, panahan, bersepeda, café dan resto, villa, bahkan hotel terbuka bagi siapapun yang hendak datang ke mari.
Sepeda dan Waterpark sebagai bagian dari fasilitas wisata di Emaki Al-Ma’soem.
Pengunjung dapat mendatangi tempat wisata ini pada Senin-Jumat sejak pukul 07.00-18.00 WIB dengan merogoh biaya sebesar 10 ribu rupiah dan 15 ribu rupiah pada Sabtu dan Minggu pukul 07.00-20.00 WIB.
ADVERTISEMENT
Berdirinya salah satu tempat wisata tadabur alam ini menunjukkan bahwa beribadah dan berwisata merupakan bagian dari kehidupan manusia.
Beribadah adalah kewajiban bagi siapapun sampai ia menutup mata. Dan sejatinya, berwisata tidak lah mengenal usia. Siapapun boleh melakukannya.
Yang terpenting adalah, baik saat berwisata atau melakukan hal lainnya, manusia tidak melupakan Sang Maha Kuasa.