Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Pahami Diri Melalui Buku You Do You
25 Juli 2021 7:53 WIB
·
waktu baca 1 menitTulisan dari Agatha Intan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Apakah Anda berumur 20-30 tahun? Apakah Anda sedang membutuhkan pencerahan dalam hidup? Apakah Anda ingin mengubah diri tanpa usaha yang berarti? Mungkin buku best seller karya Fellexandro Ruby dapat menjadi jawabannya.
ADVERTISEMENT
Tempo hari ketika saya sedang mencari referensi e-book untuk dibaca, buku berjudul “You Do You: Discovering Life through Experiments and Self-Awareness” muncul dan menarik perhatian saya. Buku ini terbagi dalam 5 bab yaitu Bertemu dengan Diri Sendiri, Bertemu dengan Ikigai, Designing Your Life, Building Your New Net Worth, dan Principles. Cukup sehari saya menyelesaikan buku dengan tebal 239 halaman ini.
Ilustrasi dalam beragam warna, bahasa yang digunakan sederhana, dan kehadiran QR Code pada setiap akhir bab yang berisi tautan referensi mampu menjadi daya tarik bagi pembaca generasi Y dan Z. Ketika membaca buku ini, saya tidak merasa sedang membaca deret kalimat yang membosankan. Justru lebih terasa seperti seorang kakak memberikan wejangan untuk adiknya atau seorang teman mengajak makan siang lalu bercerita tentang kehidupannya yang menginspirasi. Cocok dengan keseharian penulis yang juga aktif dalam Podcast Thirty Days of Lunch yang digemari kawula muda.
ADVERTISEMENT
Saya terkagum-kagum dengan cara penulis serealistis mungkin membagikan hasil riset internasional, pengalaman pribadi, dan pengalaman orang terdekat agar pembaca lebih rasional dalam memahami dan mengembangkan dirinya.
Penulis menekankan bahwa buku ini bukan untuk memotivasi, tapi membukakan pikiran pembaca dengan realitas yang ada, berbagi pengalaman, mengajak pembaca mengenal diri sendiri, dan membantu menentukan arah hidup sendiri.
Ruby panggilan akrab penulis yang menempuh pendidikan master di Sydney ini, membagikan kisah hidupnya yang sudah 13 tahun berkarier dalam lebih dari 9 profesi. Mulai dari menjadi sales, petugas lelang, operator alat berat, travel blogger, food photographer, penyanyi, social media manager, product manager, F&B consultant, F&B influencer, sampai pengusaha.
Kalau dalam bukunya dia menyebutkan Leonardo da Vinci dan dokter Tompi adalah seorang multipotentialite, maka saya sebagai pembaca dengan senang hati melabeli Fellexandro Ruby sebagai seorang multipotentialite juga. Bagaimana tidak? Jika kini dia adalah seorang penulis, pengusaha, investor, kreator konten di Instagram, Podcast, dan YouTube dalam waktu yang bersamaan.
ADVERTISEMENT
Seorang multipotentialite adalah seseorang yang mampu mengombinasikan dua hal atau lebih, mampu menyesuaikan diri dengan berbagai role yang berbeda dalam situasi yang berbeda, dan mampu menyerap ilmu baru dengan cepat.
Prinsip yang Menyita Perhatian
Penulis yang juga founder dari Wanderbites Studio dan co-founder dari MentorGue ini, mengenalkan saya pada prinsip Ikigai. Sebelumnya saya tidak mengenal Ikigai, tapi sekarang saya harus mulai menjalin kedekatan dengan Ikigai. Hal ini karena nampaknya prinsip Ikigai dibutuhkan untuk memahami diri agar semakin sadar diri. Walaupun memang harus rajin dipraktikkan bagai peribahasa sehari sehelai benang, setahun selembar kain.
Ikigai berarti the purpose of life atau tujuan hidup. Sebuah prinsip hidup yang digunakan orang Jepang berupa kebahagiaan kecil dalam keseharian yang dalam jangka panjang akan membuat hidup lebih bermakna. Ikigai biasanya digambarkan dengan diagram venn. Terdiri dari what you love, what you are good at, what you can be paid for, dan what the world needs.
Ruby menyarankan pembaca dapat memulai dari salah satu lingkaran yang mana pun, lalu perlahan tapi pasti mengisi lingkaran yang belum lengkap. Jika Ruby berangkat dari lingkaran what you can be paid for dan berakhir menemukan what you love dan what you are good at, kalau saya menyarankan untuk memulai mencari tujuan hidup dengan lingkaran what you are good at. Hal ini karena semua manusia terlahir dengan bakat masing-masing. Selalu terbuka terhadap kritikan dan penilaian orang terhadap diri sendiri, niscaya akan membuka potensi diri yang belum tergali. Kritik yang membangun tidak hanya diharapkan, tetapi juga dicari. Dengan bantuan kacamata orang lain maka akan lebih mudah untuk menemukan kelebihan yang kita miliki.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya lingkaran what you love. Setelah tahu bakat yang dimiliki, kemudian muncul pertanyaan “Apakah hal yang saya kuasai adalah hal yang saya minati?” Jawaban seharusnya adalah ya, karena apa yang dikuasai dan diminati tersebut menjadi definisi dari passion. Passion adalah kesatuan antara bakat, tekad, dan work hard yang menghasilkan seseorang hebat dalam bidangnya. Semakin hebat semakin bermartabat.
Saya sepakat dengan pemikiran penulis tentang “Passion baru bisa memberikan kita makan kalau sudah diproses, diasah, dan ditajamkan dengan waktu dan usaha sehingga menjadi skill yang berharga. Kalau kita punya perusahaan, apakah mau mempekerjakan orang yang passionate tapi skill-nya biasa aja?”.
Sejalan dengan lingkaran selanjutnya yaitu what you can be paid for. Muncul pertanyaan “Apakah hal yang saya kuasai dan minati layak mendapatkan apresiasi berupa bayaran?” Pembaca diajak untuk semakin merenung untuk menjawab pertanyaan ini. Hal ini karena tidak semua bakat dan minat yang kita tekuni menghasilkan uang. Sebut saja Mawar yang dalam 8 tahun terakhir, hanya memiliki satu bakat dalam suara dan minat untuk memandu acara. Walaupun tidak semuanya ada bayarannya, setidaknya Mawar sudah cukup senang diapresiasi dan dapat membantu instansi dengan potensi yang dia miliki. Pekerjaan yang paling menyenangkan adalah hobi yang dibayar.
ADVERTISEMENT
Lingkaran terakhir adalah what the world needs. Muncul pertanyaan “Apakah yang dunia butuhkan saat ini?” atau “Apakah dunia pekerjaan yang saya geluti membutuhkan seseorang dengan bakat dan minat seperti yang saya miliki?” Bahkan membayar potensi ini dan mendukung untuk mengembangkan diri menjadi lebih profesional? Nah, lingkaran terakhir ini menjadi konsumsi pribadi para pembaca untuk benar-benar merasa hidup bermakna selaras dengan Ikigai.
Akhir kata, saya merekomendasikan buku “You Do You: Discovering Life through Experiments and Self-Awareness” karya Fellexandro Ruby untuk dibaca, dipahami, dan dipraktikkan khususnya bagi generasi millennial dan iGeneration.