Konten dari Pengguna

Pianis Michelle Wijaya Konser Piano Tunggal untuk Amal Kemanusiaan Korban Bom Surabaya

10 Juni 2018 0:14 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari wijaya kusnaryanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pianis Michelle Wijaya Konser Piano Tunggal untuk Amal Kemanusiaan Korban Bom Surabaya
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
JAKARTA – Michelle Wijaya boleh saja baru berusia 14 tahun tapi ia telah membawa nama Indonesia di kancah musik klasik internasional dan memukau penonton di Opera House Sydney. Gadis muda ini mantap berkarir sebagai pianis untuk menyambut masa depannya nanti. Banyak musisi bermimpi untuk bisa tampil di panggung internasional. Tapi tak semua bisa mewujudkannya, dan usia muda terbukti bukan halangan untuk menggapainya.
ADVERTISEMENT
Pada pagelaran kali ini berlangsung di Morning Star Academy, sebagai konser amal kemanusiaan yang ditujukan sebagai solidaritas atas korban tragedi bom Surabaya, konser digelar di Jakarta, Sabtu (9/6/2018). Memainkan karya Jaya Suprana yang berjudul “Fragmen” dengan berbagai variasi nada, serta Hill The World karya Michael Jackson di penghujung pertunjukan, Michelle memukau para hadirin.
“Alumnus Jaya Suprana Music School and performing Arts’ di Jakarta Utara, sejak tahun 2012. Sejak terpilih sebagai murid ‘master class’ di bawah bimbingan langsung Pak Jaya di tahun 2014, Michelle menunjukkan prestasi yang cukup pesat dan lebih percaya diri,” tutur Christian Heru Manajer Michelle. Hal senada juga diutarakan sang pianis muda sendiri.
“Sejak konser/resital saya yang pertama di ‘Jaya Suprana Music School and Performing Art’ di tahun 2015, pak Jaya Suprana sudah merencanakan untuk tampil di Sydney Opera House sekitar April 2016. Dengan tekun saya mengikuti arahan dan bimbingan beliau.”
ADVERTISEMENT
“Selain itu saya juga ikut master class dengan Prof. Rainer Maria Claas di Jerman pada Januari 2016,” ungkap gadis yang bercita-cita ingin kuliah jurusan musik klasik di Eropa ini.
Pada tahun ini juga Michelle berencana untuk kembali ke mancanegara konser tunggal di Lituania. Bagi Michelle, bermain musik adalah sarana untuk menghibur dan membuat orang senang, bukan tentang unjuk bakat apalagi mengejar perfeksionisme.
“Kita sebagai penampil harus menikmati musik kita sendiri, dan dengan itu penonton akan menikmati juga. Konsep-konsep itu sangat meneguhkan tujuan saya untuk bermain piano, dan menekuninya. Saya pernah mencoba belajar violin, dan flute sebagai selingan, tetapi masih saja saya lebih tertarik memilih bermain piano,” akunya.
Pianis Michelle Wijaya Konser Piano Tunggal untuk Amal Kemanusiaan Korban Bom Surabaya (1)
zoom-in-whitePerbesar
Cinta Musik Klasik Sejak Dini
ADVERTISEMENT
“Kami sekeluarga menyukai musik namun tidak memiliki ketrampilan memainkan alat musik, bahkan dari keluarga kakek nenek tidak ada juga, tetapi saya belajar until dapat bermain musik” ujar Michelle.
Terus bermain di luar negeri tak hanya menjadi harapan ayah ibu, sang pianis muda-pun telah menetapkan targetnya sendiri.
“Dalam 5 tahun ke depan, saya berharap bisa tampil konser lagi di Sydney ataupun di Eropa dan juga di Indonesia dengan lagu-lagu yang lebih wonderful, bahkan terpikir untuk konser khusus lagu-lagu dari Pak Jaya Suprana yang punya ciri kas tertentu perpaduan dari musik Nusantara dan Asia serta klasik Eropa,” angan Michelle. (Jay)