Konten dari Pengguna

Sejarah Indonesia Masa Pergerakan Nasional di Indonesia

Alvian Nanda Wijaya
Mahasiswa aktif Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang (UNNES)
10 November 2022 11:05 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alvian Nanda Wijaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Salah satu hasil kemerdekaan Indonesia berbentuk uang (Sumber: Pixabay.com)
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu hasil kemerdekaan Indonesia berbentuk uang (Sumber: Pixabay.com)
ADVERTISEMENT
Sejarah Indonesia Masa Pergerakan Nasional di Indonesia serta Masa Pergerakan Partai Komunis Indonesia (PKI) tahun 1920 merupakan negara yang tak lepas dari invasi negara negara yang pernah berkuasa di tanah air. Beberapa negara yang telah menginvasi dan sekaligus menjajah Indonesia yaitu, Portugis, Spanyol, Prancis, Inggris, Jepang, dan Belanda. Dari beberapa negara yang menjajah Indonesia terdapat impact dan dampak yang ditimbulkan dari peristiwa tersebut antara lain Indonesia mengalami jajahan yang membuat rakyat sengsara, kemudian pengambilan paksa sumber daya alam untuk memperkaya negara jajahan tersebut , merampas wilayah untuk memperluas jaringan , lalu juga terdapat aspek politik dan penyebaran ideologi yang menanamkan terhadap rakyat pribumi Indonesia salah satunya ideologi komunis, penyebaran agama pun juga termasuk dari tujuan dalam menginvasi sebuah negara jajahan. Pengambilan hak-hak asasi manusia juga ikut dirampas dari dampak yang ditimbulkan penjajahan.Cultuurstelsel merupakan kebijakan sistem tanam paksa yang terjadi pada masa pemerintah kolonial Hindia Belanda dibawah Gubernur Jenderal Johannes Van den Bosch (1830-1833). Secara garis besar, cultuurstelsel dilakukan dengan cara memaksa para petani untuk memberikan tanah mereka dan menanam tanaman ekspor yang laku di pasar internasional. Sistem tanam paksa ini membawa keuntungan besar di negara Belanda. Sebaliknya bagi petani di Jawa, sistem ini membuat masyarakat menderita. Waktu dan energi masyarakat terkuras untuk mengurus tanah milik pemerintah kolonial. Dari sistem tersebut juga bukan tanpa alasan Belanda membuat kebijakan seperti itu yang bertujuan untuk
ADVERTISEMENT
Mengatasi krisis keuangan dan mengisi kekosongan kas negara pihak Belanda.Kebijakan kebijakan tersebut ditujukan untuk rakyat pribumi Indonesia yang berisi kebijakan cultuurstelsel antara lain :
1. Penduduk menyediakan Sebagian dari tanahnya untuk pelaksanaan cultuurstelsel atau sistem tanam paksa
2. Tanah pertanian yang disediakan penduduk untuk pelaksanaan cultuurstelsel tidak boleh melebihi seperlima dari tanah pertanian yang dimiliki penduduk desa
3. Waktu dan pekerjaan yang diperlukan untuk menanam tanaman cultuurstelsel tidak boleh melebihi pekerjaan yang diperlukan untuk menanam padi
4. Tanah yang disediakan untuk tanaman cultuurstelsel dibebaskan dari pembayaran pajak tanah
5. Hasil tanaman yang terkait dengan pelaksanaan cultuurstelsel wajib diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda. Jika harga atau nilai hasil tanaman ditaksir melebihi pajak tanah yang harus dibayarkan oleh rakyat, kelebihannya akan dikembalikan kepada rakyat.
ADVERTISEMENT
6. Kegagalan panen yang bukan disebabkan oleh kesalahan petani, menjadi tanggungan pemerintah.
7. Penduduk desa yang bekerja di tanah-tanah untuk pelaksanaan cultuurstelsel berada di bawah pengawasan langsung para penguasa pribumi, sedangkan pegawai-pegawai Eropa melakukan pengawasan secara umum
8. Penduduk yang bukan petani, diwajibkan bekerja di perkebunan atau pabrik-pabrik milik pemerintah selama 65 hari dalam satu tahun. Dari beberapa kebijakan-kebijakan yang dibuat Belanda kaum pribumi merasakan akan siksaan dan tekanan tersebut yang kemudian memunculkan untuk memberontak dan tidak tunduk terhadap Belanda.
Sejarah Pergerakan Nasional di Indonesia dan beberapa kaum baik dari intelek maupun non menjadi satu untuk melakukan pemberontakan baik jalur kooperatif maupun gerakan radikal non kooperatif. Bentuk dari gerakan pemberontakan nasional terlihat dari ketidakpuasan serta rasa marah rakyat terhadap penjajah yang telah menginvasi Indonesia. Gerakan Perjuangan Non-Kooperatif artinya perjuangan yang sifatnya radikal atau keras dan tidak bersedia untuk bekerja sama dengan pemerintah penjajah. Kemerdekaan Indonesia yang mereka cita-citakan diusahakan sendiri, dengan jalan radikal seperti pemberontakan yang dilakukan PKI pada pemerintahan kolonial Belanda. Hal tersebut juga dilakukan terhadap penjajahan masa Jepang yang dimana rakyat melawan Jepang dengan cara mempelajari apa yang ada di dalam Jepang guna untuk melawan Jepang itu sendiri. Hal ini mereka lakukan lantaran Jepang dianggap tidak memiliki rasa kemanusiaan untuk rakyat Indonesia, sehingga menimbulkan amarah yang berujung perlawanan. Gerakan perlawanan dari non-kooperatif juga terdapat taktik berupa gerakan bawah tanah yang secara diam-diam mencuri informasi dengan menyamar atau menyelinap untuk mendapatkan informasi penting yang kemudian disiarkan melalui radio untuk setiap kalangan tahu akan informasi yang akan dilakukan sekutu terhadap rencana berikutnya yang kemudian rakyat saling bekerja sama untuk menghalau atau menggagalkan rencana tersebut. Itu dari kaum non-intelek dalam artian masyarakat pribumi biasa yang tidak mengenyam dunia pendidikan karena pada saat itu orang-orang terpelajar hanya untuk kaum pilihan dari kaum elit, priyayi, serta orang-orang yang mempunyai pengaruh besar terhadap sekutu untuk memperlancar melakukan invasi sehingga beberapa terbagi menjadi dua golongan antara kaum intelek dan non-intelek. Bentuk pemberontakan dari kaum intelek bersifat lebih terorganisir walau tetap dalam non-kooperatif yang dalam artian tidak ada ikatan dalam kerja sama antara sekutu jadi tidak ada hitam diatas putih. Perlawanan dari kaum intelek berupa organisasi yang bentuk non-kooperatif beberapa organisasi-organisasi tersebut ada juga yang bersifat radikalisme.
ADVERTISEMENT

Beberapa nama-nama organisasi dalam bentuk pergerakan nasional yang melawan penjajahan antara lain:

1.Perhimpunan Indonesia (PI) tahun 1922
Pengurus Perhimpunan Indonesia: Gunawan Mangunkusumo, Mohammad Hatta, Iwa Kusumasumantri, Sastro Mulyono, dan R.M. Sartono. Perhimpunan Indonesia (PI) mula-mula didirikan pada tahun 1908 di negara Belanda oleh para pemuda Indonesia yang sedang belajar di negeri itu. Tujuannya semula bersifat sosial.Tetapi pada tahun 1922 PI berkembang dengan tujuan yang bercorak politik dan bersifat nasional. Dalam hal ini PI memperjuangkan nasib bangsa Indonesia agar lekas memperoleh kemerdekaan.Perhimpunan Indonesia memiliki andil yang sangat penting, terutama sebagai sarana perjuangan bangsa Indonesia di luar negeri. Bahkan telah mengilhami tumbuh dan berkembangnya pergerakan nasional di tanah air.Adapun tokoh dan pimpinan Perhimpunan Indonesia itu antara lain, Moh. Hatta, R. Iwa Kusuma Sumantri, Nazir Pamuncak, Ali Sastroamijoyo dan Abdul Majid Joyodiningrat.
ADVERTISEMENT
Karena kegiatan-kegiatan PI dipandang membahayakan pemerintah Belanda, maka beberapa pemimpinnya ditangkap. Pada tahun 1927 Moh Hatta, Nazir Pamuncak, Ali Sastroamijoyo dan Abdul Majid Joyodiningrat ditangkap, Setahun kemudian diajukan ke depan pengadilan di Den Haag.Tetapi karena tidak terbukti kesalahannya, maka mereka dibebaskan. Sejak itu, setiap kegiatan Perhimpunan Indonesia selalu diawasi.
2.Partai Komunis Indonesia (PKI) tahun 1920
Tahun 1914 di Semarang berdiri sebuah organisasi yang berpaham komunis. Organisasi itu dinamakan Indische Sociaal Democratische Vereeniging atau disingkat ISDV. Pendirinya orang Belanda, antara lain, Sneevliet dan orang Indonesia Semaun.ISDV itu nampaknya kurang mendapat sambutan luas dikalangan masyarakat. Walaupun berbagai cara sudah ditempuh, tetapi tidak berhasil. Sehubungan dengan itu, maka untuk lebih menarik masyarakat maka pada tahun 1920 ISDV diganti dengan nama Partai Komunis Indonesia atau disingkat PKI.
ADVERTISEMENT
Alvian Nanda Wijaya,Mahasiswa Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang