Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Kenangan Stasiun Bondowoso Tempoe Doeloe
15 April 2017 12:58 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
Tulisan dari Wiji Nurhayat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Salah satu sarana transportasi yang menunjang perekonomian di Jawa adalah kereta api. Kereta api menjadi salah satu moda transportasi yang mampu menghubungkan sejumlah daerah. Salah satu jalur yang dibangun adalah Djember-Panaroekan melewati Bondowoso. Pembangunan jalur sepanjang 89 km tersebut dilakukan oleh perusahaan kereta api milik negara yaitu Staatsspoorwegen.
ADVERTISEMENT
Desain pembangunan awal telah direncanakan dan dilaksanakan pada tanggal 23 Juni 1893. Saat itu Staatsspoorwegen mulai berencana membangun rel kereta api dari Probolinggo ke Djember dan diteruskan hingga Panaroekan melewati Bondowoso. Pada bulan Juli 1895, rel yang membentang dari Probolinggo ke Klakah sepanjang 34 km selesai dibangun. Disusul kemudian pembangunan rel sepanjang 36 km dari Klakah ke Pasirian selesai pada tanggal 16 Mei 1896.
Lalu pada perkembangannya pada bulan Juni 1897, pembangunan rel kereta api dari Klakah ke Djember sepanjang 62 km selesai. Sedangkan sisanya yaitu pembangunan rel kereta api sepanjang 89 km dari Djember-Kalisat-Bondowoso-Panaroekan melewati Soemberkolak, Sitobundo selesai dan siap beroperasi pada tanggal 1 Oktober 1897.
Perlu diketauhi, pembangunan rel dari Djember-Kalisat-Bondowoso-Panaroekan dilakukan Staatsspoorwegen karena kawasan ini sangat penting. Moda transportasi kereta api digunakan untuk mengangkut komoditas penting seperti tembakau, kopi, beras, dan hasil perkebunan lainnya seperti teh dari Djember, Banyuwangi, Bondowoso, serta Situbondo ke Pelabuhan Panaroekan. Selanjutnya diekspor ke berbagai negara.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pembangunan jalur Djember-Kalisat-Bondowoso-Panaroekan merupakan kelanjutan dari pembangunan rel kereta api yang sudah ada yaitu jalur Bangil-Pasoeroean-Probolinggo yang beroperasi tahun 1884 dan diteruskan Probolinggo hingga Klakah tahun 1895. Bangil-Pasoeroean-Probolinggo dianggap penting bagi Petinggi Staatsspoorwegen yaitu D. Maarschalk terutama untuk mengangkut barang-barang yang akan dimuat ke kapal.
Sebagai pendukung dibangunnya rel sepanjang 89 km itu, Staatsspoorwegen juga membangun stasiun kereta api. Pembangunan stasiun kereta api dilakukan sepaket dengan pembangunan rel kereta api. Ada 5 stasiun yang dibangun oleh Staatsspoorwegen yaitu Stasiun Djember, Stasiun Kalisat, Stasiun Bondowoso, Stasiun Situbondo dan Stasiun Panaroekan. Salah satu stasiun yang sangat penting tentu saja Stasiun Bondowoso.
Stasiun Bondowoso merupakan stasiun yang bergaya Indische Empire Style. Indische Empire Style adalah suatu gaya arsitektur kolonial yang berkembang pada abad ke-18 dan ke-19, sebelum terjadinya “westernisasi” pada kota-kota di Indonesia di awal abad ke-20. Untuk gaya Indische Empire Style pada bangunan ini telah disesuaikan dengan iklim, teknologi dan bahan bangunan setempat. Gaya tersebut juga telah mengalami perubahan, karena pada abad ke-19 Kota Bondowoso makin padat, sehingga gaya Indische Empire Style yang memerlukan lahan yang luas tersebut terpaksa harus menyesuaikan diri dengan keadaan.
ADVERTISEMENT