Konten dari Pengguna

Ketika Panggung Berbicara

Wijiati Supari
Aku adakah pengikat jejak dengan karya
20 Mei 2018 2:30 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wijiati Supari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ketika Panggung Berbicara
zoom-in-whitePerbesar
Hong Kong, bagi saya adalah surga kecil bagi pekerja migran, meski tidak dipungkiri masih ada kasus-kasus kekerasan yang menimpa pekerja migran Indonesia (PMI) di tengah-tengah kemolekan negeri bekas jajahan Inggris ini.
ADVERTISEMENT
Bukan satu rahasia lagi jika di sini banyak menu pilihan untuk PMI dalam menghabiskan waktu libur. Yaitu pilihan dalam menentukan kaki mau dibawa ke mana. Mau jalan-jalan, mau belanja, mau makan-makan, naik gunung, atau mau mengembangkan bakat sesuai apa yang diinginkan juga pintu terbuka lebar.
Ketika Panggung Berbicara (1)
zoom-in-whitePerbesar
Kebebasan yang disuguhkan Hong Kong inilah yang memicu saya untuk belajar mencari celah agar bisa menyalurkan bakat di bidang seni peran. Hingga saya dipertemuakan dengan teman-teman sesama pecinta seni, lalu kami membentuk sebuah komunitas, yaitu Komunitas Teater Matahari (KoTeMa) Hong Kong. Selain bermain drama, kami juga belajar bagaimana menulis skenario dan menjadi sutradara ketika mendapat kesempatan tampil dari panggung ke panggung.
Berikut ini adalah vidio profile KoTeMa yang diabadikan oleh Bapak Andi Andreas dari Telin Hong Kong. Silakan disimak.
ADVERTISEMENT
https://youtu.be/IbN-55-Gzwc
Selama ini, KoTeMa sering tampil di acara yang digelar oleh komunitas PMI dan acara yang digelar oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Hong Kong, seperti BRI Remitance Hong Kong dan Telekomunikasi Indonesia Internasional (Telin) Hong Kong.
Melalui tulisan dan vidio di bawah ini saya ingin menunjukan kepada dunia, bahwa di dalam kesempitan waktu seorang yang biasa dikenal dengan sebutan TKW atau babu ini masih ada kesempatan untuk unjuk karya. Meski kadang harus beperang dengan rasa lelah dan rindu kepada keluarga yang menggerus kalbu.
Ketika Panggung Berbicara (2)
zoom-in-whitePerbesar
Berikut adalah vidio kami ketika manggung atas undangan BRI Remittance Hong Kong dalam acara BRI We Give You More tahun lalu di Olimpic House Causeway Bay. Dalam kesempatan tersebut KoTeMa berkesempatan berkolaborasi dengan salah satu staf BRI dari Jakarta.
ADVERTISEMENT
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=736097999927414&id=347773955426489
Dan di bawah ini juga sebuah vidio drama berjudul Indonesia Dekat di Peta, drama ini kita tampilkan di Jambore Komunitas AS 2in1 Telin Hong Kong, diabadikan oleh tim dokumentasi Telin Hong Kong. Yang menceritakan seorang ibu yang memiliki 3 oramg anak perempuan, kemudian ketiganya pergi menjadi pekerja migran di Hong Kong dan mengalami shock kultural.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1148288498589866&id=240811022670956
Vidio di bawah ini adalah vidio ketika kami memainkan drama berjudul Janin karya Ibunda Naning Pranoto.
https://m.youtube.com/watch?feature=share&v=W1Img1zho4I
Selain bermain drama, kami juga mencoba membuat film pendek bekerjasama dengan Telin Hong Kong dan Under Bridge Community, sebuah komunitas pekerja migran di Hong Kong pecinta alat musik biola yang biasanya bermarkas di bawah jembatan Caseway Bay.
ADVERTISEMENT
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1201650789920303&id=240811022670956
Dan ini juga vidio hasil karya KoTeMa yang diambil oleh Rhianti Sayda, skenario dan sutradara oleh anggota KoTeMa Ayda Idaa. Vidio yang dibuat dengan waktu yang singkat dan persiapan ala kadarnya, serta korban seadanya ini telah berhasil menyabet juara 2 lomba membuat vidio kreatif yang digelar oleh Telin Hong Kong.
Ketika Panggung Berbicara (3)
zoom-in-whitePerbesar
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1101758226576227&id=240811022670956
Masih tak ingin membuang waktu secara sia-sia, dalam vidio karya Ana Wahyuningtyas ini kami sempat bermain drama bejudul Pembuktian Terbalik (Saya Asli Pribumi), skenario dan sutradara Aydaa Idaa dimainkan oleh KoTeMa pada acara Lesehan Sastra dan Budaya Hong Kong.
https://youtu.be/yvkpm5UJSF8
Kadang ada yang bertanya, sebagai PMI di Hong Kong bisa dipastikan kami akan digerus oleh segudang kesibukan, memang benar, tetapi keterbatasan waktu itu bukan satu alasan yang tepat untuk tidak berkarya. Keinginan yang kuat, keseriusan, kerjasama, dan saling memberikan semangat untuk terus belajar dalam satu komunitas adalah kunci kita bisa terus berada di atas panggung untuk menghibur sesama.
Ketika Panggung Berbicara (4)
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
KoTeMa sendiri dalam bermain drama lebih memilih ke genre komedi yang mengangkat isu-isu pekerja migran yang sering terjadi di tengah-tengah kami, dan dalam setiap penampilan kami mengharuskan memiliki pesan khusus yang bisa disampaikan. Karena menurut kami PMI memiliki tingkat stress yang luar biasa, jadi membutuhkan hiburan agar bisa melepas lelah dan tawa dengan apa yang kami suguhkan.
Seperti dalam vidio di bawah ini misalnya, tujuan utama kami adalah menghibur PMI yang hadir.
https://youtu.be/k7_ztULvqgA
Ketika ada yang tanya lagi, bagaimana mengatasi kesulitan dalam bermain dan mendalami peran, sementara tugas kami sebagai PMI di rumah majikan memikiki jam tayang yang cukup tinggi? Jawabnya, kesulitan memang ada. keterbatasan waktu untuk latihan, pendalaman peran, dan pembagian tugas bisa diatasi dengan saling menyampaikan di grup media sosial yang kami bentuk. Dan hasilnya kesulitan di atas panggung bisa diminimalkan dengan kerjasama dan saling berinprovisasi.
Ketika Panggung Berbicara (5)
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
KoTeMa, meski telah banyak anggota telah meneruskan peerjuangan di Tanah Air, namun panggung adalah nafas kami, hidup kami, dan keindahan kami. Bahkan, ketika panggung telah berbicara, kami bisa melupa bahwa kami adalah seorang PMI yang identik dengan kain pel, sapu, dan serbet. Dan, ketika panggung telah berbicara, yang kita miliki adalah jiwa-jiwa yang bebas membahana bermain di atas indahnya alur cerita.
Tetapi, meski Hong Kong menyuguhkan aroma menyenangkan dan mengenyangkan, Indonesia tetap selalu di dada. Karena keindahan yang benar-benar indah itu sesungguhnya adalah ketika kita telah berkumpul kembali dengan keluarga tercinta dengan sejuta asa yang menjadi realita.