Konten dari Pengguna

Apakah Indonesia Emas 2045 akan Terwujud? Dan Bisakah Kita Mencapainya?

Wildan Alwi
Journalist and Photographer Enthusiast (Amatir)
5 November 2024 16:04 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wildan Alwi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
(Unsplash/WD Toro)
zoom-in-whitePerbesar
(Unsplash/WD Toro)
ADVERTISEMENT
Gagasan mengenai Indonesia Emas 2045, beberapa tahun terakhir, menjadi wacana yang terus diperbincangkan. Banyak yang menitipkan harapan kepada generasi sekarang—khususnya generasi z dan milenial—agar bisa merealisasikan ide 'Indonesia Emas'—Indonesia yang maju secara ekonomi, sosial, dan politik—di saat kemerdekaan Indonesia menginjak usia ke-100 tahun.
ADVERTISEMENT
Jika, melihat pada realitas yang sesungguhnya, Indonesia semakin mendekati tubir jurang kemunduran. Kurangnya sumber daya manusia yang terampil dan cakap menghadapi perubahan, sangat berpotensi menimbulkan terjadinya kegagapan dalam menyambut masa depan. Tentu, ini bukan sebuah argumen tak berdasar. Ada salah satu hal fundamental yang membuat Indonesia tidak bisa menciptakan sumber daya manusia yang berkompeten. Gagalnya sistem pendidikan.
Urgensi Pendidikan Mewujudkan Cita-Cita Bangsa
Dalam dasar konstitusi negara Indonesia, tertulis jelas salah satu tujuan negara, yaitu 'mencerdaskan kehidupan bangsa'. Namun, dalam praktiknya, apakah bangsa itu—dalam hal ini rakyat indonesia—sudah terpenuhi hak-nya? Dan apakah negara atau pemerintah sudah memenuhi kewajiban yang tercantum pada alinea ke-IV Pembukaan UUD 1945?.
Termuatnya perihal pendidikan dalam dasar konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia, tentunya menjadi sebuah penekanan bahwa pendidikan memiliki peranan yang sangat penting. Menurut Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2003 pasal 3:
ADVERTISEMENT
Fenomena globalisasi menuntut kita—sebagai suatu bangsa—agar dapat mempersiapkan individu yang mampu menghadapi persaingan global yang semakin ketat. Kualitas pendidikan menjadi faktor utama untuk menentukan dan menciptakan keunggulan sumber daya manusia dalam berbagai bidang. Keberhasilan negara-negara seperti Finlandia, Jepang, dan Singapura dalam mengelola sistem pendidikan, merupakan bukti nyata, bahwa negara maju berhasil diciptakan ketika tingkat pendidikan masyarakatnya tinggi.
Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator penting yang menunjukkan kualitas penduduk suatu negara. Kesadaran tinggi akan arti penting pendidikan dan penguasaan teknologi merupakan indeks kecakapan hidup dan kemandirian setiap individu dalam mengembangkan potensinya.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, pendidikan—kita semua sepakat—adalah salah satu hal fundamental untuk membangun peradaban manusia yang lebih maju. Dengan pendidikan, individu mampu berkontemplasi mengenai ide-ide bangsa dan menciptakan sebuah gagasan perubahan melalui proses berpikir kritis. Penalaran kritis yang kita dapatkan saat menempuh jenjang pendidikan akan membantu kita dalam problem solving—memecahkan berbagai permasalahan dan memberikan solusi terbaik bagi suatu bangsa.
Indonesia Emas 2045, Apakah Mungkin?
Kembali lagi pada pertanyaan di atas, "Apakah negara atau pemerintah sudah memenuhi tanggung jawabnya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa?". Jika sudah, kita tidak perlu khawatir mengenai angan-angan 'Indonesia Emas 2045', namun, jika belum, kita yang ditahbiskan sebagai 'generasi emas' harus terus bergotong-royong untuk membangun ulang pondasi bangsa ini.
ADVERTISEMENT
Apabila kita melihat kembali sejarah pergerakan nasional bangsa Indonesia pra-kemerdekaan. Sejatinya, pondasi awal bangsa ini berdiri karena hasil dari buah kontemplasi kaum terpelajar. Soetomo yang merupakan salah satu tokoh pendiri Budi Utomo—organisasi pergerakan pertama di Indonesia—berupaya membangkitkan semangat para pemuda untuk memajukan pendidikan sebagai jalan keluar agar terlepas dari kolonialisme Belanda.
Namun, saat ini pemerintah abai akan hal itu dan tidak mampu meneruskan cita-cita luhur Budi Utomo untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Banyak lembaga pemerintah saat ini yang melihat pendidikan dari kacamata bisnis dan hanya dijadikan peluang investasi ekonomi—bukan untuk mencerdaskan bangsa tetapi hanya mencari keuntungan finansial belaka.
Biaya pendidikan yang semakin mahal merepresentasikan bahwa sekolah atau perguruan tinggi bersifat ekslusif dan hanya diperuntukan kaum elit—yang mampu secara finansial. Keinginan memajukan bangsa melalui pendidikan tentunya jadi terhambat, karena biaya yang cukup tinggi tidak dapat dijangkau oleh orang yang memiliki keterbatasan secara finansial. Pada akhirnya, hal ini mengakibatkan seseorang yang ingin terbebas dari jerat kemiskinan struktural melalui jalur pendidikan, tidak bisa diwujudkan.
ADVERTISEMENT
Gagalnya pemerintah untuk menjamin seluruh rakyatnya menempuh jenjang pendidikan memperpanjang penderitaan rakyat Indonesia dari belenggu kebodohan. Kita tidak akan bisa melihat Indonesia menjadi negara maju disaat umur bangsa ini tepat 100 tahun, jika kebodohan terus dipelihara segilintir elit untuk kepentingannya sendiri.
Cita-cita 'Indonesia Emas 2045' yang dielukan hanya akan meninggalkan puing-puing khayalan yang tidak akan pernah terealisasikan. Alih-alih meneruskan fondasi, generasi yang diamarkan mewujudkan suatu konsep ideal dalam bernegara justru harus menyusun kembali pilar penunjang yang sudah kadung roboh itu.
References:
-“Problematika Pendidikan di Negara Maju dan Berkembang” oleh Aminah Yulianti, Indah Lestari, dan Rafi Cen Siregar. 2023
- “Analisis Perbandingan Komparasi Pendidikan Negara Maju untuk Kemajuan Pendidikan Sekolah Dasar di Indonesia” oleh Dwi Ratnawati, Kurnia Dewi Kusumaningrum, dan Taufik Muhtarom. 2024
ADVERTISEMENT