Konten dari Pengguna

Berani Melangkah: Dari Takut Jadi Tumbuh, Belajar dari Nabi Musa dan Tongkatnya

M Wildan Dzil azmi
Salam kenal! Saya M Wildan Dzil Azmi, mahasiswa IAINU Tuban dan staf pengajar di Pesantren Khairunnas Tuban. Blog ini saya buat untuk berbagi pengetahuan dan insight seputar dunia keagamaan dan pesantren, semoga bermanfaat untuk Anda.
5 Mei 2025 16:00 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Wildan Dzil azmi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Analisis Ayat tentang Mukjizat Tongkat Nabi Musa
Deskripsi gambar: Ilustrasi tongkat Nabi Musa dan simbol otak dengan tumbuhan sebagai representasi growth mindset dan kekuatan iman. Sumber gambar: Dibuat dengan bantuan ChatGPT (OpenAI).
zoom-in-whitePerbesar
Deskripsi gambar: Ilustrasi tongkat Nabi Musa dan simbol otak dengan tumbuhan sebagai representasi growth mindset dan kekuatan iman. Sumber gambar: Dibuat dengan bantuan ChatGPT (OpenAI).
Di tengah bisingnya kehidupan yang terus bergerak maju, satu hal yang sering menjadi tolak ukur untuk membedakan antara keberhasilan dan keterpurukan adalah pola pikir. Pola pikir lebih dari sekadar cara berpikir; ia merupakan perangkat dalam diri manusia yang menjadi fondasi untuk membentuk bagaimana seseorang memandang dirinya, kehidupan sekitar, dan segala tantangan yang menghadang.
ADVERTISEMENT
Di setiap fase kehidupan, kita akan berhadapan dengan momen yang menantang dan menakutkan. Ketakutan muncul dalam banyak bentuk. Diantarnya berasal dari rasa gagal, penolakan, keraguan, atau kehilangan. Namun, satu hal yang membedakan orang yang tumbuh dan berkembang dari yang tidak adalah: keberanian untuk tetap melangkah meski merasa takut. Inilah inti dari growth mindset (Pola Pikir Berkembang) yang sejati. Bukan tidak takut, tapi tetap bergerak dalam ketakutan.
Dalam Al-Qur'an, kisah tongkat Nabi Musa yang berubah menjadi ular (QS Thaha: 17–21) adalah gambaran kuat tentang bagaimana Allah mendidik keberanian hamba-Nya lewat tantangan yang luar biasa. Musa, manusia pilihan Allah, pun merasakan ketakutan. Namun, ia tidak berhenti di sana. Ia tetap melangkah, mematuhi perintah Allah, dan dari sanalah mukjizat terjadi.
ADVERTISEMENT
وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَا مُوسَى (17) قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَى (18) قَالَ أَلْقِهَا يَا مُوسَى (19) فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعَى (20) قَالَ خُذْهَا وَلا تَخَفْ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا الأولَى (21)
"Apa yang ada di tangan kananmu itu, wahai Musa?" (17)
Dia (Musa) menjawab, "Itu adalah tongkatku. Aku bersandar padanya, dan aku menggunakannya untuk merontokkan daun bagi kambingku, dan ada keperluan-keperluan lain baginya." (18)
Allah berfirman, "Lemparkanlah itu, wahai Musa!" (19)
Maka, dia melemparkannya, lalu tiba-tiba tongkat itu menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. (20)
Allah berfirman, "Peganglah ia dan jangan takut; Kami akan mengembalikannya kepada keadaan semula." (21).
ADVERTISEMENT
Tafsir dan Analisis
Allah bertanya kepada Musa: Wa mā tilka biyamīnika yā Mūsā “Apa yang ada di tangan kananmu, wahai Musa?” Syekh Jalaluddin As-Suyuthi dalam Tafsir Jalalain menjelaskan bahwa pertanyaan ini mengandung faedah taqrīr (penguatan). Allah menanyakan sesuatu yang telah diketahui-Nya sebagai cara untuk menguatkan makna dan memberi pengantar kepada mukjizat yang akan ditampakkan.
Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili dalam Tafsir al-Munīr menjelaskan bahwa maksud dari pertanyaan itu adalah: “Wahai Musa, yang kau pegang di tangan kananmu itu adalah tongkat yang sudah engkau kenali bentuk dan fungsinya. Namun, engkau akan melihat apa yang akan Kami lakukan terhadap tongkat tersebut.
Musa menjawab, “Itu adalah tongkatku; aku bersandar padanya, dan dengan itu aku menggugurkan daun-daun untuk kambingku, dan ada keperluan lain baginya.” Jawaban Musa ini, bila dilihat dari sudut pandang ilmu balaghah (retorika Arab), merupakan bentuk ithnāb (jawaban panjang yang melebihi cakupan pertanyaan). Padahal cukup bagi Musa untuk menjawab, “Ini adalah tongkatku.” Akan tetapi, jawaban panjang itu menunjukkan bahwa Musa menikmati dialog langsung dengan Allah.
ADVERTISEMENT
Setelahnya, Allah memerintahkan Musa untuk melemparkan tongkat itu. Menurut Prof. Dr. M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Miṣbāḥ, seruan "Wahai Musa" menunjukkan kasih sayang dan perhatian.
Tanpa ragu, Musa melempar tongkatnya. Seketika tongkat itu berubah menjadi seekor ular yang cepat merayap. Penggunaan kata fa idzā (tiba-tiba) menunjukkan perubahan yang mengejutkan dan seketika. Kata ḥayyah berarti ular, dan tasa’ā menggambarkan gerakan cepatnya. Biasanya ular yang cepat adalah yang kecil, namun As-Suyuthi menjelaskan bahwa ular ini sangat besar dan gerakannya cepat. Dalam Tafsir Ibnu Katsīr, dikisahkan bahwa ular ini menelan pohon dan batu, bahkan terdengar suara jatuhnya batu di perutnya. Ketakutan Musa adalah hal yang manusiawi karena peristiwa itu sangat luar biasa.
Namun, Allah menenangkan Musa dengan firman-Nya, “Peganglah dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya ke bentuk semula.” Musa pun mengambil ular itu, dan Allah mengembalikannya menjadi tongkat seperti semula. Peristiwa ini menjadi bukti kekuasaan Allah dan merupakan salah satu bentuk mukjizat yang menunjukkan kebenaran kenabian Musa.
ADVERTISEMENT
Mengubah Ketakutan Menjadi Pertumbuhan
Setelah melakukan analisis mendalam terhadap ayat ini secara tekstual dan historis, penulis merangkai benang merah antara peristiwa luar biasa ini dengan konsep psikologis growth mindset yang dikembangkan oleh Prof. Carol Dweck dalam bukunya Mindset: The New Psychology of Success. Konsep growth mindset yang dikembangkan oleh Prof. Carol Dweck menjelaskan bahwa potensi kita bisa berkembang lewat proses belajar yang penuh tantangan. Tapi sering kali, tantangan itu menghadirkan ketakutan: takut gagal, takut salah, takut tidak diterima.
Namun, kisah Musa mengajarkan kita bahwa rasa takut bukan alasan untuk berhenti, tapi tanda bahwa kita sedang berada di fase pertumbuhan.
Pelajaran dari Musa untuk Kita
Bahkan Nabi Musa takut. Jadi merasa takut bukan aib. Tapi apakah kita berhenti? Atau tetap melangkah?.
ADVERTISEMENT
Musa tetap melaksanakan perintah Allah meski takut. Dalam hidup, keberanian berarti tetap mengerjakan tugas, mengambil peluang, atau memaafkan, walau hati masih berdebar.
Tongkat yang dilempar Musa yang biasa ia gunakan sehari-hari, tiba-tiba berubah jadi ular. Ini menggambarkan bahwa perubahan sering datang dari hal yang tampaknya biasa, tapi baru terlihat potensi luar biasanya ketika kita berani melepaskan dan menghadapi bentuk barunya.
Dari peristiwa ini, terdapat beberapa prinsip growth mindset yang dapat diambil, antara lain:
Ketika Musa menghadapi para penyihir, ia tidak takut, meskipun mereka memiliki kemampuan sihir yang hebat. Musa yakin bahwa apa yang ia bawa adalah kebenaran dan bahwa Allah pasti menolongnya. Ini mencerminkan pentingnya kepercayaan diri yang kuat, selaras dengan growth mindset: keyakinan bahwa kita bisa berkembang dan belajar, dengan kesadaran bahwa ada kekuatan besar yang selalu menyertai.
ADVERTISEMENT
Pertarungan dengan para penyihir bukan sesuatu yang diinginkan Musa, melainkan tantangan yang datang dari Fir‘aun. Musa tidak mundur, justru melihatnya sebagai kesempatan untuk menunjukkan kebenaran. Ini menggambarkan prinsip growth mindset: melihat tantangan sebagai peluang untuk tumbuh dan belajar.
Lihatlah para penyihir. Awalnya mereka adalah penentang, tetapi setelah melihat mukjizat Musa, mereka langsung sujud dan menyatakan keimanan. Mereka tidak keras kepala mempertahankan kesalahan, melainkan terbuka terhadap kebenaran. Dalam Surah Asy-Syu‘arā’: 46–48, “Ahli-ahli sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan bersujud. Mereka berkata, "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam, (yaitu) Tuhan Musa dan Harun.” Ini adalah contoh nyata growth mindset: berani berubah dan belajar dari pengalaman.
ADVERTISEMENT
Penutup
Analisis ini menunjukkan bahwa kisah mukjizat bukan hanya cerita menakjubkan, tetapi juga pelajaran berharga untuk membentuk pola pikir yang sehat dan tangguh. Dalam kehidupan modern, nilai-nilai seperti keberanian, ketekunan, kepercayaan diri, dan keterbukaan terhadap perubahan merupakan bekal penting untuk menghadapi tantangan.
Bagi sebagian orang, tantangan adalah ‘ular’ menakutkan. Tapi bagi yang punya growth mindset dan keyakinan pada Allah, itu hanyalah fase perantara menuju kedewasaan dan kematangan. Kuncinya bukan pada menghilangkan ketakutan, tapi berani mengambil tongkat kembali dan percaya: Allah akan mengembalikannya menjadi sarana pertumbuhan kita.
Mari kita hadapi ‘ular-ular’ dalam hidup kita: rasa minder, kegagalan, trauma, atau kecemasan. Peganglah mereka dengan keberanian dan keimanan. Karena seperti Musa, kita semua bisa tumbuh dari apa yang awalnya membuat kita takut.
ADVERTISEMENT
Penulis sangat terbuka terhadap kritik dan saran demi perbaikan tulisan ini. Terima kasih telah membaca. Semoga tulisan ini bermanfaat dan menginspirasi.