Fenomena “SCBD” Memecahkan Dominasi Sosial Masyarakat Metropolitan

Wildan Haru Pradani
Mahasiswa Magister Psikologi
Konten dari Pengguna
24 Juli 2022 20:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wildan Haru Pradani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kawasan SCBD. Foto: youtube/Mahata Margonda
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kawasan SCBD. Foto: youtube/Mahata Margonda
ADVERTISEMENT
Sudirman Center Business District (SCBD) merupakan salah satu kawasan pusat bisnis yang ada di Jakarta. Kawasan ini terdiri dari perkantoran, hotel, pusat perbelanjaan dan hiburan. Selain memiliki latar gedung bertingkat, SCBD memiliki konsep ruang terbuka hijau yang memiliki akses untuk para pejalan kaki dan sebagai sarana interaksi publik, biasanya disebut sebagai ruang ketiga.
ADVERTISEMENT
Sebagai pusat bisnis, kawasan tersebut tentunya didominasi oleh para karyawan kelas atas yang memiliki tampilan stylish, mewah, rapi dan tentunya memiliki harga mahal, hal itu berbanding terbalik dengan sebagian kelompok yang terpinggirkan di daerah perkotaan. Namun, belakangan ini fenomena tersebut telah berubah, terlihat kawasan SCBD tidak lagi didominasi oleh para karyawan elit saja, sekarang ramai masyarakat umum yang sebagian besar berusia remaja sedang nongkrong di kawasan tersebut. Saat ditanya, para remaja tersebut berasal dari daerah yang berbeda-beda bahkan banyak yang berasal dari luar Jakarta. Penampilan mereka mengikuti gaya fashion para karyawan di SCBD dan gaya mereka tidak kalah dengan para karyawan elit meskipun terkadang memiliki harga yang jauh berbeda. Uniknya, kawasan ini sudah menjadi ajang street fashion show bagi para remaja yang menampilkan outfit yang tidak biasa.
ADVERTISEMENT
Melihat fenomena ini, para youtuber tidak ingin hilang kesempatan untuk membuat konten, seperti menanyakan daerah asal, tujuan mereka ke SCBD, menanyakan harga outfit mereka dan lain sebagainya. Sontak fenomena tersebut menjadi ramai diperbincangkan di tengah masyarakat dan membuat kawasan ini semakin ramai di kunjungi. Karena sebagian besar dari mereka berasal dari pinggiran kota Jakarta maka kawasan SCBD ini menjadi berganti arti yang tidak tahu asal mula nya yaitu Sudirman Citayem Bojong Depok. Seolah tak ingin ketinggalan, banyak para youtuber terkenal bahkan para artis papan atas ikut memeriahkan keramaian di SCBD, seperti Baim wong, Paula, Ria Ricis dan sebagainya. Terlihat juga Gubernur DKI Jakarta dan Gubernur Jawa Barat juga tidak ingin ketinggalan untuk menikmati trotoar di kawasan SCBD ini. Bahkan beberapa dari remaja tersebut memiliki popularitas yang tinggi dan menjadi artis baru yang menjadikan mereka banyak dicari oleh para pendatang jika ke SCBD.
ADVERTISEMENT
Pemerintah juga tidak ingin ketinggalan, mereka memanfaatkan momen ini untuk dapat menjadikan kawasan SCBD agar tetap bersih, tertib dan nyaman dengan cara menjadikan beberapa dari mereka yang memiliki popularitas tinggi menjadi duta sampah dengan harapan mereka dapat mengajak masyarakat di SCBD dapat menjaga kebersihan, ketertiban dan keamanan. Selain itu, Menteri Kemenparekraf Sandiaga Uno juga berencana memberikan Beasiswa kepada beberapa dari mereka untuk dapat melanjutkan pendidikan tetapi salah satu dari mereka yang juga memiliki popularitas yang cukup tinggi menolak karena ia tidak ingin lanjut sekolah, ia mengatakan ia ingin lebih fokus membuat konten karena dengan begitu ia bisa mendapatkan uang dan dapat membantu ekonomi keluarga. Jika dilihat dari wawancara beberapa youtuber mereka memang berasal dari kalangan menengah ke bawah atau ekonomi rendah berbeda jauh dengan karyawan di kawasan SCBD.
ADVERTISEMENT
Tetapi sekarang, kawasan ini menjelma menjadi ruang kesetaraan sosial tidak ada lagi kelompok yang lebih mendominasi, siapapun bisa datang langsung ke kawasan ini tanpa harus merasakan terpinggirkan. Buktinya banyak para artis yang juga datang berbaur bersama tanpa memandang latar belakang yang mereka miliki. Hal ini patut diberikan apresiasi karena masyarakat dari kelompok atas dan kelompok bawah bisa bersama-sama menikmati ruang publik asalkan tidak melanggar aturan dan hukum yang berlaku. Fenomena ini juga akan berpotensi terjadi di daerah-daerah metropolitan lainnya.

Analisis Psikologi Sosial

Awalnya fenomena ini terlihat biasa saja dan tidak ada yang unik di kawasan SCBD, yang membuat kawasan ini ramai dikunjungi karena banyak nya akun media sosial yang memviralkan keramaian yang terjadi, sehingga menarik minat untuk masyarakat lain nya juga ikut tertarik meramaikan kawasan ini. Dalam psikologi hal itu disebut sebagai konformitas yaitu suatu pengaruh sosial yang membuat masyarakat mengubah tingkah laku mereka sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat atau sederhananya perilaku ikut-ikutan. Hal ini lah yang membuat kawasan ini semakin ramai untuk dikunjungi setiap harinya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, berdasarkan teori dominasi sosial yang dikemukakan oleh Sidanisus dan Pratto (1999) menjelaskan bahwa didalam masyarakat terdapat hierarki sosial yang membuat masyarakat terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok dominan dan kelompok subordinat. Awalnya, orang-orang yang berada pada kawasan SCBD merupakan para karyawan yang memiliki strata sosial kelas atas dan dianggap sebagai kelompok hierarki yang lebih tinggi atau dominan karena memiliki status ekonomi yang lebih baik sedangkan masyarakat yang terpinggirkan di metropolitan dianggap sebagai kelompok subordinat atau yang berada dibawah hierarki karena cenderung memiliki ekonomi yang rendah. Biasanya kelompok yang berada pada hierarki yang lebih tinggi cenderung untuk mempertahankan kedudukan nya.
Berdasarkan teori dominasi sosial terdapat yang namanya legitimising myths yaitu nilai yang dipegang, sikap, kepercayaan, stereotip, dan ideologi budaya dalam masyrakat. Legitimising myths dibagi menjadi 2 yaitu hierarchy-enhancing legitimising myths (HE-LMs) dan Hierarchy-attenuating legitimising myths (HA-LMs). HE-LMs adalah ideologi yang memberikan kebenaran moral dan intelektual untuk penindasan dan ketidaksetaraan. Contohnya pihak yang masih ingin menikmati kawasan SCBD yang tidak terlalu ramai seperti sebelum ada fenomena ini sehingga mereka cenderung menguatkan ideologi dan mendukung atau menguatkan hierarki yang ada karena mereka merasa kawasan SCBD selayaknya tidak digunakan untuk nongkrong atau fashion show karena sebelumnya kawasan ini dipenuhi oleh masyarakat kalangan atas. Banyak komentar yang dilontarkan terhadap para remaja yang nongkrong di kawasan SCBD ini, komentarnya beragam mulai dari dibilang norak, kehilangan karakter sampai membuang sampah sembarangan, intinya mereka menjelekkan fenomena SCBD ini.
ADVERTISEMENT
Sedangkan Hierarchy-attenuating legitimising myths (HA-LMs) yaitu ideologi yang memberikan perlawan terhadap pihak yang lebih dominan. Dalam fenomena ini, para remaja SCBD berhasil menunjukkan eksistensi nya kepada pihak yang lebih dominan baik itu segi ekonomi, tampilan dan lain sebagainya karena kawasan tersebut memang terbuka untuk umum dan bebas untuk siapa saja sehingga kawasan ini tidak lagi ada dominasi para karyawan elit saja.
Fenomena SCBD ini ternyata berhasil membuat dominasi sosial tersebut terpecah, hal tersebut dikarenakan adanya kesetaraan yang membuat kawasan tersebut tidak ada yang lebih mendominasi, masyarakat bebas untuk menikmati tanpa harus melihat latar belakang apapun. Buktinya banyak kalangan artis yang harusnya memiliki strata sosial yang lebih tinggi mereka juga ikut berbaur dengan masyarakat yang lainnya dan juga sebagai ruang interaksi pemimpin dengan masyarakat. Perkotaan Metropolitan berhasil memecahkan dominasi sosial yang ada dan dapat membangun kesetaraan dan multikultural.
ADVERTISEMENT