Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Relavansi Agama di Era Teknologi Dan Dinamika Sosial
24 November 2024 19:43 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Wildan Muhamad Jamaludin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perkembangan teknologi, terutama dalam bidang kecerdasan buatan (AI), telah mengubah banyak aspek kehidupan manusia, termasuk dalam dimensi keagamaan. Salah satu contohnya adalah kemampuan model AI seperti ChatGPT dalam memberikan saran-saran keagamaan yang dapat menandingi pemuka agama. Di sisi lain, agama juga sering dimanfaatkan oleh pelaku politik praktis untuk meraih dukungan, seperti yang terlihat dalam polarisasi sosial di Indonesia. Ini menciptakan pertanyaan besar mengenai relevansi agama di dunia kontemporer. Sementara itu, survei Pew Research Center menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara paling religius, meskipun tingkat korupsi negara-negara dengan religiusitas rendah lebih rendah. Oleh karena itu, penting untuk mengkaji apakah agama masih relevan dalam kehidupan kontemporer. Dalam tulisan ini, pendekatan fenomenologi akan digunakan untuk menggali pengalaman subjektif umat Islam dalam menghadapi perubahan zaman dan relevansi agama di tengah dinamika sosial dan teknologi.
ADVERTISEMENT
Fenomenologi dan Agama dalam Dunia Kontemporer
Fenomenologi, sebagai pendekatan yang memfokuskan pada pengalaman subjektif manusia, memberi ruang untuk memahami bagaimana individu merasakan dan menghayati kehidupan keagamaan mereka dalam menghadapi tantangan zaman. Dalam konteks keislaman kontemporer, fenomenologi memungkinkan kita untuk menelusuri bagaimana umat Islam merasakan keberadaan agama dalam kehidupan mereka yang semakin dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan juga perubahan sosial.
Salah satu fenomena yang mencuat adalah keberadaan kecerdasan buatan (AI) yang mulai merambah ke ranah agama. Model-model AI seperti ChatGPT tidak hanya dapat memberikan informasi teknis, tetapi juga menawarkan saran-saran spiritual dan keagamaan. Pengalaman individu yang biasanya berinteraksi dengan pemuka agama atau melalui pengalaman langsung dalam ibadah, kini dapat dipengaruhi oleh teknologi yang menghadirkan cara baru untuk mendapatkan nasihat keagamaan. Bagi sebagian umat Islam, hal ini dapat menimbulkan perasaan cemas atau bahkan kehilangan keotentikan dalam praktik keagamaan mereka. Namun, bagi sebagian lainnya, kecanggihan teknologi ini justru dipandang sebagai alat yang memudahkan dan memperkaya pengalaman spiritual mereka.
ADVERTISEMENT
Agama sebagai Sarana Identitas dalam Dunia Politik dan Sosial
Selain teknologi, fenomena lain yang dapat ditinjau melalui pendekatan fenomenologi adalah bagaimana agama dipahami dalam ranah politik. Dalam politik Indonesia, agama sering digunakan sebagai alat untuk memobilisasi massa, terutama dalam kontestasi politik yang mengarah pada polarisasi sosial, seperti perbedaan antara kelompok "cebong" dan "kampret". Dalam perspektif fenomenologi, kita dapat menggali bagaimana individu merasakan agama sebagai bagian dari identitas sosial dan politik mereka. Bagi banyak orang, agama bukan hanya masalah kepercayaan pribadi, tetapi juga sebuah simbol yang membentuk hubungan mereka dengan kelompok sosial lainnya. Proses ini memunculkan pengalaman subjektif mengenai bagaimana agama dipahami sebagai suatu alat untuk membedakan diri dari kelompok lain, yang pada gilirannya dapat memperkuat konflik sosial dan juga politik.
ADVERTISEMENT
Perubahan Sosial dan Eksistensi Agama dalam Kehidupan Sehari-hari
Fenomena lainnya adalah bagaimana agama dihadapkan dengan tantangan nilai-nilai modernitas dan globalisasi yang semakin mengikis peran tradisional agama dalam masyarakat. Meskipun Indonesia tercatat sebagai negara dengan tingkat religiusitas tertinggi, pengalaman hidup sehari-hari seringkali menunjukkan adanya jarak antara ajaran agama dan kenyataan sosial. Sebagian umat Islam mungkin merasakan konflik batin antara menjalankan tuntutan agama dan terjebak dalam godaan duniawi yang materialistik. Fenomenologi memungkinkan kita untuk memahami pengalaman-pengalaman internal tersebut—bagaimana mereka merespons dilema ini, baik dengan mencari cara-cara baru untuk mendalami agama dalam kehidupan modern atau dengan menyesuaikan praktik keagamaan mereka agar tetap relevan.
Pendekatan fenomenologi memberikan wawasan penting tentang bagaimana individu merasakan dan menghayati agama dalam dunia kontemporer yang semakin kompleks. Pengalaman subjektif umat Islam dalam berinteraksi dengan teknologi, berpartisipasi dalam politik, dan menjalani kehidupan sosial menawarkan pandangan yang lebih dalam mengenai relevansi agama di era modern. Meskipun teknologi dan politik mungkin tampak menggantikan peran agama dalam beberapa aspek kehidupan, fenomenologi menunjukkan bahwa agama tetap memiliki tempat dalam pengalaman spiritual dan identitas sosial umat Islam. Oleh karena itu, agama masih sangat penting, meskipun perannya dalam kehidupan manusia mungkin terus bertransformasi mengikuti dinamika zaman.
ADVERTISEMENT