Metaverse dan Nasib Koperasi?

Wildanshah
Komisaris Perkumpulan Warga Muda. Direktur Utama PT Gerakan Masa Depan. CEO Gorengin. Deputi Riset dan Manajemen Pengetahuan Indonesian Consortium for Cooperatives Innovation. Anggota Asosiasi Ilmu Politik Indonesia.
Konten dari Pengguna
10 Desember 2021 22:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wildanshah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Metaverse dan Nasib Koperasi?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Metaverse menjadi visi industri baru. Dunia metaverse akan ditopang oleh teknologi block chain, artificial intelegence, dan cryptocurrency.
ADVERTISEMENT
Di dunia metaverse kita dapat bermain, belajar, bekerja dan berdagang dalam bentuk avatar. Metaverse akan melipat ruang dan waktu, tubuh fisik mungkin saja terdigitalisasi secara ontentik.
Kehadiran metaverse tentu akan mendistrupsi hubungan antar manusia, yang nantinya turut mengubah permainan politik, sosial, budaya bahkan ekonomi di masa depan.
Para investor dunia, menilai metaverse merupakan dunia baru yang akan sangat menguntungkan mereka. Sebagian besar dari mereka mulai berinvestasi menguasai “tanah-tanah virtual” tak bertuan yang belum diklaim kepemilikannya.
Bill Gates sendiri menilai, pandemi telah menyiapkan prakondisi bagi masyarakat untuk mengadopsi metaverse.
Menurutnya, karena pandemi, banyak perusahaan berkerja secara remote yang membuat para pekerja fleksibel dan bisa bekerja dari jauh. Berangkat dari hal tersebut, sangat mungkin pertemuan virtual dua dimensi akan bergeser menjadi rapat tiga dimensi melalui metaverse.
ADVERTISEMENT
Metaverse akan mendekonstruksi nilai-norma tradisional dan mengarah pada peradaban yang benar-benar baru secara global, karena masyarakat dunia hari ini semakin tertanam gaya hidupnya kedalam dunia digital.
Akan ada masanya semua stakeholder berbondong-bodong membuka tabir metaverse yang belum diketahui secara utuh oleh para investor dan konsumen.
Diprediksi, metaverse akan dieksplorasi lebih dahulu oleh sektor swasta, lalu diikuti oleh sektor publik dan berakhir pada terlambatnya organisasi-organisasi masyarakat sipil menyikapi hak-hak mereka di dunia metaverse.

Apa yang perlu disiapkan koperasi di era metaverse?

Koperasi yang tidak tangkas mungkin akan kelabakan menghadapi perubahan radikal ini.
Sebelum segalanya terlambat, para penggiat koperasi perlu mendefinisikan kembali bagaimana koperasi mereka sebaiknya beroperasi. Kita perlu menyusun strategi dan mitigasi untuk lebih siap memasuki era metaverse.
ADVERTISEMENT
Hanya masalah waktu sebelum metaverse memaksa koperasi untuk menyesuaikan diri. Dengan demikian, Kita perlu mengimajinasikan bagaimana perilaku para anggota, sistem kepemilikan, model bisnis, dan prinsip koperasi tetap relevan dengan ambisi metaverse.
Karena kekhawatiran tentang ketidakadilan, ketimpangan dan hak kepemilikan di metaverse tentu akan masih menjadi polemik sebagaimana yang terjadi di dunia nyata.
Namun ada perbedaan yang perlu diingat, ekosistem ekonomi metaverse akan dibangun atas kepemilikan kekayaan intelektual bukan aset fisik. Otoritas tertinggi tidak dimiliki oleh negara tetapi pihak pemilik platform metaverse.
Saya tidak akan mengakhiri dengan kesimpulan, saya akan memulai dengan pertanyaan untuk memberi bekal bagi pengurus koperasi.
Pertama, bagaimana koperasi nantinya akan mengatur sistem kepemilikan di era metaverse ?. Kedua, bagaimana skema pembagian keuntungan di era metarverse?.
ADVERTISEMENT
Ketiga, bagaimana prosedur keanggotaan koperasi di era metaverse?. Keempat, koperasi model apa yang perlu dibangun di era metaverse? kelima, bagaimana koperasi dapat berperan untuk menciptakan kemakmuran kolektif di era metaverse?