Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Model Partai Politik Inovatif
13 Maret 2020 12:32 WIB
Tulisan dari Wildanshah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Coba ingat-ingat kembali, partai politik atau politisi yang mampu mengembangkan inovasi “produk politik” yang canggih dan mengejutkan seringkali berhasil menyita perhatian publik.
ADVERTISEMENT
Partai-partai yang berinovasi selalu berhasil menanamkan kesan yang hebat di mata para pemilihnya.
Partai-partai politik harus segera berbenah. Mereka tidak bisa lagi mengandalkan cerita sukses masa lalu. Dunia senantiasa berubah, bernostalgia hanya akan membuat partai anda gagal untuk menyesuaikan diri.
Kader-kader partai, terutama yang muda-muda, harus memulai langkah untuk meragukan fondasi kesuksesan partai anda saat ini. Walaupun saat ini partai anda sudah mapan, tidak ada salahnya menyiapkan bekal untuk memikirkan masa depan.
Saya ingatkan bahwa kita hidup di sebuah situasi dimana kesuksesan dapat dipertahankan jika akar kesuksesannya diperiksa dan dievaluasi terus-menerus. Jangan sampai menyesal seperti partai-partai yang tidak lolos parliamentary threshold.
Inovasi adalah vitamin partai
Berdasarkan pengamatan saya, inovasi selalu menjadi vitamin bagi daya tahan dan daya saing dalam berpolitik.
ADVERTISEMENT
Pada 2014 lalu, kita dibuat kaget oleh kampanye-kampanye kreatif dari tim Jokowi-Jk, mereka mampu menyulap tren anak muda, teknologi dan budaya pop menjadi kekuatan komunikasi politik mereka.
Suka tidak suka. Tim Jokowi-Jk pada waktu itu, telah berhasil mendobrak kebekuan politik kita, mendistrupsi cara berpolitik kita, dengan cara ciamik, nyentrik dan asik.
Akhirnya, inovasi mereka telah menjadi resep politik, di adaptasi, tiru dan modifikasi oleh para konsultan-konsultan politik untuk bertempur di 2019 lalu.
Efek samping lainnya, anak-anak kreatif yang tidak lahir dari organisasi kader mulai mendapatkan tempatnya di “dapur politik”.
Di mana dahulu, “dapur” ini hanya dikuasai oleh organisasi-organisasi perkaderan seperti HMI, GMNI, PMII, IMM, GMKI, PMKRI, KAMMI, KNPI dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Sekarang banyak yang jadi limbung, karena pelan-pelan para kader ini mulai merasa tersaingi oleh para inovator muda yang bahkan awam terhadap narasi-narasi besar, tapi mampu memulai perubahan kecil namun berdampak besar.
Ini yang dicari-cari oleh para stakeholder politik, mereka butuh gerakan yang berkelanjutan, bukan hanya seminar, seminar dan seminar lagi! Ekosistem Politik kita butuh imajinasi yang lebih liar, lebih gila dan lebih mengejutkan!
Terlepas dari dari kegelisahan tersebut, dan banyaknya orang curhat ke saya, akan bahas khusus untuk ini nanti.
Saya ingin kembali ke urusan partai inovatif. Perlu diingat, pertama, satu-satunya cara untuk melahirkan model partai inovatif adalah dengan tidak lagi melihat apa yang dilakukan partai pesaing Anda.
ADVERTISEMENT
Kedua, kalahkan partai pesaing Anda tanpa melawannya sama sekali, alias ciptakan gaya bertarung yang benar-benar baru dan mencari arena baru yang belum terjamah oleh para pesaing.
Ketiga, percayakan inovasi kepada kader-kader muda. Karena merekalah yang paling kompatibel dengan semangat zaman. Generasi inilah yang mampu menghubung-hubungkan sesuatu untuk menemukan cara-cara baru yang antik, unik dan futuristik.
Selagi ada kesempatan berinovasilah atau menyesal
Mendorong inovasi bukan upaya mudah. Seringkali keberhasilan dan capaian partai pada masa lalu dan hari ini terlalu dilebih-lebihkan oleh para pejabat teras partai. Jujur saja, ini merupakan jebakan yang perlu dihindari bersama-sama.
Ide-ide baru tidak akan bisa lahir ditengah “jebakan kepuasaan” tersebut. Bahkan pimpinan partai yang memiliki pikiran progresif pun bisa saja ikut-ikutan terjerat.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana tabiat manusia, kita cenderung mengikuti aturan, tradisi, dan otoritas, semakin kita taat terhadap itu semua, makin bikin kita tidak bisa terbuka terhadap perubahan. Hal serupa terjadi di dalam partai-partai politik di Indonesia.
Para pimpinan partai biasanya memang gagal memahami mengapa mereka harus keluar dari zona nyaman. Mereka selalu berfikir bahwa partai mereka masih dalam status aman.
Namun, ketika pendukung mereka mulai berkurang, para pengurus partai mulai kelabakan, dan baru berfikir bahwa inilah saat yang tepat untuk berbenah, tenyata mereka terlambat, dan menyesal.
Maka, sebaiknya partai-partai politik harus berinovasi saat masih punya kesempatan, daripada terdistrupsi dan tersingkir tiba-tiba. Dan tugas ini adalah tugas setiap kader, baik itu para pimpinan partai di tingkat pusat maupun kader di tingkat kecamatan.
ADVERTISEMENT
Mengawalinya dapat dimulai dengan menghancurkan logika politik dominannya. Karena inovasi selalu bertentangan dengan intuisi atau akal sehat.
Anggapan ini merupakan pengamatan saya melihat fakta yang menunjukan bahwa beberapa partai politik kesulitan dalam memikirkan inovasi karena partai harus terbiasa berfikir imajinatif alih-alih berfikir kumulatif.
Bagi saya, partai politik yang melulu hanya merespon ide atau kebutuhan masyarakat begitu saja, tanpa refleksi dan visi jangka panjang tidak akan membuat partai anda berinovasi dan berfikir kreatif.
Maka tidak salah jika Henry Ford, pendiri Ford Motor Company, pernah berkata, “Kalau saja saya meminta pendapat orang tentang apa yang mereka inginkan, mungkin mereka akan memilih kuda yang dapat berlari lebih cepat.”
ADVERTISEMENT
Pada konteks politik, misalnya Henry Ford jadi ketua partai ia mungkin akan berbicara, “kalau saja saya meminta pendapat orang tentang apa yang mereka inginkan, mungkin mereka akan meminta uang dan sembako yang lebih banyak.”
Wildanshah adalah Komisaris perkumpulan Warga Muda dan Chief Destruction Officer Mindstream!. Sejak awal ia berkarir sebagai youth development specialist yang telah dipercaya baik oleh institusi pemerintahan, lembaga swasta dan CSO. Saat ini ia tergabung kedalam Indonesia Consortium for Cooperative Innovation (ICCI) dan Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI).
Live Update