Konten dari Pengguna

Pandangan Islam Dalam Hubungan Posesif

Wildani Faqih
Mahasiswa Perbandingan Mazhab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4 Juli 2024 8:25 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wildani Faqih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
contoh gambar posesif dalam
zoom-in-whitePerbesar
contoh gambar posesif dalam
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebagai manusia, kita cenderung memiliki naluri posesif dalam setiap hubungan yang kita jalani. Namun, pertanyaannya adalah, bagaimana pandangan Islam terhadap naluri ini? Sejauh mana kita bisa dan seharusnya memperlihatkan posesivitas?
ADVERTISEMENT
Dalam konteks Islam, posesivitas dalam hubungan, seperti pernikahan, harus dilihat melalui prisma kasih sayang dan rasa hormat. Islam mengajarkan kita untuk menghargai dan menghormati kebebasan pribadi pasangan. Kita tidak boleh mengikat pasangan kita dalam belenggu posesivitas.
Sebaliknya, Islam meminta kita untuk percaya dan menghormati satu sama lain. Seorang suami atau istri tidak boleh mengontrol setiap aspek dalam kehidupan pasangan mereka. Seharusnya ada ruang bagi individu untuk tumbuh dan berkembang sebagai individu.
Posesivitas berlebihan dapat menumbuhkan rasa tidak aman dan merusak trust yang dibangun dalam hubungan. Jika pasangan merasa ditekan, ini bisa mendorong mereka menjauh, bukan mendekat.
Sebaliknya, rasa sayang yang tumbuh dari rasa percaya dan rasa saling menghargai satu sama lain, itu adalah kunci utama dalam mempertahankan hubungan dalam Islam.
ADVERTISEMENT
Jadi, mungkin posesif dalam batas-batas tertentu diperbolehkan dalam Islam, sebagai bentuk kasih sayang dan perlindungan. Namun, perlu diingat bahwa kebebasan pribadi pasangan harus dihargai dan dihormati.