Menemukan Makna Lagu 'Hela Rotane' di Belanda

NP Widhia SA
Civil servant. Proud member of Sesdilu Di6i7al. Someone who can rise and shine only after a cup of coffee.
Konten dari Pengguna
7 September 2020 23:55 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari NP Widhia SA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Hela-hela rotane rotane
tifa jawa jawae bebunyi
rotan rotan sudah putus sudah putus
ADVERTISEMENT
ujung dua dua baku dapae
rotan rotan sudah putus sudah putus
ujung dua dua bakudapae"
Berasal dari Maluku Utara, Hela Rotane adalah salah satu tembang dolanan yang kerap dinyanyikan saat usia sekolah dasar dulu. Namun, seperti lagu daerah lainnya, sering kali makna dari lagu-lagu daerah ini tidak banyak diketahui. Tembang dolanan sekedar menjadi lagu yang enak didengar dan mudah disenandungkan. Demikian juga dengan lagu “Hela Rotane”. Sampai penulis bersua dengan komunitas Maluku di Belanda.

Komunitas Maluku di Belanda

Di tahun 1951, sekitar 12.578 orang Maluku diberangkatkan ke Belanda. Mereka adalah tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) beserta keluarga. Migrasi besar-besaran ini terjadi paska pengakuan Belanda atas kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949.
Tahun 1951, ketibaan tentara KNIL beserta keluarga di Rotterdam (sumber:wikicommons).
Tentara KNIL asal Maluku menolak bergabung dengan tentara Indonesia, dan memilih untuk dipulangkan ke Ambon. Mereka ingin berjuang bersama dengan Republik Maluku Selatan, yang diproklamirkan Soumokil di tahun 1951.
Mobilisasi tentara KNIL di tahun 1948 untuk kembali ke Maluku (sumber: wikicommon)
Dari perspektif Indonesia, tentu saja hal ini tidak dapat diterima. Akhirnya, menggunakan 11 kapal, Belanda memutuskan untuk membawa pulang tentara KNIL asal Maluku tersebut ke negaranya, dengan janji nantinya akan memulangkan mereka ke tanah Maluku. Namun kenyataan berbicara lain. Setibanya di Belanda, mereka ditempatkan di kamp-kamp konsentrasi bekas tentara Nazi, diberhentikan dari tentara KNIL, dan tidak pernah kembali lagi ke Maluku.
ADVERTISEMENT
Setelah hampir 70 tahun, cerita ini masih meninggalkan luka yang mendalam di hati diaspora Maluku Belanda. Saat ini, generasi muda Maluku di Belanda, atau sering kali disebut sebagai “Mollucan”, sudah merupakan generasi ketiga. Mereka sudah tidak lagi memiliki keinginan untuk kembali dan menempuh hidup di tanah Maluku. Namun hubungan emosional dengan budaya dan adat Maluku masih sangat kuat. Banyak dari mereka yang ingin berkontribusi untuk membangun tanah Maluku.

Heka Leka dan perjuangan pendidikan untuk anak Maluku

Keinginan tersebut merupakan kerinduan diaspora Maluku di Belanda terhadap tanah leluhurnya. Keinginan tersebut merupakan sebuah kekuatan yang berpotensi membangun komunitas Maluku di dua negara, yaitu Indonesia dan Belanda.
Potensi ini yang tidak ingin disia-siakan oleh sebuah yayasan pendidikan bernama Heka Leka, yayasan yang dimotori oleh Stanley Ferdinandus, putra asli Maluku. Bekerja sama dengan KBRI Den Haag, perjuangan Stanley merangkul diaspora Ambon, akhirnya membuahkan hasil nyata. Heka Leka bukan hanya berhasil menciptakan platform yang menyatukan diaspora Maluku di Belanda untuk bersama-sama membangun Maluku, tapi Heka Leka juga telah berhasil membangun konektivitas antara metode pengajaran di Belanda sebagai model metode pengajaran di Maluku.
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanannya, penulis berkesempatan melihat dari dekat perjuangan Heka Leka dan diaspora Maluku di Belanda untuk bersama-sama mencari dan merenungkan identitas dan cita-cita. Melalui Heka Leka, Om dan Tante di Belanda memiliki cara untuk membantu anak-anak mereka di tanah Maluku. Hal inilah menjadi identitas dan cita-cita baru mereka.

"Hela Rotane"

Momen keberhasilan tersebut, diperkuat oleh ketertarikan musisi legendaris Indonesia, Glen Fredly, untuk terlibat dalam proyek pendidikan Heka Leka. Sebagai putra daerah, Glen Fredly memiliki semangat yang sangat tinggi untuk membangun Maluku. Melalui sebuah diskusi, Glen Fredly memperkenalkan konsep dan makna dari tembang dolanan Hela Rotane. Ternyata lagu tersebut memiliki makna yang dalam, menyentuh dan sangat relevan. Hela Rotane menceritakan permainan tradisional tarik tambang masyarakat Maluku yang menggunakan rotan (Hela Rotan). Dalam permainan tersebut, meski kita bersaing, namun pihak yang menang ataupun kalah akan mendapatkan hadiah, yaitu: “kebersamaan”. Hela Rotan merupakan seruan untuk hidup dalam kebersamaan, meskipun terdapat perbedaan yang saling tarik-menarik.
ADVERTISEMENT
Mendengar lirik dan memahami makna lagu Hela Rotane, membuat penulis tercenung, takjub, dan terharu, karena lagu tersebut begitu tepat menggambarkan perasaan Om dan Tante di Belanda. Situasi dimana ideologi pendahulu mereka tidak dapat diterima oleh Indonesia,tapi dikhianati oleh Belanda. Melalui Heka Leka, meski hidup dari generasi ke generasi dengan memori kolektif yang pahit, saat ini diaspora Maluku di Belanda memilih untuk berada dalam “kebersamaan” bersama Indonesia dan Belanda. Disini penulis menyadari, bahwa sesungguhnya Hela Rotane sudah merupakan DNA orang Maluku.
“Mangga mangga mudae manise
Mangga mangga datang dari nila
Sinyo sinyo muka manis muka manis
Bikin nona nona jadi gilae
Sinyo sinyo muka manis muka manis bikin nona nona jadi gilae.”
ADVERTISEMENT