Konten dari Pengguna

Emotional Eating Akibat Stres: Ini Penyebab yang Harus Diketahui!

William Cacia
Mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya
2 Desember 2024 12:22 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari William Cacia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi seseorang yang memikirkan ingin makan apa. Sumber foto: asli dari penulis.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi seseorang yang memikirkan ingin makan apa. Sumber foto: asli dari penulis.
ADVERTISEMENT
“Kenapa ya kalau lagi stres atau di bawah tekanan, bawaannya pengen makan mulu?”
ADVERTISEMENT
“Ga lapar tapi pengen makan atau ngemil?”
Kalian pernah ga sih kepikiran seperti di atas? Atau mungkin kalian sering mengalaminya? Stres merupakan hal yang wajar dan normal dirasakan oleh setiap orang. Setiap orang memiliki cara tersendiri dalam menghadapi dan melawan stres. Salah satu cara yang biasa digunakan adalah dengan makan. Hal ini disebut dengan emotional eating. Emotional eating adalah makan sebagai respons atas perasaan negatif. Jadi walaupun kita sebenarnya tidak lapar, tetapi nafsu makan kita meningkat. Perilaku yang menunjukkan emotional eating dapat diamati dari meningkatnya konsumsi lemak, gula, ataupun makanan yang penuh kalori.

Makan dan Hormon yang Meregulasi Nafsu Makan

Makan sudah menjadi kegiatan sehari-hari bagi kita manusia. Tanpa makanan kita tidak akan bisa hidup. Pada otak kita sendiri, hipotalamus lah yang berfungsi untuk mengatur perilaku dan nafsu makan kita. Selain hipotalamus, ada juga batang otak, korteks serebri, area olfaktori dan lainnya yang menjadi pusat regulasi nafsu makan.
ADVERTISEMENT
Dari semua pusat regulasi nafsu makan di atas, ada satu hormon yang menjadi alasan utama kenapa kita bisa merasakan lapar. Hormon ghrelin sebagai hormon perifer dari lambung, bersama dengan hormon leptin dan insulin akan mengirim sinyal ke otak bahwa cadangan energi dalam tubuh telah berkurang. Beberapa penelitian juga telah menemukan bahwa kadar ghrelin ini akan meningkat sebelum makan dan menurun setelah makan (kurang dari 1 jam). Hal ini lah yang meningkatkan nafsu makan kita dan membuat kita merasa lapar.

Stres dan Hormon yang Dihasilkan

Saat kita mengalami stress, amygdala akan memberi sinyal kepada hipotalamus pituitari adrenal (HPA) yang akan melepas kortikotropin (CRH). Hal ini akan mengaktifkan saraf simpatetik yang meningkatkan detak jantung dan tekanan darah. Selanjutnya, kelenjar hipofisis akan diaktifkan oleh CRH dan melepaskan hormon adrenokortikotropik (ACTH), yang akan membuat korteks adrenal melepas glukokortikosteroid (GC) seperti kortisol.
ADVERTISEMENT
Kortisol adalah hormon steroid dan merupakan hormon utama dalam stres. Hormon ini menjadi penanda stres yang dikendalikan oleh hormon adrenokortikotropik dari kelenjar hipofisis. Tingkatannya dapat dipengaruhi oleh stres fisik, stres emosional, dan penyakit. Semakin tinggi kadar kortisol dalam tubuh kita, semakin tinggi juga tingkatan stres yang dialami oleh kita.

Hubungan Antara Nafsu Makan dan Stres

Saat kita merasa stres, glukokortikoid (GC) akan dilepas dan menyebabkan perubahan perilaku, otomatis, dan endokrinologis yang mempromosikan penggunaan energi. Hal ini termasuk seperti detak jantung yang semakin cepat, peningkatan output tekanan darah, gluconeogenesis, kadar trigliserida, dan pengalihan aliran darah untuk memberikan bahan bakar pada otot, otak, dan jantung. Respons ini mempromosikan reaksi fight or flight. Aktivitas seperti asupan makanan, pencernaan, dan reproduksi yang mengeluarkan energi biasanya akan terhambat.
ADVERTISEMENT
Hipotalamus juga akan merespons terhadap konsentrasi insulin yang disekresikan oleh pankreas dan terhadap hormon lain seperti leptin dan ghrelin. Ketiga hormon ini masing-masing berperan penting dalam penghambatan nafsu makan dan peningkatan nafsu makan. Selain itu, glukokortikoid (GC) juga akan mengubah sejumlah neuropeptida hipotalamus, seperti hormon pelepas kortikotropin (CRF), neuropeptida Y (NPY) yang orsigenik, peptida terkait agouti, proopiomelanokortin (POMC), dimana semua ini berperan penting dalam perilaku makan.
Selain itu, studi juga menunjukkan bahwa saat kita mengalami stres dan melepaskan kortisol, hormon dopamin akan dikeluarkan oleh nukleus akumbens (NAcc). Penelitian lain juga menunjukkan adanya hubungan antara kortisol dan dopamin. Semakin besar reaktivitas kortisol, maka dopamin yang dikeluarkan juga akan semakin banyak di striatum ventral. Nukleus akumbens (NAcc) ini adalah bagian otak yang mengatur terkait kenikmatan dan akan memberikan perasaan rewarding dari perilaku makan. Hal ini juga akan memengaruhi dan meningkatkan nafsu makan kita.
ADVERTISEMENT

Kesimpulan

Jadi begitu nih alasan mengapa nafsu makan kita meningkat di saat stres atau saat di bawah tekanan. Emotional eating ini merupakan respons tubuh kita terhadap stres atau perasaan negatif. Saya sendiri juga sering mengalami yang namanya emotional eating. Pada saat seperti banyak tugas atau kerjaan, nafsu makan saya terhadap makanan yang manis-manis juga akan meningkat. Hal ini tidak akan berbahaya asalkan kita tetap memperhatikan jumlah makanan yang kita konsumsi. Jangan sampai berlebihan karena dapat menyebabkan obesitas dan penyakit lainnya nanti.

Referensi

Adam, T. C., & Epel, E. S. (2007). Stress, eating and the reward system. Physiology & behavior, 91(4), 449-458.
Donohue, A. (2016). The Stress-Eating Relationship: How food can be used as a coping mechanism for stress and emotions.
ADVERTISEMENT
Gurnida, Dida A., Rosifah, Diana. 2011. PERAN GHRELIN DALAM REGULASI NAFSU MAKAN. Universitas Padjadjaran.
Izat, W. O. A. M., Adam, M. A., & Tahir, H. (2019). Hubungan antara stres, depresi, kortisol dan periodontitis kronis: tinjauan sistematik. Makassar Dental Journal, 8(2).
Rutledge, T., & Linden, W. (1998). To eat or not to eat: Affective and physiological mechanisms in the stress–eating relationship. Journal of Behavioral Medicine, 21, 221-240.
Stammers, L., Wong, L., Brown, R., Price, S., Ekinci, E., & Sumithran, P. (2020). Identifying stress-related eating in behavioural research: A review. Hormones and behavior, 124, 104752.
Yau, Y. H., & Potenza, M. N. (2013). Stress and eating behaviors. Minerva endocrinologica, 38(3), 255.
ADVERTISEMENT