Konten dari Pengguna

Mengenal Sisi, Ratu Legendaris dari Austria

Wina Retnosari
travel, history, shopping, food and arts enthusiast
5 Agustus 2019 15:09 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wina Retnosari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sisi. Dok: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Sisi. Dok: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sisi adalah salah satu ikon perempuan terpenting dalam sejarah panjang Austria. Perempuan bernama asli Elizabeth Amalie Eugene tersebut menikahi Kaisar Austria, Franz Joseph I. Ia kemudian menjadi Ratu Austria pada 1854, saat usianya baru 16 tahun.
ADVERTISEMENT
Semasa hidupnya Sisi terkenal tidak hanya sebagai salah satu perempuan tercantik di Eropa, tapi juga karena keunikan karakternya, serta peran politiknya dalam proses penyatuan wilayah Austria dan Hungaria. Untuk mengenang Sisi, Pemerintah Austria mendirikan sebuah museum yang menyimpan sekitar 300 koleksi barang milik Sisi di salah satu area Istana Hofburg di Kota Wina.
Kalau sedang berkunjung ke kota Wina, mampirlah ke Museum Sisi untuk mengenal sosok seorang perempuan yang menjadi salah satu legenda terbesar dalam Dinasti Habsburg tersebut. Sebelum menikah dengan Kaisar Austria, Sisi adalah seorang putri dari keluarga bangsawan di Bavaria.
Ayahnya bernama Maximillian bergelar Duke of Bavaria. Ibunya bernama Puteri Ludovika, adalah anak dari Raja Maximilian I dan Ratu Caroline di Bavaria. Sisi dibesarkan di Munich dan masih memiliki hubungan darah dengan Franz Joseph. Ibu Franz Joseph I, Archduchess Sophie, tak lain adalah kakak kandung dari ibu Sisi. Dari pernikahannya dengan Franz Joseph I, Sisi mendapatkan empat orang anak, tiga orang putri, dan seorang putra.
ADVERTISEMENT
Semasa hidupnya, Sisi begitu termasyhur di seluruh daratan Eropa sebagai ratu tercantik. Kecantikannya yang begitu legendaris kerap disebut-sebut abadi. Konon demi menjaga keabadian kecantikan masa mudanya, Sisi tak ingin wajahnya setelah menua didokumentasikan.
Sejak berusia 30 tahun, Sisi melarang wartawan memotretnya atau melukis wajahnya. Para wartawan harus berusaha keras untuk bisa mengambil potret sang ratu yang selalu berusaha menutupi wajahnya dengan sapu tangan atau kipas. Kecantikan Sisi sesungguhnya bukan melulu proses alamiah. Untuk selalu terlihat cantik dan muda, konon Sisi rela melakukan berbagai rangkaian perawatan.
Untuk perawatan rambut saja, Sisi bisa menghabiskan waktu hingga 3 jam. Ia menyewa penata rambut khusus untuk menyisir dan menata rambut panjangnya setiap hari. Setiap helai rambut yang rontok harus dikumpulkan dalam sebuah mangkuk perak dan diserahkan kepada sang ratu.
ADVERTISEMENT
Biasanya Sisi akan memanfaatkan waktu perawatan rambut tersebut untuk membaca buku-buku berbahasa Hungaria dan Yunani. Mirip ibu-ibu masa kini yang membaca majalah atau bermain handphone di sela-sela creambath.
Sisi juga berusaha keras menjaga postur tubuhnya agar tetap langsing dan tegak, Tidak hanya menjalani diet ketat, Sisi juga berolahraga rutin. Ia bahkan memiliki ruang senam khusus yang terletak tak jauh dari kamar tidurnya, lengkap dengan berbagai peralatan gimnastik.
Sisi juga rela menjalani berbagai ritual unik seperti tidur tanpa bantal hingga mengenakan handuk yang telah dilumuri cuka apel di kala tidur, yang dipercaya bermanfaat menjaga kerampingan pinggang. Sisi terkenal amat bangga atas pinggangnya yang berukuran 19 inci, meski telah melahirkan empat orang anak.
ADVERTISEMENT
Seperti perempuan-perempuan modern saat ini, Sisi juga memiliki rutinitas perawatan kulit yang begitu beragam. Mulai dari pemakaian masker strawberry yang sederhana hingga masker yang terbuat dari daging sapi mentah. Sisi juga rajin mandi berendam dengan menggunakan minyak zaitun dan menyemprot wajahnya dengan air bunga mawar dan lavender yang telah dicampur dengan cuka apel.
Namun menjadi istri penguasa kerajaan sebesar Austro–Hungaria serta menyandang status ratu tercantik di Eropa ternyata tidak selalu menjamin kebahagiaan. Sejarah mencatat berbagai tragedi terjadi dalam kehidupan sang ratu. Sisi kehilangan anak pertamanya, Putri Sophie yang masih balita karena sakit tifus.
Kematian Putri Sophie membuat hubungannya dengan ibu mertuanya memburuk. Archduchess Sophie menilai menantunya tidak becus mengurus anak, dan langsung mengambil alih pengasuhan dua anak Sisi lainnya, Gisela dan Rudolf. Sisi baru dapat menjalankan perannya sebagai seorang ibu secara penuh setelah kelahiran anak terakhirnya, putri Marie Valerie.
ADVERTISEMENT
Di tahun 1889, Sisi juga kehilangan anak lelaki satu-satunya, Pangeran Rudolf. Rudolf, sang putera mahkota, melakukan aksi bunuh diri bersama kekasih gelapnya, Mary Vetsera, di rumah peristirahatan milik Rudolf di Mayerling, selatan Kota Wina.
Kematian Rudolf terjadi dua tahun setelah Sisi kehilangan sepupu kesayangannya, Raja Ludwig II. Ludwig yang dikenal sebagai “The Fairytale King” itu adalah pemilik Kastil Neuschwanstein, tenggelam secara misterius di Danau Starnberg di Jerman. Di era modern, kastil Neuschwanstein kerap menjadi inspirasi bagi film-film produksi Disney.
Mayoritas sejarawan sepakat bahwa kematian Rudolf menjadi puncak kesedihan Sisi. Sisi menolak menghadiri pemakaman Rudolf yang telah diatur khusus oleh pihak kerajaan. Namun, cerita yang beredar di masyarakat menyebutkan bahwa sang Ratu kerap mengunjungi makam putera kesayangannya di malam hari sendirian.
Potret keluarga Franz Joseph dan Sisi. Dok: Wikimedia Commons
Banyak saksi menyebutkan Sisi menangis, meratap, dan memanggil-manggil nama puteranya seakan berharap Rudolf bisa hidup kembali. Sejak kematian Rudolf, Sisi kian menarik diri dari kehidupan sosial dan kerajaan. Sisi semakin sering bepergian sendirian tanpa protokoler istana ke berbagai tempat, termasuk Corfu yang menjadi tempat wisata favoritnya.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya kehilangan orang-orang yang disayanginya, Sisi juga nampak tidak bahagia dengan kehidupan pernikahannya. Meski telah beristrikan ratu tercantik, Franz Joseph disebut-sebut memiliki hubungan dengan seorang aktris bernama Katharina Schratt.
Begitu dekatnya hubungan Franz Joseph dengan Katharina, serta seringnya Sisi meninggalkan Austria, sempat tercipta opini publik bahwa Katharina adalah Ratu Austria yang sesungguhnya, meski tanpa mahkota.
Tragedi kehidupan Sisi ditutup dengan kematiannya sendiri pada 10 September 1898. Sisi meninggal dunia di usia 60 tahun di dekat Danau Leman di Jenewa, Swiss. Seorang anarkis asal Itali, Luigi Lucheni, menusuk Sisi dengan pisau tajam saat sang ratu akan menaiki kapal di danau Leman menuju ke Montreux. Sisi masih sempat menaiki kapal namun kemudian meninggal dunia satu jam setelah insiden penusukan itu.
ADVERTISEMENT
Saat ditangkap polisi, Luigi mengaku jika ia awalnya tidak berniat membunuh Sisi. Target pertamanya adalah seorang bangsawan Prancis, Duke d’Orleans, yang dikabarkan akan berkunjung ke Jenewa. Namun karena Duke d’Orleans batal berkunjung, dan Luigi mendapatkan informasi mengenai kunjungan Sisi ke Jenewa di koran, pria itu pun lantas mengalihkan targetnya kepada ke sang ratu.
Tak lama setelah kematiannya, jenazah Sisi kemudian dipulangkan ke Austria dan dimakamkan di Kaisergruft atau Capuchin crypt, sebuah tempat pemakaman yang berada di bawah Gereja Capuchin tak jauh dari Istana Hofburg di pusat Kota Wina. Capuchin merupakan tempat peristirahatan terakhir bagi anggota keluarga Dinasti Habsburg yang jumlahnya mencapai 145 orang, termasuk Ratu Marie Teresa.
ADVERTISEMENT