Konten dari Pengguna

Lilin Aromaterapi: Solusi Bijak Lawan DBD dan Lestarikan Alam

Wina Risti Hafipah
Mahasiswa Ekonomi Universitas Lampung
2 Desember 2024 10:45 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wina Risti Hafipah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Lilin Aromaterapi Ramah Lingkungan
zoom-in-whitePerbesar
Lilin Aromaterapi Ramah Lingkungan
ADVERTISEMENT
Permasalahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia bukanlah hal yang baru-baru terjadi. Dalam 56 tahun terakhir, Indonesia terus mengalami fluktuasi kasus DBD dimana dalam kurun waktu setiap 10 tahun sekali peningkatan kasus tertinggi umumnya terus terjadi yang tersebar hampir di seluruh kawasan Indonesia terutama di daerah pelosok. Berbagai macam cara pencegahan mulai dari tradisional maupun modern dilakukan masyarakat Indonesia untuk memberantas penyakit DBD. Namun, sayangnya beberapa cara tersebut justru menimbulkan masalah lain bagi manusia maupun lingkungan. Dalam hal ini, penting untuk mencari solusi bijak agar pencegahan yang dilakukan untuk mencegah penyakit DBD tidak mengganggu kesehatan maupun lingkungan.
ADVERTISEMENT

Ancaman Penyakit DBD

Memasuki musim penghujan di akhir tahun 2024, masyarakat Indonesia perlu meningkatkan kewaspadaan mengingat perkembangan populasi nyamuk terutama nyamuk aedes aegypti penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) semakin tinggi akibat banyaknya genangan air dan meningkatnya kelembapan suhu yang mendukung siklus hidup nyamuk. Menurut data dari Ketua Tim Keja Arbovirosis, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI, dr. Fadjar SM Silalahi, tercatat sampai pada minggu ke-45 pada tahun 2024 ini, kasus DBD di Indonesia telah mencapai 217.019 kasus dengan kasus kematian sebanyak 1.255.
Aedes aegypti adalah nyamuk penyebab penyakit DBD, penularan ini dilakukan oleh nyamuk betina. Aktivitas nyamuk untuk mengisap darah manusia biasanya dilakukan pada pukul 09.00–10.00 dan 16.00–17.00. Dalam satu siklus gonotropik, nyamuk betina dapat mengisap darah hingga 48 kali secara berulang, kemudian beristirahat di tempat yang gelap dan lembap. Virus dengue yang dibawa nyamuk akan menyebabkan kebocoran cairan dari pembuluh darah, serta mengubah komposisi darah, seperti penurunan jumlah trombosit dan peningkatan kadar hematokrit. Akibatnya, penderita dapat mengalami perdarahan atau syok.
ADVERTISEMENT

Bahaya Obat Nyamuk Berbahan Kimia yang Beredar di Pasaran

Dalam mengusir dan mencegah gigitan nyamuk, penggunaan obat nyamuk banyak dipilih oleh masyarakat. Berbagai jenis obat nyamuk seperti lotion, semprot, bakar, dan elektrik beredar di pasaran. Sayangnya, obat nyamuk yang beredar tersebut banyak memiliki kandungan yang berbahaya untuk kesehatan maupun lingkungan.
Ketua Perhimpunan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia (IDKI) dr. Eddy, MS (OH) menghimbau masyarakat untuk berhati-hati terhadap bahaya bahan kimia dalam obat nyamuk. Bahan kimia seperti diethyltoluamide atau DEE, picardin dan permetrin sering ditemukan dalam obat nyamuk. Kandungan tersebut dapat memicu kemerahan dan bengkak akibat lotion obat nyamuk. Kemudian, dapat menyebabkan iritasi mata, sesak napas, batuk-batuk, muntah hingga tidak sadarkan diri akibat penggunaan obat nyamuk bakar, semprot maupun elektrik. Selain itu, obat nyamuk memiliki dampak negatif bagi lingkungan dimana sifat non-biodegradable dapat mencemari lingkungan dan mengganggu ekosistem.
ADVERTISEMENT

Transformasi Limbah menjadi Bahan Alami Pengusir Nyamuk DBD

Menggunakan obat nyamuk berbahan kimia bukanlah solusi terbaik untuk mencegah penyakit DBD, hal ini karena dapat menimbulkan masalah baru bagi kesehatan dan lingkungan. Untuk mengatasi risiko kesehatan dan dampak lingkungan dari obat nyamuk berbahan kimia, penting untuk mencari solusi yang lebih aman dan berkelanjutan. Solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tingginya peredaran nyamuk aedes aegypti di musim hujan seperti sekarang ini adalah menggunakan bahan alami yang dapat digunakan untuk mengusir nyamuk. Salah satu alternatif yang bisa dilakukan adalah dengan membuat lilin aromaterapi yang memanfaatkan limbah organik misalnya kulit jeruk dan serai.
Penggunaan lilin aromaterapi telah ada sejak 3000 SM oleh bangsa Mesir Kuno dalam upacara keagamaan. Saat ini, lilin aromaterapi terus berkembang dan menjadi alternatif alami untuk pengusir nyamuk dengan manfaat tambahan berupa aroma yang menyegarkan. Dalam pembuatannya, penggunaan limbah organik seperti kulit jeruk dan serai menjadi ide cerdas untuk mengubah limbah menjadi produk yang bermanfaat.
ADVERTISEMENT
Agar terbebas dari bahan kimia, gunakan bubuk lilin yang terbuat dari kedelai sehingga gas yang dikeluarkan tidak beracun dan tidak mencemari udara. Penambahan limbah kulit jeruk dan serai berfungsi untuk memberikan aroma yang menenangkan. Dalam kulit jeruk, terdapat senyawa limonene yang berfungsi sebagai antimikroba dan antioksidan. Selain itu, serai memiliki kandungan citral, geraniol dan flavonoid sehingga dapat digunakan juga untuk mengusir serangga. Kandungan yang ada dalam kulit jeruk dan serai tersebut tidak disukai nyamuk namun memberikan efek menenangkan bagi manusia. Selain itu, penambahan essential oils dapat memperkuat kesegaran lilin tersebut. Untuk mengoptimalisasi penggunaan limbah, gunakan wadah bekas untuk mencetak lilin.
Menggunakan bahan alami dalam pembuatan lilin aromaterapi memiliki banyak keuntungan baik dalam sisi kesehatan maupun lingkungan. Bahan alami yang dibuat menggunakan limbah memiliki keunggulan lebih aman dibandingkan dengan obat nyamuk berbahan kimia yang beredar di pasaran. Limbah kulit jeruk yang biasanya dibuang dapat diberdayakan kembali, sementara serai merupakan bahan alami yang mudah didapatkan juga dapat memberikan manfaat kesehatan bagi penggunanya. Lilin aromaterapi aman digunakan sebagai alat pengusir nyamuk bagi para keluarga terutama anak-anak, orang yang memiliki kulit sensitif serta mempunyai masalah pada pernapasan. Lilin aromaterapi ini tidak menimbulkan iritasi ataupun efek samping yang berbahaya.
ADVERTISEMENT

Sosialisasi Pembuatan Lilin Aromaterapi sebagai Aksi Nyata Perangi DBD

Praktik Pembuatan Lilin Aromaterapi di SDN 45 Gedong Tataan
Untuk mewujudkan penggunaan lilin aromaterapi sebagai alat pengusir nyamuk alami dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi, tim mahasiswa Universitas Lampung melakukan sosialisasi di SDN 45 Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran, Lampung pada Oktober 2024. Sosialisasi ini dilakukan oleh 8 mahasiswa dari jurusan Ekonomi Pembangungan yaitu Almausshofi, Atri Alvinda, Ketut Lira Kurnia, Margiyana Retno Wulan, Putri Permata Liza, Septiana Dwi Nurmala, Umi Songidah dan Wina Risti Hafipah kepada 23 siswa kelas enam. Sosialisasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran siswa dalam mencegah penyebaran nyamuk aedes aegypti, meningkatkan kesadaran peduli lingkungan, mempertajam kreativitas siswa dan mengasah kemampuan siswa dalam meningkatkan nilai ekonomi.
Kegiatan ini disambut antusias oleh siswa dan para guru. Semua siswa memiliki kesempatan untuk mempraktikan pembuatan lilin aromaterapi sehingga kedepannya diharapkan mereka bisa melakukannya di rumah masing-masing. Para guru yang ada di SDN 45 Gedong Tataan juga menilai kegiatan ini menjadi solusi yang bijak untuk mengurangi tingkat penyebaran nyamuk DBD di desa mereka.
ADVERTISEMENT
Dalam sosialisasi yang telah dilakukan, kami menekankan penggunaan limbah yang ada di lingkungan sekitar untuk digunakan menjadi bahan yang memiliki nilai guna. Menurut kami, kegiatan ini sangat penting mengingat isu DBD merupakan kasus yang sering terjadi di Indonesia. Dengan memanfaatkan limbah yang tersedia di sekitar, siswa tidak hanya diajarkan untuk menjadi kreatif tetapi juga lebih sadar akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sebagai upaya pencegahan penyebaran nyamuk. Kegiatan ini juga bertujuan untuk menanamkan pola pikir berkelanjutan sejak dini, sehingga generasi muda dapat tumbuh dengan pemahaman bahwa solusi inovatif dan ramah lingkungan tidak hanya mampu menghadirkan manfaat kesehatan, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi berbasis komunitas yang berdaya saing.
Sosialisasi yang dilakukan di SDN 45 Gedong Tataan memberikan dampak yang besar dengan mengintegrasikan inovasi, pendidikan dan prinsip keberlanjutan dalam pengendalian DBD. Sosialisasi mengenai bahaya penyakit DBD, mulai dari penyebab hingga akibatnya, sangat penting untuk meningkatkan kesadaran anak-anak tentang kesehatan lingkungan. Mereka dapat lebih memahami pentingnya menjaga kebersihan, seperti membuang genangan air tempat nyamuk berkembang biak dan menghindari menumpuk sampah yang menyebabkan sarang nyamuk. Hal ini memberikan dampak langsung untuk membantu menekan penyebaran penyakit DBD di lingkungan mereka.
ADVERTISEMENT
Lebih dari itu, kegiatan ini juga memberikan edukasi yang bermanfaat dalam pengelolaan limbah. Inovasi ini tidak hanya mengajarkan daur ulang, tetapi juga mendorong siswa berpikir kreatif untuk menciptakan solusi yang bernilai ekonomis dan ramah lingkungan serta berdampak positif bagi masyarakat. Kegiatan ini dapat membuka kesadaran siswa bahwa limbah yang sering dianggap tidak berguna dapat diubah menjadi produk yang bernilai tinggi jika dikelola dengan baik. Hal yang tampak sederhana ini sejatinya adalah pijakan awal menuju generasi yang peduli lingkungan, berdaya secara ekonomi dan menciptakan masa depan yang lebih sehat serta berkelanjutan. Melalui langkah kecil yang dilakukan akan membawa perubahan besar dalam menciptakan generasi muda yang peduli lingkungan maupun dalam membangun komunitas yang lebih sehat.
Sosialisasi Lilin Aromaterapi di SDN 45 Gedong Tataan sebagai Solusi Bijak untuk Melawan DBD dan melestarikan Lingkungan