Dalgona Coffee vs Kebijakan

Winardi
Alumni Program Doktor Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan IPB Bogor. Saat ini bekerja di Kementerian Perindustrian
Konten dari Pengguna
22 Juli 2020 20:32 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Winardi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dalgona coffee Foto: Azalia Amadea/Kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Dalgona coffee Foto: Azalia Amadea/Kumparan
ADVERTISEMENT
Hari ini kebetulan lagi WFH dengan zoom meeting dua sesi, pagi dan sore membuat mata lelah berjuang melawan rasa ngantuk. Untungnya kali ini istri meracik obat anti ngantuk spesial, yaitu DALGONA COFFEE.
ADVERTISEMENT
Siapa yang tidak mengenal minuman DALGONA COFFEE. Minuman yang viral berkat media sosial YouTube dan TikTok di Korea Selatan. Diracik dengan bahan sederhana dan mudah ditemui di warung-warung. Hanya 3 bahan yang dibutuhkan, yaitu kopi instan, gula, dan air panas. Namun anehnya, tidak sedikit yang mencoba membuatnya tapi berujung kegagalan, kopi tidak mengembang.
Begitu dalgona coffee udah di depan mata, saya langsung menyeruputnya. Ada 2 cita rasa yang beradu tapi belum menyatu, yaitu rasa pahit-manis kopi dan rasa dingin susu cair. Ternyata dalgona coffeenya belum diaduk rata. Gumpalan kopi yang mengembang tadi belum menyatu dengan susu cair dan es batu.
Ada yang menarik di sini, ketika dikaitkan dengan proses penyusunan suatu kebijakan. Kita analogikan kebijakan sebagai secangkir dalgona coffee. Suatu kebijakan yang pas rasanya apabila kebijakan tersebut mampu mengakomodir semua kepentingan stakeholder tanpa mengorbankan salah satu pihak.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, pada proses meracik atau perumusan kebijakan, semua ide, gagasan, saran, masukan dari para pemangku kepentingan harus diaduk, dicampur, diramu sedemikian rupa sehingga dihasilkan kebijakan yang bercita rasa tinggi dan implementatif.
Jangan sampai kebijakan yang ditetapkan seperti dalgona coffee yang gagal akibat kopi tidak mengembang, yaitu kebijakan yang baru ditetapkan, belum sempat di sosialisasikan apalagi diimplementasikan, sudah harus dilakukan revisi/perubahan.
Kebijakan yang baik semestinya kebijakan yang memiliki cita rasa problem solving, tidak diskriminatif, seimbang, berkesinambungan dan berkelanjutan. Ibarat nikmatnya Dalgona Coffee di sore hari sambil nonton serial drama Korea.