Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Atta Halilintar, ASN, dan Aku
22 April 2021 13:32 WIB
Tulisan dari Winarni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hari ini aku menyaksikan video perjuangan hidup seorang youtuber sukses, Atta Halilintar. Video ini diunggah di channel youtube MC kondang Daniel Mananta berjudul “Sebelum menjadi YouTube No.1 di Asia, Atta Halilintar pernah hidup susah!? Daniel Tetangga Kamu”
ADVERTISEMENT
Saat ini dia adalah youtuber nomor satu se-Asia, Afrika, dan Australia. Usaha dalam mencapai kesuksesannya bukan jalan yang mudah. Penuh liku, cobaan, dan pengorbanan. Atta tidak pernah putus asa, ia berusaha melakukan yang terbaik, berjuang tanpa henti dan terus semangat untuk bekerja hingga sukses seperti sekarang.
Obrolan ringan yang dilakukan Daniel dengan Atta sangat menarik. Cara Atta menyikapi hidup sangat mengesankan. Dia mengubah dendamnya kepada seseorang sebagai prestasi dan motivasi untuk sukses.
Saat ada orang yang menyakiti dan merendahkan kita, maka gunakan rasa sakit itu sebagai penyemangat untuk menjadi manusia yang lebih baik, lebih sukses dan lebih segalanya dari orang tersebut.
Perjuangan hidup Atta membuatku teringat pada diriku. Diusia SMP pernah aku merasa sakit hati oleh perbuatan seorang teman. Rasa sakit itu aku jadikan obsesi untuk memperbaiki hidup dan mengubah nasibku. Aku harus menjadi orang yang melampaui segala hal dari orang yang menyakitiku itu.
Aku adalah bungsu dari 6 bersaudara, 4 orang perempuan dan 2 orang laki-laki. Orang tuaku petani dengan tanah warisan yang tidak terlalu luas. Kami tinggal di sebuah desa di Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Bapakku menggarap ladang tersebut dan menjadi penjual kerupuk keliling. Ladang kami hanya ditanam sekali setahun. Biasanya ditanami singkong, diselingi jagung dan kacang tanah.
Palawija ini dipanen bergantian, dari kacang tanah, dilanjutkan jagung dan terakhir singkong. Setelah singkong dipanen, ladang dicangkul dan dipupuk. Mulai ditanam kembali saat musim hujan tiba.
Ibuku seorang pejuang tangguh, dalam membantu bapak memenuhi kebutuhan hidup, beliau berjualan beras, terkadang tempe buatan sendiri, dan gula merah. Gula merah ini, ibuku ambil dari kampung di desa sebelah yang jaraknya sangat jauh, jalanan tanah dan naik turun karena berbukit. Ibuku biasa datang ke kampung ini setiap Senin, Selasa, Kamis, dan Sabtu.
Pada Rabu dan Minggu beliau menjual gula merahnya di pasar. Kampung yang biasanya beliau datangi adalah kampung Silangit, Kewali, Panjang, dan Semampir.
ADVERTISEMENT
Keadaan orang tuaku yang sangat bersahaja tersebut tidak memungkinkanku melanjutkan sekolah ke SMP. Allah Maha Baik, Ia memberikan jalan sekolah padaku melalui paman dan bibiku yang memiliki toko kelontong dan besi. Karena kemurahan hati mereka berdua, aku bisa mengenyam Pendidikan SMP, SMA hingga kuliah di UGM.
Semua kebutuhan sekolah dari pakaian seragam, sepatu, buku, tas hingga uang saku dipenuhi oleh mereka. Sungguh mulia perbuatan mereka ini. Aku tak pernah membayangkan berkah indah yang Tuhan berikan ini.
Tetapi perjalanan manusia tidak pernah ada yang tahu. Seperti Atta yang juga tak pernah berpikir akan bisa sukses seperti sekarang. Perjalanan hidupku pun tak semulus jalan tol. Sejak lulus SD, aku merasa tak pernah merasa dapat puas bermain atau bersantai seperti kebanyakan teman-temanku.
ADVERTISEMENT
Sepulang sekolah aku harus membantu bibiku berjualan di tokonya hingga tutup. Setiap hari Minggu, dari pagi hingga sore aku melayani para pembeli. Hal tersebut berjalan hingga aku lulus SMA. Setelah lulus SMA aku mencoba mendaftar di beberapa perguruan tinggi, tetapi belum berhasil.
Setahun kemudian aku mencoba lagi mendaftar di UGM dengan pilihan beberapa jurusan, dan diterima di jurusan Pariwisata.
Setelah lulus kuliah, aku sempat mengajar Bahasa Korea kepada calon pekerja Indonesia yang akan mengadu nasib di Korea. Aku belajar Bahasa Korea saat masih kuliah di fakultas Ilmu Budaya UGM.
Berbekal kemampuan itu, aku mendapat kesempatan mengajar di beberapa lembaga pendidikan bahasa korea, walopun sekarang aku hanya ingat sarangheyo dan tungtungheyo saja.
ADVERTISEMENT
Perjalananku berlanjut ketika ada lowongan kerja di LIPI. Saat itu aku tidak mengenal LIPI. Setelah mencari informasi, aku melamar untuk formasi pranata humas di kebun raya. Aku mendaftar untuk formasi di Kebun Raya Bogor dan Kebun Raya Cibodas, tetapi diterima di Kebun Raya Cibodas.
Menjalani seleksi di LIPI ini penuh dengan perjuangan. Seleksi awal adalah administrasi dilanjutkan dengan ujian tertulis. Saat dinyatakan lolos administrasi aku mulai ketar-ketir, karena aku harus ke Jakarta untuk ujian tulis ini sementara aku tidak tahu harus menginap dimana karena tak punya kenalan dan tidak mungkin menginap di penginapan karena terbatasnya uang.
Akhirnya aku menginap semalam di Parung, Bogor, tempat tersebut adalah kamar yang dikontrak oleh teman keponakan saya. Jauh sekali dari Jalan Gatot Subroto di Jakarta Selatan. Tetapi tak ada pilihan lain.
ADVERTISEMENT
Sebulan setelah tes tertulis, pengumuman peserta lolos ujian tertulispun keluar dan nama saya ada sebagai peserta yang lolos.
Seleksi berikutnya adalah tes wawancara dengan satuan kerja yang membutuhkan. Waktu itu saya hanya diterima untuk formasi di Kebun Raya Cibodas. Wawancara dilakukan oleh Kepala Kebun Raya Cibodas saat itu dan Kepala Seksi Konservasi Ex Situ Kebun Raya Bogor.
Lolos tahap wawancara, saya harus lanjut ke tahap tes psikotes (tertulis dan wawancara) hingga lolos sebagai CPNS yang diterima. Menjadi ASN/PNS di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia adalah sebuah anugrah lain yang Tuhan beri kepadaku.
Impian banyak orang ini dapat aku gapai, menjadi ASN di Lembaga penelitian terbesar di Indonesia. Aku bersyukur karena bisa masuk dan menjadi bagian dari keluarga besar ini.
ADVERTISEMENT
Perjuangan tidak selesai setelah diterima CPNS. Karena belum menerima gaji dan memiliki tabungan, aku terpaksa meminjam uang untuk biaya hidup.
Gaji pertamaku RP 700.000 sekian. Tidak cukup untuk membayar hutang dan memenuhi kebutuhan bulanan lainnya. Uang tersebut sebagian aku gunakan untuk memenuhi kebutuhan bulan berikutnya dan mengirimkan sebagian kepada ibu. Aku percaya, doa beliaulah yang membuatku mendapatkan pekerjaan ini.
Perjuangan hidup setiap orang berbeda-beda. Kesuksesan yang mereka raih saat ini tidak mereka dapat dengan mudah. Semua harus berjuang dan berusaha menggapai harapan hidupnya.
Aku, Atta Halilintar dan orang sukses lain berjuang dan berusaha hingga bisa berada di titik saat ini. Ada yang memulainya dari nol, ada pula yang mendapatkan kemudahan lain hingga tak perlu merasakan getirnya hidup.
ADVERTISEMENT
Apa yang kita dapatkan hari ini perlu kita syukuri dan hargai. Bekerja dengan baik dan memberikan yang terbaik dari yang kita miliki adalah salah satu wujud rasa syukur atas apa yang telah Tuhan berikan.
Teruslah menjadi baik dan berikan yang terbaik.
Winarni