Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Drama Korea Ghost Doctor dan Teori Disonansi Kognitif
6 Februari 2022 10:45 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Winarni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Buat kamu pecinta drama Korea dan sedang menonton dan mengikuti salah satu drama di tayangkan di TVN Korea Selatan, pasti tahu salah satu drama yang dibintangi oleh Rain dan Kim Bum yang akan aku ceritakan ini. Drama ini berjudul Ghost Doctor. Drama ini dibintangi oleh Rain, Kim Bum, Uee dan artis korea lainnya.
ADVERTISEMENT
“Seperti yang kamu tahu, aku melakukan sesuatu yang melawan kodratku. Aku terlahir hanya untuk bersantai. Kamu pernah dengar ungkapan disonansi kognitif, kan? Kamu mengalami gejala abnormal saat melihat ada disonansi antara keyakinan pribadi dan tindakanmu”.
Cuplikan dialog diatas merupakan kata-kata yang diucapkan oleh Ko Seung Tak, yang mencoba menjelaskan perubahan tingkah anehnya akhir-akhir ini kepada Oh Soo Jung, rekan dokter magang atau residennya di Rumah Sakit Universitas Eun Sang.
Ghost Doctor merupakan drama yang bercerita tentang dua orang dokter yang memiliki latar belakang, keterampilan, dan kepribadian yang berbeda. Tetapi takdir membuat mereka akhirnya menjadi akrab. Hal tersebut diawali dari dokter bedah toraks yang mengalami kecelakaan dan menjadi hantu karena mengalami koma. Dokter tersebut bernama Cha Young Min, ia merupakan dokter yang sangat jenius, walaupun begitu ia sangat arogan dan egois. Saat ini, ia menjadi hantu dan dapat merasuki tubuh Ko Seung Tak untuk melakukan operasi yang cukup sulit demi menyelamatkan pasien.
ADVERTISEMENT
Ko Seung Tak adalah dokter magang tahun pertama yang baru memulai magangnya di Rumah Sakit Universitas. Selain itu, dia merupakan cucu dari pemilik rumah sakit ini dan dikenal sebagai anak yang jenius karena mampu memahami banyak materi tentang kedokteran dengan mudah, sehingga pengetahuannya sangat luas. Tetapi kekurangannya, dia hanya pintar berteori tetapi tidak pernah memegang pisau bedah. Hal tersebut merupakan hal yang tidak mungkin, karena seorang dokter harus mampu melakukan operasi bedah. Ternyata alasan tidak mampu melakukan operasi karena kemampuannya melihat hantu dan roh atau arwah dari pasien yang akan dia operasi.
Karena tubuhnya dirasuki oleh Cha Young Min maka ia mampu melakukan operasi yang sulit dengan lancar. Kehebatannya melakukan operasi membuat banyak orang tidak percaya kemampuannya, bahkan mereka percaya bahwa Ko Seung Tak dirasuki arwah. Teman dekatnya, Oh Soo Jung yang tahu dengan detail seperti apa Ko Seung Tak, mulai curiga dengan kemampuan hebatnya. Oleh karena itu, ia bertanya kepada Ko Seung Tak, terkait kehebatannya tersebut. Bingung musti menjawab apa karena ia tidak mau ada orang yang mengetahui bahwa ia sebenarnya melakukan operasi karena dirasuki arwah Cha Young Min, ia membuat alasan bahwa ia mengalami disonansi kognitif.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari keseruan drama korea ghost doctor ini, aku tertarik pada istilah disonansi kognitif yang disampaikan Ko Seung Tak kepada rekannya. Sebenarnya apa itu disonansi kognitif?
Teori Disonansi Kognitif
Dikutip dari buku berjudul A Firts Look at Communication Theory karya M. Griffin, teori disonansi kognitif merupakan sebuah teori yang masuk ke dalam tradisi psikologi sosial dan diciptakan oleh Leon Festinger pada tahun 1957. Teori disonansi kognitif menjelaskan tentang konflik mental atau batin akibat dari ketidakselarasan atau ketidakharmonisan antara keyakinan, sikap dan perilaku seseorang. Disonansi kognitif terjadi saat kita menyadari bahwa kita melakukan sesuatu tidak sesuai dengan apa yang kita yakini, atau saat kita menyadari bahwa kita mempunyai pendapat yang berbeda dengan pendapat yang sudah kita yakini sebelumnya. West & Turner dalam buku Introduction Communication Theory, Analisys and Application menyebutkan bahwa keadaan disonansi kognitif merupakan suatu keadaan di mana kita merasa tidak nyaman secara psikologis, sehingga membuat kita berusaha untuk mengurangi rasa tak nyaman tersebut hingga menjadi nyaman.
ADVERTISEMENT
Dalam kasus Ko Seung Tak, ia merasa adanya perbedaan sikap dan perilaku yang dialami, di mana perilaku tersebut berbeda dari sikap dan perilaku dia sebelumnya. Jika dilihat dari konteks obrolan dalam drama ghost doctor, Ko Seung Tak mencari alasan yang paling realistis, maka disebutlah kata disonansi kognitif. Sebenarnya Ko Seung Tak pun bingung dengan sikapnya yang berbeda. Jika sebelumnya ia selalu takut untuk melakukan operasi bedah toraks, tetapi saat dirasuki arwah Cha Young Min, ia menjadi dokter yang sangat handal dalam melakukan operasi. Tetapi ia juga tidak dapat memahami perubahan sikapnya, karena saat melakukan operasi, bukan dia yang menguasai raganya, tetapi Cha Young Min. Untuk mencegah temannya mengetahui kemampuan melihat hantu dan dirasuki arwah, Ko Seung Tak membuat alasan bahwa ia mengalami disonansi kognitif.
ADVERTISEMENT
Disonansi kognitif dalam dunia nyata
Disonansi kognitif dapat dialami siapa saja dan dalam situasi apa saja. Misalnya, saat kita mempunyai niat untuk melakukan olah raga secara teratur untuk mengurangi berat badan atau menjaga tubuh agar tetap sehat. Kita menyadari dan meyakini bahwa olah raga adalah cara paling sehat untuk menjaga kesehatan badan selain mengkonsumsi makan sehat dan bernutrisi. Kita memulai olah raga dengan teratur, satu hari, dua hari, tiga hari dan seterusnya. Kemudian di satu waktu, kita merasa malas untuk berolah raga. Timbul kebingungan dalam diri kita, disatu sisi kita berfikir bahwa jika kita tidak berolah raga, nanti kita akan semakin malas untuk berolah raga. Disisi lain, kita menumpuk lemak dalam tubuh karena tidak berolah raga, tetapi juga malas dan capek melakukan olah raga. Dalam kondisi ini, kita sudah mengalami disonansi atau ketidakharmonisan antara sikap dan keyakinan.
ADVERTISEMENT
Langkah bijak mengurangi disonansi
Disonansi yang kita alami, sebenarnya dapat kita siasati atau kurangi dengan beberapa cara, seperti yang disampaikan oleh Sebastian Cancino-Montecinos dan rekannya pada tahun 2018 dalam artikel berjudul Dissonance reduction as emotion regulation: Attitude change is related to positive emotions in the induced compliance paradigm, yang menyebutkan bahwa disonansi dapat kita kurangi dengan mengubah sikap hingga membuat kita merasa nyaman kembali. Dalam kasus olah raga, maka untuk mengurangi rasa bersalah karena tidak berolah raga, yaitu dengan kembali berolah raga agar tubuh tetap sehat. Jika kita ingin mengurangi berat badan kita juga dapat mengubah pola makan dan menyesuaikan asupan dengan pengeluaran kalori. Sehingga tidak masalah makan banyak asal kita teratur berolahraga dan membangun otot dalam tubuh kita.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, kita menambah elemen baru pada salah satu tekanan yang menyebabkan ketidaknyamanan, misalnya dengan melakukan kegiatan yang lebih bervariatif selain olah raga, misalnya melakukan pekerjaan rumah tangga, melakukan windows shoping atau hiking, juga dapat dijadikan sebagai elemen untuk mengurangi rasa bersalah karena malas berolah raga.
Kemudian disonansi dapat kita kurangi dengan membenarkan tindakan yang kita lakukan, misalnya, kita melakukan pembenaran terhadap kemalasan kita, bahwa tidak akan sering meninggalkan kegiatan olah raga, hanya beberapa kali, saat merasa malas.
Strategi mengurangi disonansi yang kita alami dapat kita terapkan pada masalah lain, saat kita mengalami disonansi atau ketidaknyaman. Caranya yaitu dengan mengubah sikap, menghindari informasi yang tidak berguna, menambah keyakinan baru dan membenarkan tindakan. Kita tinggal memilih strategi mana yang akan kita ambil.
ADVERTISEMENT
Ternyata tidak ada ruginya ya mengikuti drama Korea dan menontonnya hingga selesai, karena ada ilmu yang dapat kita pelajari secara tidak sengaja.