Konten dari Pengguna

Menjaga Eksistensi Museum Tertua di Jakarta

8 November 2017 14:15 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Winda Dwiastuti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Menjaga Eksistensi Museum Tertua di Jakarta
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Salah satu destinasi wisata yang menjadi tujuan masyarakat adalah museum. Meskipun eksistensinya terlihat semakin “kalah saing” dengan kehadiran mal di Jakarta, namun pihak pengelola museum seakan tak mau kehabisan cara untuk menarik minat wisatawan.
ADVERTISEMENT
Museum Wayang contohnya, sebagai salah satu museum tertua di Jakarta yang dibangun sejak tahun 1640, pihak pengelola museum terus berusaha untuk mendapatkan jumlah pengunjung yang meningkat di setiap tahunnya dengan menggencarkan sejumlah kegiatan.
Terletak di Jalan Pintu Besar Utara No. 25 Jakarta Barat, Museum Wayang dibuka setiap hari Selasa-Minggu pukul 09.00-16.00 WIB, dan tutup pada hari Senin serta saat hari libur nasional.
Museum yang berada di bawah naungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini, menjual tiket masuk dengan harga yang telah disesuaikan oleh Perda Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2015 yaitu sebesar Rp 5.000 untuk dewasa, Rp 3.000 untuk mahasiswa dan Rp 2.000 untuk anak-anak/pelajar. Setidaknya, terdapat 4.000 koleksi wayang dan boneka dari berbagai daerah dan negara yang terdapat di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Pasang Surut Jumlah Pengunjung
Museum Wayang tergabung dengan Museum Seni Rupa dan Keramik serta Museum Tekstil menjadi satu organisasi yang bernama Museum Seni. Berdasarkan data pengunjung yang dihimpun dari Unit Pengelola Museum Seni, Bagian Museum Wayang, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta pada 2010-2016,
Museum Wayang memiliki jumlah pengunjung yang cenderung pasang surut. Selama tiga tahun terakhir yaitu pada 2014 terdapat 319.041 pengunjung, pada 2015 terdapat 324.067 dan pada 2016 jumlahnya justru menurun, yaitu sebesar 305.190 pengunjung yang terus didominasi oleh segmen dewasa.
Sumardi, selaku Staf Satuan Pelaksana Informasi dan Pelayanan Museum Wayang, mengatakan bahwa popularitas Museum Wayang juga terbilang masih kalah jika dibandingkan dengan beberapa museum di Jakarta, terutama di kawasan Kota Tua, seperti Museum Sejarah (Museum Fatahillah) berdasarkan jumlah pengunjungnya.
ADVERTISEMENT
Beberapa museum di Jakarta juga diakuinya telah memilki “nama besar” sehingga akan lebih mudah menarik perhatian masyarakat, meskipun jarang melakukan kegiatan yang menarik.
Menjaga Eksistensi Museum Tertua di Jakarta (1)
zoom-in-whitePerbesar
Terus Berinovasi di Tengah Keterbatasan
Museum Wayang pada dasarnya memiliki anggaran rutin dari Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan operasional, perawatan wayang, pembelian wayang serta untuk pemeliharaan museum.
Dikarenakan jumlah dana yang didapatkannya terbatas, maka inovasi yang ingin diberikan Museum Wayang kepada masyarakat pun ikut terbatas. Berkaca dengan keadaan yang terjadi, pihak pengelola tetap menggencarkan berbagai kegiatan untuk menarik minat wisatawan.
Salah satu inovasi terbarunya adalah dengan mengadakan pagelaran (roadshow). “Museum Wayang membuat pagelaran di titik-titik yang dekat dengan pemukiman warga, seperti di daerah Tugu Proklamasi, Komplek Puri Beta 2 Ciledug, Pasar Induk Cipinang, Setu Babakan, Bens Radio dan Pulo Gadung yang mulai diselenggarakan pada tahun 2016 lalu,” jelas Sumardi. Tujuannya tidak lain adalah untuk mendekatkan Museum Wayang dan Wayang itu sendiri, agar eksistensinya tetap terjaga di kalangan masyarakat.
Menjaga Eksistensi Museum Tertua di Jakarta (2)
zoom-in-whitePerbesar
Pada 2017, Museum Wayang akan menambahkan beberapa titik-titik baru yang dianggap strategis di Jakarta untuk melaksanakan roadshow tersebut, tanpa harus meninggalkan beberapa titik pagelaran di tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
“Kami juga menjalin kerja sama dengan PEPADI (Persatuan Pedalangan Indonesia), Sena Wangi (Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia), Total, BCA, Kompas dan Pos Kota. Biasanya mereka bertugas melakukan publikasi dan Museum Wayang menyediakan fasilitas yang dibutuhkan,” tambah Sumardi.
Pengaruh era globalisasi di bidang teknologi juga sangat berpengaruh terhadap museum Wayang. Sumardi mengatakan bahwa dirinya dan pihak pengelola lainnya akan meningkatkan kegiatan promosi berbasis online terutama melalui media sosial agar mudah dilirik oleh kaum remaja, dan mengoptimalkan situs resmi dari Museum Seni.
Menjaga Eksistensi Museum Tertua di Jakarta (3)
zoom-in-whitePerbesar
Berkaitan dengan tata ruang museum, pihak pengelola terus berupaya agar koleksi yang ditampilkan di Museum Wayang semakin beragam serta memiliki pencahayaan yang cukup.
Fasilitas yang ingin ditambahkan adalah Wi-Fi secara gratis, agar dapat memudahkan pengunjung untuk mencari informasi dan mengunggah foto terbaiknya melalui media sosial pribadinya sebagai salah satu cara untuk mempromosikan Museum Wayang. Pihak pengelola juga telah secara rutin memaksimalkan penggunaan Ruang Pagelaran dan Ruang Tiga Dimensi.
ADVERTISEMENT
“Untuk workshop perlu menyesuaikan dengan program di Pekan Museum Seni, seperti workshop pembuatan wayang kulit dan wayang golek, dan sesuai permintaan. Ada juga dengan tarif Rp 15.000/satu buah wayang janur, pengunjung berkesempatan untuk membuat wayang dari janur dan diperbolehkan untuk dibawa pulang oleh peserta rombongan. ” jelas Sumardi saat ditanya perihal workshop yang diadakan oleh Museum Wayang.