Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Dibalik Sepeda Onthel Cantik Kota Tua
6 November 2017 17:08 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
Tulisan dari Winda Dwiastuti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kota Tua dengan segala keunikan dan ciri khasnya, bukan hanya dilengkapi dengan kehadiran gedung bersejarah yang berada di sekitarnya saja, namun juga dengan kehadiran sepeda Onthel yang digunakan oleh masyarakat untuk berkeliling di sekitar kawasan Kota Tua tersebut. Ada dua jenis sepeda Onthel yang disewakan untuk pengunjung, ada yang didesain dengan bentuk melengkung sebagai pemisah antara dua pijakan, yang dapat digunakan untuk perempuan maupun laki-laki. Ada juga yang didesain dengan bentuk lurus sebagai pemisah antar dua pijakan kaki, yang secara langsung digunakan khusus oleh kaum laki-laki.
ADVERTISEMENT
Cepi Mulyono (45) atau yang biasa disapa Cepi, adalah satu dari beberapa orang lainnya yang telah menekuni profesinya sebagai penyewa sepeda Onthel cantik di Kota Tua selama hampir 9 tahun lamanya. Ia telah terbiasa untuk membuat sepeda Onthel yang disewakannya nampak berbeda dengan memodifikasinya hingga terkesan nyentrik. Beliau juga melengkapinya dengan berbagai jenis topi (seperti topi kompeni, topi pantai, atau topi koboy) sebagai aksesoris tambahan bagi para penyewa sepedanya. Inspirasi untuk bekerja sebagai penyewa sepeda Onthel cantik ini muncul sejak tahun 2008.

Terinspirasi dari Tukang Ojek Pangkalan
Awalnya, beliau adalah seorang tukang parkir di kawasan Kota Tua, yang menurutnya merupakan tempat yang cukup rawan akan kejahatan sejak dahulu. Seiring dengan kemajuan zaman, pihak dinas pariwisata berniat untuk menjadikan Kota Tua justru sebagai lahan wisata bagi masyarakat, hingga 2008 kawasan tersebut perlahan mulai dijadikan tempat wisata, namun belum ramai seperti sekarang ini.
ADVERTISEMENT
Dahulu, seringkali Cepi melihat adanya beberapa tukang ojek pangkalan yang sering menyewakan sepeda Onthel untuk masyarakat yang ingin foto menjelang pernikahan (pre-wedding). Cepi dan teman lainnya akhirnya terinspirasi untuk membawa sepeda Onthel yang mereka miliki dari kampungnya masing-masing di daerah Jawa untuk dimodifikasi dan disewakan di Jakarta. Setidaknya ada 36 temannya yang membawa minimal 3 sepeda Onthel ke Jakarta, sehingga sekarang sepeda Onthel yang mampu disewakan kepada pengunjung telah berjumlah 108.
Ban dan perlangkapan lainnya yang dibutuhkan untuk mempercantik sepeda Onthel tersebut dibeli di kawasan Jembatan Lima dan Tanah Abang. Kini, Cepi dan tema lainnya tergabung dalam paguyuban sepeda Onthel. "Di mana pun ada sepeda Onthel, yang nyentrik ya cuma di sini. Warna hitam sebenarnya klasik, tapi jarang ada masyarakat yang tertarik. Umur sepeda Onthel di sini ada yang dari tahun 1940an dan yang paling muda usianya ada di tahun 1970an" tambah Cepi.
ADVERTISEMENT
UPK Sangat Koorperatif dan Membantu
Pada 2011, minat masyarakat untuk menggunakan sepeda Onthel pun semakin tinggi. Cepi dan teman lainnya sepakat untuk berkoordinasi dengan pihak UPK (Unit Pengelola Kota Tua) mengenai aturan dan agenda penting untuk menciptakan keharmonisan dalam menjalankan pekerjaannya masing-masing. Lahan yang digunakan oleh Cepi dan temannya untuk menyewakan sepeda Onthel dibebaskan dari biaya apapun oleh UPK, sehingga muncullah kesadaran untuk saling membantu satu sama lainnya. Pihak UPK juga menjamin tidak adanya pungutan liar yang dibebankan kepada Cepi.

Cepi dan lainnya terbiasa untuk hadir di Kota Tua setiap hari mulai pukul 11.00 WIB untuk hari biasa dan mulai pukul 07.00 WIB pada hari libur, serta membiasakan agar pukul 18.00 WIB semuanya sudah rapih, sesuai dengan aturan yang diberlakukan oleh pihak UPK. Apabila sepeda yang disewakan adalah milik pribadi, maka setidaknya mereka mampu memiliki penghasilan hingga Rp 3.200.000/bulan, dengan tarif sewanya sebesar Rp 20.000/setengah jam. Namun, bagi temannya yang meminjam sepeda Onthel orang lain untuk disewakan, maka harus ada sejumlah uang yang disetorkan kepada pemilik sepeda, yaitu sebesar Rp 200.000/minggunya atau Rp 500.000/bulannya dengan tarif sewa yang sama.
ADVERTISEMENT
Cepi dan temannya juga menyewakan sepeda Onthel di beberapa titik lainnya seperti di kawasan Museum Wayang, Museum Sejarah, Museum Bahari, Menara Syahbandar, Jembatan Kota Intan, Pemerang dan beberapa titik lainnya yang tak jauh dari Kota Tua. Beliau juga bekerja sama dengan pemandu wisata di museum untuk membuat paket sewa sepeda Onthel seharga Rp 70.000/dua jam, yang sudah termasuk dengan kunjungan ke museum untuk menerangkan sejarah, berfoto dengan benda bersejarah dan melakukan kegiatan edukasi lainnya.
Suka Duka dalam Bekerja
Selama menjalankan profesi uniknya sebagai penyewa sepeda Onthel cantik, perjalanannya tak selalu mulus. Kerusakan sampai kehilangan sepeda pun pernah dialaminya selama beberapa kali. "Saya pribadi sudah tiga kali kehilangan sepeda saya. Kami di sini kan tidak memegang jaminan apapun dan tidak bisa memantau terus semua pelanggan kami. Pelanggan mau sewa, ya mereka bebas membawa ke mana saja dan kami cuma kasih batas waktu. Saat itu jaminannya hanyalah rasa saling percaya di antara kami. Kalau rusak, atau sampai hilang, itu kami yang tanggung, bukan pelanggan." jelasnya sesaat setelah mengingat peristiwa kehilangan sepeda yang telah dialaminya beberapa hari yang lalu.
ADVERTISEMENT
"Kadang kalau cuacanya sedang ekstrem, suka tidak kuat. Tapi sekalipun hujan deras, suka tetap ada yang mau sewa, jadi kami tetap memajang sepedanya. Dukanya juga terkadang ada saja yang curang, katanya mau bayar setelah pakai, tapi sewaktu dikembalikan, dia tidak bayar apa-apa, dan kadang kami pun tidak ingat wajah pelanggan secara keseluruhan. Biasanya remaja-remaja juga suka pinjam sepedanya sampai lupa batas waktu, daripada kami saling ngotot, jadi ya mengalah saja." tutup Cepi saat menceritakan suka dan duka dalam menjalankan profesi uniknya ini.
Oleh : Winda Dwiastuti