Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Perempuan sebagai Breadwinner Pemulihan Sosial Ekonomi
8 Oktober 2022 18:35 WIB
Tulisan dari Windi Agustin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada umumnya negara Indonesia merupakan sebuah negara yang cukup melekat pada budaya patriarki. Budaya patriarki merupakan budaya di mana laki-laki mempunyai kedudukan lebih tinggi dari perempuan. Dalam budaya ini, ada perbedaan yang jelas mengenai tugas dan peranan perempuan dan laki-laki dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya dalam keluarga. Dalam kehidupan rumah tangga mencari nafkah merupakan salah satu tugas yang harus dilakukan laki-laki sedangkan perempuan hanya memiliki tugas untuk mengurus rumah tangga seperti reproduksi dan domestik. Namun jika dilihat dari perkembangan saat ini banyak sekali para perempuan yang menjadi tulang punggung keluarganya hal tersebut karena terjadi faktor kesenjangan upah yang terjadi pada keluarga.
ADVERTISEMENT
Kondisi keuangan setiap keluarga berbeda beda, sehingga tidak cukup jika hanya mengandalkan laki laki saja, sehingga mau tidak mau maka perempuan juga harus ikut bekerja atau mencari nafkah keluarga. Selain kebutuhan pokok yang meningkat juga ada kebutuhan lain yang tidak bisa mengandalkan laki-laki seperti biaya sekolah anak, biaya tak terduga dan lain lain. Hal itulah yang menyebabkan seorang perempuan menjadi breadwinner di dalam keluarganya.
Perempuan yang bekerja seringkali dihadapkan dengan berbagai kondisi dilematis dalam keluarga, hal ini terjadi dikarenakan perempuan mengemban lebih dari satu peran atau adanya beban ganda. Beban ganda (double burden) artinya beban pekerjaan yang diterima salah satu jenis kelamin lebih banyak dibandingkan jenis kelamin lainnya. Terjadinya beban ganda sering kali dialami oleh perempuan hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya peran perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Namun kenyataan tersebut berbeda jika dilihat dari kacamata masyarakat, masyarakat menganggap bahwa yang mempunyai peran banyak dalam keluarga adalah laki-laki, tetapi kenyataan tersebut berbanding terbalik hal tersebut bisa dilihat bahwa banyak perempuan yang banyak mengalami beban ganda. Konflik peran ini muncul dikarenakan adanya dua peran atau lebih yang tekananya saling bertolak belakang antara satu sama lain.
ADVERTISEMENT
Ketimpangan sosial juga sangat memengaruhi adanya perempuan sebagai breadwinner. Perempuan yang menjadi breadwinner banyak sekali ditemui di desa desa dan pinggiran kota. Perempuan yang tinggal di desa dan pinggiran kota mayoritas hanya sebagai pedagang keliling, buruh tani, bahkan ada yang terpaksa untuk menjadi TKW di negara orang. Perempuan menjadi tulang punggung keluarga terkadang bukan pilihan utama pada perempuan, hanya saja adanya keterpaksaan dari tuntutan hidup yang harus dijalankan karena satu satunya pilihan hidup. Hal tersebut dilakukan karena adanya tujuan tertentu yaitu untuk membangkitkan perekonomian keluarganya. Alasan yang sering terjadi mengapa perempuan sebagai tulang punggung keluarga adalah Suami tidak mampu menjadi tulang punggung keluarga karena kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan, Suami meninggalkan kewajibannya dalam mencari nafkah, dan Penghasilan suami kurang dan tidak menentu.
ADVERTISEMENT
Data yang saya ambil merupakan sebuah data dari jurnal yang berjudul Perempuan sebagai tulang punggung ekonomi keluarga dan implikasinya terhadap relasi suami istri di Desa Gelogor Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat: Perspektif tuan guru dan aktivis gender .
Fenomena perempuan sebagai tulang punggung keluarga juga dialami oleh keluarga Maria Ulfah alasan Maria Ulfah menjadi tulang punggung keluarga karena pendapatan suami yang kurang menentu. Hal tersebut bisa dilihat dari kutipan berikut.
“Suami saya bekerja sebagai tenaga sukarela di Palang Merah Indonesia (PMI). Honor yang diterimanya tidak tentu, tergantung ada tidaknya “proyek”. Kalaupun ada, itu jumlahnya sangat jauh dari kurang. Oleh karena itulah, segala kebutuhan rumah tangga ditanggung oleh saya. Saya sendiri bekerja sebagai tenaga honorer di Balai PT Pertani Kediri dan membuka usaha berjualan telur asin.”
ADVERTISEMENT
Pendapatan suami yang tidak tentu dan masih jauh dari kurang, ditambah lagi dengan seringnya suami meninggalkan keluarga ke luar daerah, maka Maria Ulfah terpaksa mengambil alih peran suami menjadi tulang punggung ekonomi keluarga. Dari hasil perkawinannya Maria Ulfah dikaruniai seorang putri yang masih berusia dua tahun. Selain menjadi tenaga honorer di PT Pertani Kediri Lombok Barat, Maria Ulfah membuat usaha pengolahan telur asin. Pekerjaan ini dilakukannya pada sore hari. Sedangkan pekerjaan rumah tangga, seperti memasak dan mencuci pakaian dikerjakannya setelah pulang kantor.
Hal yang serupa juga dialami oleh ibu HJ. Islamiyah, dia menjadi tulang punggung keluarga karena suaminya meninggalkan kewajiban dalam mencari nafkah.
“Suami saya seorang TKI di Arab Saudi. dia bekerja sekitar sepuluh tahunan. Namun, sampai saat ini nafkah untuk keluarga jarang sekali diberikan. Kalaupun ada, jumlahnya tidak seberapa. Oleh sebab itulah, saya terpaksa bekerja untuk memenuhi biaya hidup dan menyekolahkan anak-anak”.
ADVERTISEMENT
Terkait dengan itu, Hery Aguspian mengatakan; “Ayah saya menjadi TKI di Arab Saudi sudah lama sekali. Kami dikirimi biaya sekolah hanya beberapa kali, itu pun sangat jarang dan jumlahnya tidak seberapa. Jadi, untuk biaya kehidupan terpaksalah ibu jualan di kios dan berjualan pakaian keliling”.
Kegiatan berjualan di kios dijalankan oleh Hj. Islamiah dilakukan pada pagi hari sampai siang hari. Pada siang harinya sampai malamnya dia digantikan oleh kedua anaknya. Sedangkan pada siang hari sampai petang Hj. Islamiah berjualan pakaian keliling dari kampung ke kampung di seputaran Kecamatan Kediri. Kegiatan memasak, dan mencuci pakaian dilakukan sendiri oleh Hj. Islamiah pada waktu-waktu senggang.
pada zaman sekarang ini, mudah menemukan perempuan yang memutuskan untuk bekerja, bukan hanya melibatkan tugas rumah tangga saja. Pertukaran peran saat ini banyak terjadi karena adanya faktor penyebab yang menjadikan perempuan mau menjadi tulang punggung keluarga. Ada banyak faktor yang mengharuskan sebuah keluarga dihadapkan pada pilihan seperti ini. Awalnya mungkin penyebab utamanya adalah karena keterpaksaan, keterpaksaan tersebut yang mau tidak mau harus dijalankan agar perekonomiannya bisa terpenuhi. Sehingga dapat disimpulkan terjadinya perempuan sebagai breadwinner karena ada faktor yang mempengaruhinya. Faktor faktor yang memengaruhi seperti faktor ekonomi, faktor kebutuhan dan faktor kesenjangan upah.
ADVERTISEMENT