FMIPA UI Bantu Petani Sembalun Atasi Kekeringan dengan Limbah Sabut Kelapa

windya fajira
Mahasiswa S1 Biologi Universitas Indonesia
Konten dari Pengguna
12 September 2022 15:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari windya fajira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Para pendaki gunung pasti kenal dengan Desa Sembalun, yang merupakan salah satu gerbang pendakian ke Gunung Rinjani. Desa Sembalun memiliki lanskap alam yang indah dengan bentangan pertanian di sekitar kaki gunung. Tanahnya yang subur menjadikan Desa Sembalun sebagai penghasil berbagai hortikultura seperti, kentang, bawang, buncis dan kopi, sehingga mayoritas masyarakat Sembalun mempunyai mata pencaharian sebagai petani.
ADVERTISEMENT
Lahan pertanian membutuhkan pengairan yang baik untuk mendapatkan hasil panen yang optimal. Pada musim kemarau para petani Desa Sembalun seringkali mengalami pasokan air yang berkurang. Hal tersebut menjadi kendala para petani untuk mendapatkan hasil panen yang baik. Tim pengabdian masyarakat Departemen Biologi, FMIPA UI mengenalkan suatu teknologi sederhana yang dinamakan Cocofloor yang bertujuan untuk mengatasi kendala tersebut.
“Cocofloor merupakan alat yang dibuat dari campuran limbah sabut kelapa dan air sagu yang dibentuk seperti karpet, kemudian diletakkan di bawah lapisan tanah dan lahan siap ditanam. Nutrisi yang ada pada sabut kelapa dapat menyuburkan tanah dan sekaligus dapat menahan air lebih lama, sehingga penyiraman tanaman tidak perlu dilakukan setiap hari, sangat tepat diimplementasikan di Desa Sembalun ketika adanya pergiliran pasokan air akibat dari musim kemarau” ujar Dr. Ratna Yuniati selaku ketua Tim Pengabdian Masyarakat.
ADVERTISEMENT
Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Cocofloor yang terdiri atas enam mahasiswa dan dua dosen telah melakukan penyuluhan dan lokakarya mengenai Cocofloor sebagai penyerap air pada hari Sabtu, 6 Agustus 2022 di Desa Sembalun, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Warga sangat antusias terhadap teknologi baru yang diperkenalkan oleh tim Pengmas dan ikut serta dalam melakukan percobaan pembuatan Cocofloor.
"Cocofloor ini akan sangat membantu pertanian Sembalun, umumnya di Sembalun ada lahan yang mudah mendapatkan air tetapi ada lahan yang sulit untuk mendapatkan air. Daerah ini biasanya mengandalkan air hujan saja dan dalam satu tahun paling tidak hanya bisa satu kali panen. Irigasinya sulit tetapi dengan adanya cocofloor yang bisa menahan air enam belas kali lipat lebih banyak dari tanah kebun akan menjadi solusi yang baik bagi pertanian di Sembalun." Ujar Andobi, Petani di Desa sembalun
Dr. Ratna Yuniati selaku ketua tim pengmas sedang mencontohkan pembuatan Cocofloor. Foto: Dok. Pribadi
Pelaksanaan program pengabdian masyarakat Cocofloor bekerjasama dengan Yayasan Pandu Cendekia dan Komunitas Petani Desa Sembalun serta disponsori oleh Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (DPPM) UI. Adanya pengabdian masyarakat yang berjudul Pengembangan Cocofloor: Water Absorber Berbahan Dasar Limbah Sabut Kelapa sebagai Irigasi alami untuk Pertanian di Sembalun, Lombok Timur
Tim Pengabdian Masyarakat Departemen Biologi FMIPA UI foto bersama dengan petani di Desa Sembalun. Foto: Dok. Pribadi
diharapkan mampu memberikan solusi bagi petani di Desa Sembalun pada musim kemarau dan juga dapat meningkatkan efektifitas kerja para petani saat musim penghujan.
ADVERTISEMENT