Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Gunung Kawi: Dari Burung Sampai Turki, Akhirnya Bentoel
27 Oktober 2017 0:04 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
Tulisan dari Winuranto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Sen Tjiauw dan Winuranto Adhi (Malang)
Makam Gunung Kawi bukan makam sembarang makam. Di sana dimakamkan dua bekas senapati Pangeran Diponegoro yang menolak tunduk terhadap penjajah Belanda.
ADVERTISEMENT
Di antara jutaan mereka yang berdoa di Gunung Kawi untuk meminta agar usahanya sukses, setidaknya ada seorang pengusaha yang merekam keberhasilannya secara tertulis. Adalah Ong Hok Liong yang memaparkan riwayat hidupnya di Museum Sejarah Bentoel di Malang, Jawa Timur. Museum ini pun didirikan di tempat Ong memulai bisnisnya di tahun 1920-an.
Awalnya, Ong Hok Liong hanyalah pedagang tembakau susur, tembakau untuk pelengkap nyirih. Bisnis itu menurun dari ayahnya. Kendati Ong dan istrinya, Liem Kwie Nio, bekerja keras sejak sebelum subuh hingga petang hari, tak ada tanda-tanda usahanya akan maju. Lalu, ia mencoba membuat rokok bermerek Burung. Tapi, usaha itu gagal juga.
Ong lalu mengganti merek rokoknya berkali-kali: Gendang, Kelabang, Lampu, Turki, dan Djeruk Manis. "Meski penjualannya sampai ke kampung-kampung, hasilnya tak memuaskan," tutur Tejo, penjaga Museum Bentoel. Malah, usaha rokok Ong pun terpuruk. Apalagi di zaman malaise, sekitar tahun 1935.
ADVERTISEMENT
Ketika itulah, Ong mulai punya perhatian terhadap ziarah Gunung Kawi yang didengarnya. Lalu, ia pun berziarah ke makam Mbah Djoego, sekali, dua kali, akhirnya berkali-kali sampai suatu ketika ia menginap di makam dan bermimpi di mana-mana melihat bentul (talas). Merasa terganggu oleh mimpinya, ia bertanya kepada juru kunci makam. "Juru kunci lalu menyarankan agar pabrik dan merek rokoknya diubah menjadi Bentoel," tutur Mariani Samsi, putri sulung Ong dan Kwie Nio, seperti yang tertulis dalam arsip di Museum Bentoel.
Benar, malang tak dapat ditolak, untung pun tak dapat ditampik Bentoel produksi Ong maju pesat. Tak melupakan ilham dari makam, Ong pun menyumbang dengan membangun kawasan keramat itu. Setiap malam Jumat Legi dan tanggal 1 Suro, Ong dan istrinya selalu berziarah ke Gunung Kawi. Mereka menanggap wayang kulit dua hari dua malam, lengkap dengan suguhan daging sapi dan kambing.
ADVERTISEMENT
Hanya Ong Hok Liong yang sukses? Menurut Hari Setiajid, Ketua Harian Yayasan "Ngesti Gondo", banyak pebisnis yang datang ke Gunung Kawi. Taipan Liem Sioe Liong, misalnya, salah satu yang turut membangun kawasan ini. Siapa tahu nama BCA dan yang lain-lain di bawah imperium bisnis Liem dulunya juga datang dari Gunung Kawi. "Tak cuma pebisnis, tapi pelawak, petinju, artis, pejabat sipil, polisi, dan tentara militer juga banyak yang datang," tutur Misdi, penjaga makam.
Menurut Hari Setiajid yang agak tak yakin bahwa makam itu mendatangkan berkah, sering terjadi kesepakatan di antara bos-bos yang kebetulan bertemu di makam. Siapa tahu, itulah maksud kedua mbah dulu itu mendirikan semacam pusat pertemuan: bermusyawarahlah, lalu bikin usaha. o
ADVERTISEMENT
*Artikel ini terbit pertama kali di majalah Trust.