Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mitos Banteng Wall Street
2 Januari 2018 4:43 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
Tulisan dari Winuranto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Puluhan orang terlihat mengerubungi patung banteng kekar yang berdiri di kawasan Wall Street, Manhattan, New York, Amerika Serikat, Minggu (31/12) sore.
ADVERTISEMENT
Menyambut Natal 2017 dan datangnya tahun baru 2018, leher patung berjuluk Wall Street Bull atau Banteng Wall Street itu sengaja dihiasi dengan kalung yang dianyam dari daun-daun cemara.
Dalam mitologi, banteng memang kerap dilambangkan sebagai optimisme atas kesejahteraan dan keuangan nan berlimpah.
Tak heran bila di kalangan bursa saham, tandukan sang banteng yang seolah hendak meninju angkasa tersebut disimbolkan sebagai indeks saham yang terus terkerek naik dan kian menguat.
Lantaran itu pula, beberapa markas bursa saham di sejumlah negara memajang patung banteng. Tak cuma New York Stock Exchange di Manhattan, New York, Amerika Serikat, patung banteng juga bertengger di Frankfurt Stock Exchange, Shanghai Stock Exchange, Bombay Stock Exchange, termasuk di Bursa Efek Indonesia di kawasan Sudirman, Jakarta.
ADVERTISEMENT
Mitos lekatnya keberuntungan atas sentosanya keuangan dan patung Banteng Wall Street ini rupanya menjalar kuat di masyarakat. Banyak orang atau wisatawan yang percaya bahwa barang siapa berkesempatan mengusap tanduk, hidung, atau bagian lain dari patung banteng seberat 3,2 ton di Manhattan itu bakal mujur secara finansial. Benarkah demikian? Boleh jadi akan sulit masuk di akal.
Meski begitu, toh tetap saja orang saling berebutan memegang patung banteng tersebut, dan tak lupa berfoto dengan berbagai ekspresi gembira di sana.
Segala hal pada bagian tubuh sang banteng tak luput menjadi sasaran untuk dipegang dan diusap-usap. Ada yang memegang kepala dan tanduk, meraba hidung, mengelus perut bahkan mengusap pelernya.
Menjelma menjadi salah satu ikon kota, wujud sang banteng banyak diproduksi menjadi beraneka ragam suvenir: replika patung, hiasan kulkas, hingga gantungan kunci.
ADVERTISEMENT
Berkesempatan mengunjungi kawasan Manhattan, New York, saya mampir melihat patung perunggu yang didesain oleh seniman asal Italia, Arturo Di Modica tersebut. Dan saya pun mencoba mengusap peler si Banteng Wall Street yang berukuran gede. (*)