Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Puan Maharani; Pendidikan alat Perubahan
27 Oktober 2017 17:32 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
Tulisan dari Wirang Galeng tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Nelson Mandela mengatakan: “Education is the most powerful weapon which you can use to change the world” (Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang bisa kamu pakai guna merubah dunia).
ADVERTISEMENT
Terdengar dahsyat. Tapi begitulah pendidikan. Ia jalan penting untuk memberdayakan suatu masyarakat. Peradaban besar dimulai dari kesadaran atas pentingnya pendidikan. Kesadaran pada pentingnya pendidikan tumbuh seiring kesadaran dan kematangan pemikiran. Kata kunci kemajuan adalah kesadaran untuk menggunakan semaksimal mungkin kemampuan berfikir. Pada konteks ini, pendidikan adalah satu jalan untuk merangsang kemajuan berfikir manusia.
Di Perancis, salah seorang filsuf sosial August Comte menunjukkan pentingnya kecenderungan berfikir manusia. Dia membangun teori bahwa bentuk dari sebuah masyarakat (the form of society) sangat bergantung pada kecenderungan cara mereka berfikir (the way of thinking). Semakin kecenderungan berfikir manusia itu mengarah ke positivisme, maka semakin besar jalan masyarakat tersebut ke arah kemajuan.
Positivisme, oleh sang pemikir itu, dianggapnya sebagai tahap evolusi tertinggi dalam kemajuan umat manusia melampaui fase teologis dan fase metafisis. Postivisme dicirikan oleh kesadaran masyarakat menggunakan pemikiran yang rasional, bergantung pada ilmu pengetahuan untuk membaca segala gejala alam, tidak suka percaya pada mitos dan segalanya harus dalam terang ilmu pengetahuan.
ADVERTISEMENT
Seturut di atas, Puan Maharani (Menko PMK) juga menyadari betapa pentingnya pendidikan. Dalam otoritasnya sebagai seorang menteri yang bertugas dalam bidang pembangunan manusia dan kebudayaan, Puan meyakini bahwa satu-satunya cara untuk benar-benar membangun dan memberdayakan manusia-manusia Indonesia adalah dengan memastikan bahwa pendidikan di negeri ini benar-benar dirasakan oleh mereka – seluruh masyarakat Indonesia baik di pusat maupun di pinggiran – secara merata. Puan Maharani berusaha memastikan sebaik mungkin bahwa pemerataan pendidikan betul-betul dilaksanakan secara maksimal.
Komitmennya atas ikhtiar untuk memastikan terdistribusinya dengan baik kesempatan pendidikan adalah dengan – salah satunya – turun ke berbagai daerah. Puan Maharani – bersama presiden RI, Joko Widodo – turun menemui warga masyarakat. Mereka memantau, memastikan dan membagikan berbagai kartu kesejahtaraan kepada mereka, salah satunya kartu yang memungkinkan rakyat untuk belajar: Kartu Indonesia Pintar. Mereka ‘blusukan’ (dalam pengertian yang sesungguhnya) untuk memastikan terdistribusinya kesempatan yang penting tersebut, yakni kesempatan pendidikan. Puan Maharani dengan senang hati membagi-bagikan kartu tersebut kepada masyarakat.
ADVERTISEMENT
Berbicara pendidikan, Puan Maharani menegaskan beberapa hal yang perlu menjadi fokus utama. Pertama, optimalisasi Program Indonesia Pintar. Program Indonesia Pintar digagas untuk benar-benar memaksimalkan kesempatan bagi seluruh rakyat Indonesia untuk memperoleh pendidikan yang sama. Tidak boleh terdapat anak negeri yang tidak memperoleh kesempatan pendidikan. Menunaikan pendidikan – kata salah satu judul buku – adalah bagian dari melunaskan janji kemerdekaan. Dengan kata lain, kemerdekaan tidak berarti apa-apa jika salah satu janji – melunasi janji pendidikan – tidak dilakukan.
Kedua, Puan juga mengupas tentang optimalisasi pendidikan di pinggiran. Ini bisa dimengerti sebab selama ini yang selalu jadi perbincangan hangat adalah perihal fasilitas pendidikan bagi anak-anak negeri yang jauh dari pusat, jauh dari kota-kota besar, atau mereka yang hidup dan tinggal di daerah-daerah yang jauh dari akses informasi. Di sana, kita masih sering menyaksikan infrastruktur pendidikan yang tidak layak, tenaga pengajar yang terbatas dan persoalan-persoalan lainnya. Puan seolah menggugah kita semua, utamanya pemerintah, untuk mengambil tindakan yang jelas bagaimana mengatasi perihal ketimpangan ini.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Puan – yang mengerti betapa pentingnya pendidikan – juga menyoal perihal peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan. Persoalan mutu pendidikan adalah menyangkut sejauhmana sebuah keseriusan pemerintah atau menyelenggara pendidikan benar-benar berkomitmen dalam menghadirkan pendidikan yang serius, yang sungguh-sungguh mampu meningkatkan daya dan kemampuan anak-anak bangsa. Bagaimana meningkatkan mutu? Tentu banyak hal yang bakal dilakukan termasuk mengevaluasi apakah sejauh ini sistem pendidikan kita sudah sesuai dengan kebutuhan anak bangsa.
Ketiga hal ini harus menjadi pertimbangan bersama untuk benar-benar menghidupkan pendidikan di dalam masyarakat. Hanya – sekali lagi – dengan pendidikan, bangsa ini akan menjadi besar. Di Jepang, pasca kehancuran yang diluluhlantakkan oleh bom atom, yang ditanyakan oleh sang kaisar, berapa adanya guru yang tersedia?
ADVERTISEMENT