Mencari Pemain ke 12 di New Normal Liga Indonesia

Wis Widadi
Suporter Bola Biasa
Konten dari Pengguna
4 Juni 2020 20:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wis Widadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi duel pertandingan sepak bola. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi duel pertandingan sepak bola. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Belum ada kepastian, Liga Indonesia New Normal akan dengan “pemain ke 12” atau tanpanya. Penonton sepakbola, suporter atau sering disebut pemain ke 12 memang menjadi ruh sepakbola itu sendiri. Tanpa ada suporter, tidak ada nyanyian, tidak ada intimidasi, tidak ada hujatan, tidak ada siulan, tidak ada teriakan, tidak ada motivasi atau bahkan kesedihan di sepakbola. Sepakbola akan hampa bagaikan sayur tanpa garam.
ADVERTISEMENT
Namun apa daya, jelang pelaksanaan new normal liga Indonesia, pandemi covid 19 masih menjadi virus yang mematikan dengan korban ribuan setiap hari. Protokol kesehatan dari pemerintah mensyaratkan tidak boleh ada kerumunan orang, menjaga jarak dan menghindari tatap muka. Tidak boleh berkerumun ini menjadi kendala suporter menonton dan meramaikan sepakbola di dalam stadion.
Kita boleh iri terhadap suporter di Vietnam, di liga mereka, suporter boleh datang berduyun duyun ke stadion, bernyanyi, membawa bendera besar, spanduk, pengeras suara dan genderang. Namun, perlu diingkat, negara Vietnam mencatatkan nol korban covid 19. Negaranya mampu memang melawan pandemi lebih cepat. Paling berhasil di dunia. Sehingga, nonton bola pun menjadi tidak masalah karena ada jaminan steril. Enaknya, di sana sepakbola tetap menyala dengan pemain ke 12 nya.
ADVERTISEMENT
Kita harus bercermin dengan kondisi lingkungan kita saat ini, covid belum terkendali, Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan Covid 19, Achmad Yurianto di Kantor BNPD mengabarkan, “ Kita konfirmasikan, bahwa terdapat kasus positif sebanyak 585 orang, totalnya menjadi 28.818 orang.”. Banyak muncul klaster baru, seperti di pasar tradisional, majelis pengajian, acara pesta dan dari kerumunan.
Lalu, bagaimana dengan usulan suporter boleh nonton di stadion, yang pastinya menimbulkan kerumunan. Baik diluar ataupun di dalam stadion?
Potensi pertandingan sepakbola menjadi klaster baru penyebaran covid bukan isapan jempol belaka. Pertandingan antara Liverpool vs Atletico Madrid di Inggris pada awal maret 2020 lalu diduga menjadi klaster utama penyebaran covid 19, kedatangan suporter atletico asal spanyol, di mana negara spanyol terjangkit lebih dulu sebelum inggris menjadi terduga. Disinyalir dari pertandingan tersebut, puluhan orang meninggal terjangkit virus covid 19.
ADVERTISEMENT
Bahkan, konon situasi pertandingan juga mencekam, pemain dan official dalam tekanan dan ketakutan. Adalah Jorgen Klopp pelatih Liverpool mengakui dan sempat bercerita kepada Carlo Ancelotti pelatih Everton, bahwa pertandingan melawan atletico madrid itu mencekam. Karena teror covid 19 dalam sepakbola terbukti nyata, dan dampaknya liverpool juga kalah saat itu, gagal ke fase berikutnya liga champion. Liga antar klub paling prestisius di dunia. Juara bertahan itu tumbang, liverpool tumbang oleh bayang bayang pandemi. Mental dan psikologisnya rusak dan terguncang.
Mari kita bercermin, bagaimana sebenarnya sifat asli suporter klub di Indonesia. Bisakah mereka diatur dengan protokol kesehatan yang disiplin?.
Ada cerita dari CEO PSIS Yoyok Sukawi saat perbincangan live dengan Kelompok Suporter Panser Djabodetabek bulan ramadhan lalu. Awalnya Yoyok bercerita bagaimana suporter sering ‘maido,’ atau ‘misuh’ atau membully manajemen jika hasil tidak sesuai dengan harapan suporter. Bahkan karena nyinyiran suporter, ketua pengurus panitia penyelenggara pertandingan (Panpel) akhirnya mengundurkan diri. Peristiwa tersebut saat musim 2019 lalu, saat PSIS menggelar pertandingan home di Stadion Moch Subroto Magelang dengan tamunya Persebaya. Kronologisnya, sebelum pertandingan tentu Panpel berkoordinasi dengan Kepolisian Magelang dan Polda Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Pihak kepolisian sendiri merekomendasikan, pertandingan PSIS vs Persebaya diselenggarakan tanpa penonton. Akan ada pengecekkan setiap ada suporter Persebaya yang dikenal Bonek, Bondo Nekat di setiap jalur masuk Jawa Tengah dan Magelang beberapa hari sebelum pertandingan. Bonek disarankan tetap di Surabaya dan akan diadakan acara nonton bersama.
Namun faktanya, banyak bonek yang nekat dan mampu lolos dari pengawasan polisi. Sehingga saat hari H sebelum pertandingan, bonek sudah ramai diluar stadion. Sementara itu, suporter PSIS sudah diinstruksikan untuk tidak bergerak dari Semarang ke Magelang. Menaati anjuran Panpel dan Kepolisian, suporter dari Semarang tidak bergerak ke Magelang. Sehingga timpang, suporter tuan rumah justru sangat sedikit di luar stadion. Dan peristiwa pun terjadi, di pertengahan pertandingan, bonek masuk ke stadion, polisi kewalahan.
ADVERTISEMENT
Sontak peristiwa itupun membuat suporter PSIS marah di media sosial, menyalahkan Panpel dan Kepolisian yang seolah tidak beres dan tidak adil. Padahal, bonek dan suporter PSIS ini tergolong kelompok suporter yang akur, seduluran. Namun peristiwa di Magelang tersebut sungguh mengecewakan bagi pihak tuan rumah. Bahkan Yoyok Sukawi pun menyatakan,” Kalau seperti itu, mending suporter semarang tetap aja berangkat ke Magelang, jangan dilarang. Boleh masuk atau tidaknya di pikir nanti”. Dalam pertandingan itupun akhirnya terjadi keributan. Dan Ketua Panpel mengundurkan diri karenanya di kritisi suporter tuan rumah.
Dari peristiwa sederhana itu, jelas terlihat susah mengatur suporter bola di Indonesia. Tanpa memojokkan bonek, karakter suporter klub besar hampir sama dengan lainya. Nekat, militan dan susah diatur. Bahkan sangat menyedihkan, di zaman modern ini masih ada yang tawuran. Salah satu contohnya adalah antara PSIM Yogyakarta dengan Persis Solo di Liga 2 Musim 2019 lalu. Stadion yang bagus menjadi arena tawuran kelompok suporter, menyedihkan.
ADVERTISEMENT
Fanatisme berlebihan terhadap klub, militan dan susah diatur masih menjadi ciri khas yang susah dihapuskan.Korban jiwa pun sering menjadi catatan hitam yang terus berjatuhan setiap tahun. Walaupun petugas kepolisian sudah maksimal mengamankan pertandingan.
Secara bijak, untuk pelaksanaan new normal liga 1 dan liga 2 besok, baiknya tanpa penonton. Karena, walaupun dengan aturan yang ketat, peluang suporter melanggar aturan lebih besar. Dalam kasus di Magelang sudah terlihat, bahkan banyak kelompok suporter yang menyebabkan klubnya di denda Komdis PSSI yaitu dalam kasus pelemparan botol dan menyalakan kembang api.
Kita berkaca saja di Eropa, Jerman yang sudah berjalan liga nya, disana, walaupun negaranya mampu mengatasi pandemi, dan suporternya sudah tergolong tertib dalam stadion. Budaya suporter disana sudah maju, tiket berlangganan tahunan, beretika dan bahkan suporter juga sebagai pemilik saham klub. Mereka di Jerman saja masih melarang pertandingan Bundesliga dengan penonton. Ini untuk meminimalisir penyebaran COVID-19.
ADVERTISEMENT
Di Jerman negara sudah teratur saja, suporternya tetap diatur tanpa penonton. Di Indonesia, suporternya tidak teratur, jadi harus lebih diatur. Jangan dibuka ruang nonton di Stadion. Agar tidak menjadi klaster baru penyebaran COVID.
Sejauh ini, suporter memang ingin tetap bisa menonton pertandingan liga new normal. Ketua Umum Jakmania, Dicky Soemarno menyarankan liga 1 musim 2020 dihentikan selama belum bisa digelar dengan penonton. “ Kami tetap berharap Liga 1 ada pertandingan dengan penonton. Karena, kalau laga digelar tanpa penonton, kan berarti keadaan masih belum normal,” Ujar Dicky kepada KumparanBola, Rabu (3/62020). Senada dengan Jakmania, beberapa suporter lainya seperti Panserbiru PSIS, The Macz Man PSM Makassar, Persis Solo ingin pertandingan ada penonton namun dengan pelaksanaan protokol kesehatan yang tegas.
ADVERTISEMENT
Uniknya malah PSS Sleman, manajemennya ingin ada penonton, walaupun masih dalam masa boikot suporternya. Namun justru suporternya bersikap bijak ingin liga ditunda mengingat situasi pandemi. Suporter PSS Sleman terkenal paling fanatis dan kreatif di Liga 1, namun mereka realistis.
Jadi, baiknya, PSSI juga harus serius menyiapkan posisi pemain ke 12 akan disediakan di tribun atau tidak. Selama ini masih berkutat pada perencanaan kompetisi dan klub. Suporter perlu diperhatikan karena jika tidak, maka akan terjadi ledakan gerakan suporter dan ledakan klaster baru covid 19.
Sebaiknya, memang tanpa suporter. Namun, agar pertandingan tetap menarik di televisi, tirulah Bundesliga yang sudah berjalan, suporter tetap boleh menaruh spanduk dengan panitia, bahkan menaruh jersey atau seragam di bangku penonton, atau bahkan membuat manekin dan boneka penonton. Panitia juga menyiapkan suara suporter yang diputar di stadion. Bahkan yang unik, di liga Denmark, panitia pertandingan menyediakan layar yang menampilkan para suporter yang menonton melalui aplikasi meeting zoom. Kreatif bukan.
ADVERTISEMENT
Atau bagaimana PSSI baiknya seperti apa mencari pemain ke 12 dalam new normal lanjutan kompetisi Liga 1 dan Liga 2 2020. Semoga win win solution tanpa mengakibatkan korban jiwa karena corona hanya karena sepakbola.