Selamatkan Timnas dari Drama Korea Sepak Bola

Wis Widadi
Suporter Bola Biasa
Konten dari Pengguna
19 Juni 2020 8:24 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wis Widadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Timnas Indonesia. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Timnas Indonesia. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Berita tidak sedap datang dari negeri K-POP Korea Selatan. Dari negeri Ginseng itu, Pelatih Timnas Shin Tae Yong (STY) curhat saat ditanya media JoongAng Ilbo. Dia buka bukaan terkait hubungannya dengan PSSI.
ADVERTISEMENT
Mula mula STY bercerita tentang mantan Sekjen PSSI. Ratu Tisha. STY cukup menyayangkan Tisha yang tak lagi menjabat sebagai pengurus strategis di PSSI. Padahal dialah yang meyakinkan pelatih berpengalaman ini membesut Timnas Indonesia. Hubungan Tisha dengan STY memang nampak akur seolah sudah kenal lama. Namun sekarang, seperti drama korea, ambyar.
Cerita lain datang dari Thailand, saat pemusatan latihan timnas U-19 sebelum masa pandemi. Sebagai orang asia, STY menyinggung tentang etika. Ada asisten pelatihnya dari lokal yang pergi tanpa berpamitan setelah ada di bandara tuturnya. Keesokan harinya dia di telepon oleh ketua umum PSSI menanyakan situasi tersebut, lalu STY meminta maaf dan mencoba menerima keadaan. Dia cukup kaget karena belakangan, asisten tersebut lalu diangkat PSSI menjadi Direktur Teknik. Mungkin yang dimaksud adalah Indra Sjafri.
ADVERTISEMENT
Baginya mungkin merasa aneh dengan situasi di mana sebelumnya dia memimpin Indra Sjafri, namun awal bulan ini tiba tiba dalam sebuah meeting online terkait Timnas situasi berbalik. Indra Sjafri bersama petinggi PSSI memimpin rapat terkait persiapan Timnas U 19 tersebut menyambut Piala Asia U-19 dan Piala Dunia U-21. Lagi lagi bak drama Korea, berputarnya roda kebijakan PSSI yang membuat STY cukup merasa aneh.
Cerita kurang harmonisnya Indra Sjafri dengan STY sebenarnya sudah mulai sejak februari 2020 terkait pemilihan 30 pemain yang diajak dalam TC di Thailand. STY mengatakan bahwa itu bukan pilihannya, tetapi pilihan Indra. Di mana selanjutnya dalam memimpin latihan, STY komplain dengan materi pemain yang kurang sesuai dengan keinginannya.
ADVERTISEMENT
Terkait dengan situasi ini, asisten pelatih lainya, Nova Arianto ketika ditanya wartawan memilih untuk tenang tidak menjelaskan situasi sebenarnya. Memilih irit bicara dalam situasi yang rumit terkait nama nama pemanggilan pemain timnas U 19 ini.
Belum lagi perdebatan terkait lokasi Traning Camp U 19, STY ingin difokuskan di Korea sedangkan PSSI ingin TC dilakukan di Indonesia. Anggota Exco PSSI yang fokus di Timnas Endri Erawan menyatakan, TC perlu dilakukan di Indonesia agar STY juga dapat menangani Timnas Senior dalam persiapan AFF 2020.
Lalu sebaliknya, saat ditanya tentang curhatan STY di Korea, Indra Sjafri mengatakan tak ada drama. Dan tidak mau menanggapi, tak ada konflik sebelumnya katanya.
Anehnya lagi, spon curhatan STY. Meremendadak PSSI tiba tiba membentuk Satgas Timnas. Anggotanya terdiri dari Sekjen PSSI, bersama direktur teknik PSSI dan Exco Bidang Timnas Endri Erawan. Komando utama tetap ada di PSSI. Selain dibentuk untuk mempersiapkan Timnas di Piala Asia dan Piala Dunia U 21, salah satu tugasnya lainya mengawasi kerja dan mengevaluasi kontrak STY.
ADVERTISEMENT
Pembentukan Satgas ini berbeda dengan kebiasaan PSSI mempersiapkan timnas. Dulu tim adhoc seperti ini selalu dibikin jauh hari dan biasa disebut dengan Badan Tim Nasional (BTN). Rim ad Hoc PSSI yang dibentuk khusus mengelola timnas jelang event besar seperti AFF dan Piala Asia serta Kualifikasi Piala Dunia. BTN ini selalu dibentuk untuk fokus PSSI pada timnas. Sangat berbeda dengan satgas timnas. Dari sisi nama, bentuk organisasi serta tujuan nampaknya juga sangat berbeda.
Miris memang melihat situasi PSSI era sekarang yang kerap melakukan kontroversi. Mulai dari mengganti Luis Mila saat kepengurusan baru ini. Lalu ketidakharmonisan di PT. Liga Indonesia Baru. Wakil Ketua Umum PSSI yang juga menjabat sebagai Direktur PT LIB diganti. Dan masuk sebagai komisaris adalah dua staf khusus Ketua Umum PSSI. Lalu pengangkatan kerabat Ketua Umum menjadi wakil Sekjen hingga saat ini. Mundurnya Sekjen Ratu Tisha, namun Sekjen definitif juga belum segera ditunjuk padahal ini penting. Diberhentikannnya beberapa karyawan di kehumasan. Belum lagi kontroversi rencana kelanjutan liga di tengah pandemi COVID-19 ini. Dan sekarang dilanjutkan dengan konflik dengan STY.
ADVERTISEMENT
Padahal, di depan mata kita dihadapkan pada agenda berat timnas muda dan senior. Piala Asia U 16, Indonesia di group neraka. Piala Asia U 19, Piala AFF Senior dan sebagai tuan rumah di Piala Dunia U21. Untuk level U 19 dan Senior ini, yang dipegang oleh STY menjadi sangat riskan. Waktu persiapan sedikit dengan beban yang berat. Ditambah dengan drama korea sepakbola ini tentu menambah beban psikologis dari pemain.
Jadi menurut hemat penulis, sudahlah akhiri drama korea sepakbola Indonesia ini. Fokuslah pada cita cita prestasi timnas junior dan senior. Bunuh ego masing masing. Junjung tinggi harapan masyarakat Indonesia terkait prestasi timnas. Berdamailah dengan keadaan, PSSI, Indra Sjafri dan STY segera duduk satu meja dan saling bermaafan lalu kembali bekerja untuk masa depan sepakbola Indonesia.
ADVERTISEMENT
Jika harapan tersebut ketinggian, okelah kita turunkan. Antara PSSI dan STY saling menghormati kontrak aja. Toh STY juga belum pernah debut sekalipun. Lebih baik menghormati kontrak kerja masing masing daripada memelihara konflik yang akhirnya saling merugikan. STY kehilangan pekerjaan dan kredibilitas di mana Internasional. Seperti Luis Milla yang sampai sekarang belum mendapat pekerjaan.
Sedangkan bagi PSSI sendiri, jika kontrak ini bermasalah maka akan memperburuk citra internasional terkait hubungan dengan pelatih tim nasional. Beberapa kali sebelum dengan Luis Milla dan STY ini misalnya. Sering terjadi konflik serupa. Sehingga pelatih pelatih top malas untuk menangani Timnas Indonesia karena citra manejemen PSSI nya yang selalu bermasalah, tidak komitmen dan kebijakannya berubah ubah. Sedangkan, belum ada pelatih lokal yang mampu membawa timnas berprestasi di level Asia dan Dunia. Paling level Asean, itupun timnas junior.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, profesionalitas dalam sepakbola harus dijunjung tinggi. Akan lebih baik jika PSSI memberi kesempatan STY. Dia perlu membuktikan diri di Piala Asia U 19, jika mengecewakan maka carilah pelatih yang bagus untuk Piala Dunia 2021. Namun jika berhasil di Piala Asia, maka lanjutkan. Tradisi buruk gonta ganti pelatih jangan menjadi budaya. Kasih kesempatan penuh pelatih STY untuk bekerja dan membuktikan kualitasnya. Jangan di intervensi dalam apa pun. Dalam pemilihan pemain, TC dan pembentukan Timnasnya. STY ini pelatih disegani di Asia, punya kredibilitas. PSSI jangan diganggu dulu, atau malah kita yang akan malu di mata internasional, tidak profesional dalam mengelola sepakbola.
Marilah semua pihak bersatu, PSSI berbenah, hentikan konflik drama korea sepakbola ini. Selamatkan Timnas. Demi martabat bangsa dengan prestasi sepakbola yang selama ini masih minim.
ADVERTISEMENT