Aspek Sosial Budaya Pada Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono

Wisnu Ahmad Rifai
Seorang penulis lepas yang ingin mengekspresikan diri. Mahasiswa aktif UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Konten dari Pengguna
25 Oktober 2022 18:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wisnu Ahmad Rifai tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
“Hujan Bulan Juni” Karya Sapardi Djoko Damono. Hasil tangkapan sendiri dengan menggunakan kamera handphone
zoom-in-whitePerbesar
“Hujan Bulan Juni” Karya Sapardi Djoko Damono. Hasil tangkapan sendiri dengan menggunakan kamera handphone
ADVERTISEMENT
Sastra adalah institusi sosial yang memaknai medium bahasa. Sastra menyajikan kehidupan dari sebagian besar kenyataan sosial yang dituangkan melewati aksara, walaupun secara teoretis. Esensi kebudayaan dan kemanusiaan yang tertuang ke dalam karya sastra merupakan konvensi serta norma yang berlaku di tengah kehidupan masyarakat. Selain sastra adalah sebuah medium dari bahasa, sastra juga salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam ruang lingkup peradaban dan zaman semenjak ribuan tahun lalu. Kehadiran karya sastra di tengah kehidupan manusia tidak dapat diganggu gugat, bahkan kehadiran sastra diterima sebagai suatu realitas sosial budaya yang selalu berkembang tanpa ada yang bisa mencegah perkembangan tersebut karena sastra mempunyai fungsi sosial atau manfaat yang tidak sepenuhnya bersifat pribadi.
ADVERTISEMENT
Pembahasan hubungan sastra dan masyarakat berangkat dari frasa De Bonald bahwa “literature is an expression of society” atau “sastra adalah ungkapan perasaan masyarakat”. Dari frasa ini mengungkapkan bahwa sastra adalah cerminan atau ungkapan atau pengekspresian sebuah situasi sosial masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Pengekpresian tersebut adalah peristiwa-peristiwa yang mencakup hubungan antarmasyarakat dengan orang-seorang, antarmanusia, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang, yang sering menjadi bahan sastra adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau dengan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas menggambarkan aspek-aspek sosiologis tidak akan pernah terpisahkan dengan unsur intrinsik yang menghidupkan karya sastra. Menjadi relevansi jika aspek sosiologis diungkap melalui unsur intrinsik yang ada di dalam karya sastra itu sendiri. Secara singkat dijelaskan jika sosiologi adalah telaah objektif dan ilmiah tentang masyarakat, telaah tentang lembaga dan proses sosial.
ADVERTISEMENT
Dalam novel “Hujan Bulan Juni” karya Sapardi Djoko Damono terdapat analisis aspek sosial budaya yang terkandung di dalam tulisan ini. Tulisan ini memfokuskan aspek-aspek sosial budaya yang terkandung dalam novel “Hujan Bulan Juni” yaitu aspek tema yang berkaitan dengan agama, tokoh yang berkaitan dengan pendidikan, alur atau plot berkaitan dengan budaya dan latar yang berkairan dengan status sosial.
1. Tema yang berkaitan dengan agama
“Sar, ini kan dah jam setengah 12, Jumat. Pergi sana kamu ke Mesjid Gedhe. Nanti telat lho. Yen kowe telat, dongan ora bakal ditimpa. Naik becak yang tadi dipakai aja, biar cepat.” (Hujan Bulan Juni, 2016: 74).
"Kemanusiaan" menjadi tema utama novel ini. Sarwono dan Pingkan selalu berjuang untuk mempertahankan kepercayaan mereka, kepercayaan bahwa Pingkan beragama Kristen Protestan dan Sarwono seorang Muslim adalah masalah bagi keduanya. Rintangan dan cinta itu sulit mencari jalan karena sejak kecil mereka dibesarkan dalam ajaran mereka masing-masing. Budaya juga menjadi kendala bagi pasangan yang saling mencintai ini, karena keluarga Pingkan masih percaya pada mitos lama bahwa jika anak perempuan harus dijodohkan tanpa timbul rasa cinta dan kasih sayang, tetapi dengan kesetiaan Sarwono dan Pingkan mereka menjalani hubungan sebagaimana waktu berjalan walau hubungan itu berjalan tanpa kepastian.
ADVERTISEMENT
2. Alur atau plot yang berkaitan dengan budaya
“Ya jangan bingung. Kalian berdua itu Indonesia Raya.” komentar Sarwono waktu itu.” (Hujan Bulan Juni, 2016: 18).
Novel Hujan Bulan Juni memiliki cerita campuran yang terdiri dari lima bab, bab pertama tentang awal pertemuan Sarwono dan Pingkan, bab kedua tentang awal timbulnya cinta antara Sarwono dan Pingkan, dan bab ketiga adalah tentang romansa yang dilambangkan dengan puisi yang ditulis Sarwono untuk Pingkan, sepasang kekasih menjadi semakin protektif dan penuh kasih sayang. Dan dibab keempat, konflik batin pecah antara Sarwono dan Pingkan. Kemudian keluarga kedua pasangan itu menjalin hubungan lagi dan sekali lagi, terkait dengan pertanyaan tentang agama dan pertanyaan tentang agama. Mencapai klimaks di Bab kelima, Sarwono menekan kerinduannya pada seorang kekasih di Jepang dan melawan penyakit yang dideritanya.
ADVERTISEMENT
3. Latar yang berkaitan dengan status sosial
“Konsultasi agar mengantar Sarwono ke pusat kesehatan mahasiswa di Kampus.” (Hujan Bulan Juni, 2016: 64).
Novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono terdapat dua latar yaitu latar tempat dan latar waktu yang menunjang cerita.
4. Tokoh-Penokohohan yang berkaitan dengan pendidikan
“Didengarnya percakapan “rahasia” mereka berdua: intinya gurunya itu menyarankan atau mendesak agar ayahnya mengirimnya ke Jakarta untuk sekolah. Rupanya gurunya yakin bahwa ia akan bisa mencari nafkah sendiri nanti di Jakarta dengan kepandaiannya menulis.” (Hujan Bulan Juni, 2016: 20).
Novel Hujan Bulan Juni memiliki dua tokoh utama, Sarwono dan Pingkan yang saling mencintai dan selalu memperjuangkan cintanya meski banyak rintangan. Karakter tambahan seperti Toar, Ibu Hadi, Pak Hadi, dan Ibu Hartini selalu melibatkan agama dan budaya, dan menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi Sarwono dan Pingkan dalam penghidupan kisah cinta mereka.
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka
Wellek, Warren Austin. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka. 2016.
Sapardi Djoko Damono. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pengembangan Pembinaan Bahasa. 1984.
Lelet, Angelina, dkk. Analisis Sosiologi Sastra dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono. Jurnal Elektronik Fakultas Sastra Universitas Sam Ratulangi. Vol. 16. 2021.