Menikmati Gregoria Mariska Tunjung dalam Versi Berbeda

Wisnu Prasetiyo
Wartawan kumparan
Konten dari Pengguna
3 April 2023 14:48 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wisnu Prasetiyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tunggal putri Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung, saat melawan Pai Yu Po di babak 16 besar Japan Open 2022 di Maruzen Intec Arena, Osaka, Jepang, Kamis (1/9/2022). Foto: PBSI
zoom-in-whitePerbesar
Tunggal putri Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung, saat melawan Pai Yu Po di babak 16 besar Japan Open 2022 di Maruzen Intec Arena, Osaka, Jepang, Kamis (1/9/2022). Foto: PBSI
ADVERTISEMENT
"Astonishing," kata-kata mutiara komentator BWF itu terdengar indah di telinga saat Gregoria Mariska Tunjung bermain apik, Minggu (2/4) malam.
ADVERTISEMENT
Hingga akhirnya netting tipis Jorji—sapaan akrab Gregoria—membuat mantan juara dunia asal India, Pusarla Venkata Sindhu, tak berkutik.
Jorji meraih titel World Tour perdananya di Madrid, Spanyol. Bukan karena Sindhu sedang out of perform, tapi permainan Jorji semalam memang membanggakan. Itu juga tercermin dari skor akhir 21-8 dan 21-8.
Pergerakan kakinya aduhai. Ayunan pergelangan tangannya memikat, Bola-bola lobnya mengejutkan. Sempurna.
Super 300 pertama. Gelar juara perdana. Bisa saja tetap ada yang julid dengan prestasi Jorji ini. Tak menghargai, tapi penginnya juara terus.
"Yailah cuma Super 330."
"Wajar Sindhunya baru sembuh cedera."
Begitulah kira-kira ocehan mereka yang tak mengerti bagaimana progres Jorji di tahun 2023 ini. Padahal, perjalanan Jorji meraih titel bukan perkara mudah. Ia juga "menghabisi" peraih emas Olimpiade sekaligus unggulan tuan rumah Carolina Marin sebelum laga lawan Sindhu.
ADVERTISEMENT
"Kuncinya main tenang," kata Jorji usai jadi juara.
Sindhu juga ibarat tembok besar bagi Jorji sebelum laga di Spanyol. Dari tujuh kali rekor pertemuan, pebulu tangkis asal Wonogiri itu selalu kalah.
Gregoria Mariska Tunjung di Malaysia Open 2022. Foto: PBSI
Berikut rekornya:
Apa yang membuat ini spesial bagi kami atau setidaknya saya sebagai pencinta badminton?
Saya baru mengikuti Jorji di 2017. Saat ia berlaga dan menjadi juara dunia junior di Yogyakarta. Potensi Jorji sudah terlihat di sana. Di final kejuaraan tersebut, Jorji menang atas tunggal China yang saat ini tengah naik daun Han Yue.
ADVERTISEMENT
Permainannya taktis. Pukulan-pukulannya mematikan dan suka bikin kaget lawan. Banyak harapan. Badminton lovers melihat Jorji bisa menjadi regenerasi dan tumpuan di sektor tunggal putri.
Wajar saja, mungkin era terbaik sudah lama berlalu. Tak usah muluk-muluk menyamai Susi Susanti, setidaknya, muncul juara baru di sektor ini seperti era Maria Kristin beberapa tahun lalu.
Namun perjalanan kekasih Mikha Angelo itu ternyata tak semulus yang dibayangkan. Jorji tetap bermain apik di tiap turnamen tapi kerap hilang fokus.
Sebagai penonton dan orang awam, saya melihat masalah Jorji bukan soal teknis. Tapi lebih ke stamina dan mental. Seringkali pukulan Jorji tiba-tiba keluar jauh atau lemah hingga membentur net. Kalah di round awal turnamen juga sudah biasa.
Pebulutangkis Indonesia Gregoria Mariska saat pertandingan Blibli Indonesia Open 2019 di Istora Senayan, Selasa (16/7). Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Namun sejak akhir 2022, Jorji seperti menemukan bentuk terbaiknya. Sempat menjadi runner up di Australia Open 2022, hanya kalah dari bocah ajaib asal Korea Selatan, An Se Young, di laga final.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, grafik permainannya menanjak. Belum ada gelar memang. Tapi, Jorji mampu menunjukkan daya juang dan ketahanan fisik yang mumpuni.
Di laga-laga melawan raksasa saat World Tour Final 2022 akhir tahun, Jorji berhasil menang lawan Chen Yu Fei, sang peraih emas Olimpiade Tokyo.
Memberikan perlawanan ke Akane Yamaguchi dan An Se Young. Penampilan Jorji dipuji habis-habisan.
Persoalan fisik seakan tak terlihat. Ia pontang-panting mengejar bola di tiga laga maha-berat itu. Tersungkur, bangun, jatuh lagi, hingga kecewa.
Namun, semua yang mengamati Jorji pasti mengerti. Anak ini masih seperti pada 2017, berbakat dan bisa diandalkan.
Di 2023, Jorji sudah memberikan bukti awal. Masih ada banyak turnamen, masih banyak harapan.
ADVERTISEMENT
Apalagi ada ajang beregu Sudirman Cup juga tahun ini. Sektor tunggal putri jarang diperhitungkan dapat poin dari negara raksasa seperti Jepang dan China.
Namun ada sedikit optimisme melihat progres Jorji sejak akhir 2023. Seperti apa yang disampaikan Greysia Polii, sang pencetak sejarah di Olimpiade Tokyo.
"Proud of how Jorji becoming nowdays, she keeps growing to be a better version since last year until today. Whether today’s win or lose in Spain masters’s final, remember it is part of your process. 💪🏽," kata Greysia.
"INGAT SELALU, NYALI-NYA GEDEIN TERUS. PASTI BISA!"
Jorji tetaplah Jorji yang "lapar" saat ini. Baginya juara di Spain Masters seperti awal mula.
"Belum puas dengan hasil sekarang. Saya coba memotivasi dapat gelar yang lain. Target ke depan banyak yang ingin saya raih, tapi yang pasti saya mau mngembangkan yang saya punya, membenahi yang sudah ada. Semoga saya tidak terbebani dengan hasil ini," ujar Gregoria Mariska Tunjung.
ADVERTISEMENT