Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Syabda Perkasa dan Misteri Kematian Tiba-tiba
20 Maret 2023 19:58 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Wisnu Prasetiyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Rasanya baru kemarin saya menyaksikan kawan saya Nobi meninggal dalam usia yang teramat muda, 30 tahun. Hari ini, pelajaran akan misteri kematian itu datang lagi.
ADVERTISEMENT
Syabda Perkasa Belawa. Saya tidak kenal, tak punya hubungan personal. Namun meninggalnya ia secara tiba-tiba karena kecelakaan membangkitkan lagi pesan misterius soal kematian.
Usianya baru 21 tahun. Tahun lalu ternyata menjadi kali pertama dan terakhir saya menyaksikan Syabda mengayunkan raketnya di ajang badminton dunia.
Dengan penuh percaya diri, Syabda menyelamatkan muka Indonesia -si juara bertahan Thomas Cup- dari kekalahan atas Korea Selatan. Indonesia tetap berjaya di fase grup.
Hari ini, dunia maya diramaikan berita kepergiannya secara tiba-tiba karena kecelakaan di Tol Pemalang. Syabda meninggal dan tersenyum bersama sang bunda menuju keabadian.
Keabadian?
Ya, meninggal adalah pintu gerbang awal dari kehidupan abadi. Kehidupan akhirat yang sebagian orang hanya dianggap dogma, sebagian lain begitu mengejarnya.
ADVERTISEMENT
Semua orang bisa meninggal tiba-tiba. Tanpa sakit, bisa hanya karena tersandung, bisa dalam keadaan tertidur, atau bahkan meninggal tragis karena alasan apa pun.
Manusia sering kali bilang begini:
"Enggak nyangka ya, dia meninggal. Padahal baru kemarin ketemu ketawa-tawa."
Padahal sejatinya kepergian manusia itu tak ada yang tiba-tiba. Tuhan pun telah mengeluarkan sabdanya dalam QS. Al-Baqarah ayat 28.
“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?”
Pernah merasa dekat dengan kematian? Atau pernah mimpi atau punya firasat bakal meninggal?
Saya pernah.
Yang paling teringat sekaligus saya lupa adalah ketika kelas 1 SMA saya kecelakaan motor, diboncengi teman.
ADVERTISEMENT
Tiba-tiba saya bangun tahu-tahu sudah di rumah sakit. Dan melihat ibu menangis sesegukan.
"Inu di mana?" kataku saat itu.
Sudah cukup itu saja ingatan saya soal itu. Kata dokter sih, kepalaku tak apa-apa dan saya aminkan saja. Berpikir positif.
Namun, rasanya sudah dekat sekali dengan yang namanya mati.
Jauh dari itu, ketika saya masih kecil, berusia 8 tahunan saya sudah pernah mendapat bisikan-bisikan aneh.
"Kamu meninggal sekian puluh tahun lagi."
Entah siapa itu yang membisiki tapi itu berulang saya dengar beberapa hari.
Kalau soal mimpi, juga ada cerita menarik. Saya pernah membaca buku tafsir mimpi soal tanda-tanda orang bakal meninggal.
Tandanya ini ini ini.
Dan tak lama kemudian saya mimpikan hal itu. Ya soal mimpi memang tidak ada dasarnya, toh kata orang dia cuma bunga tidur.
ADVERTISEMENT
Waktu bapak meninggal pada 2008 lalu, saya juga tak diberi firasat atau tanda apa-apa.
Sempat dirawat sakit 16 hari, dan saya selalu di sampingnya padahal. Tapi ketika meninggal malah saya tak melihat detik-detik terakhirnya.
Wong dokter bilang sudah sehat dan tinggal cuci darah saja dua pekanan. Tapi ya itu tadi, meninggal bisa saja tiba-tiba.
Dalam tidur bapak meninggal pada 12 Oktober 2008.
Kembali lagi.
Di sepertiga 2022 akhir, saya sempat tak terlalu memikirkan ini. Memilih ikhlas saja, yang penting banyak membahagiakan orang, meski kadang disalahtafsirkan.
Saya juga mengenal tujuan hidup. Bukan seseorang, tapi sebuah fase.
Mempersiapkan dan menggantungkan harapan kepada Yang Berhak.
"Di sepertiga malam di akhir Ramadhan 2022, saya sebut nama-nama mereka yang rasanya pantas bahagia. Saya juga berusaha membahagiakannya sebaik mungkin sampai tak bisa lagi."
ADVERTISEMENT
Tapi ya manusia, selalu ada saja mengecewakannya. Padahal harapan di setiap akhir sujud ingin husnul khatimah, tapi membangun hubungan dengan manusia saja masih banyak salah.
Kehilangan.
Kehilangan ini yang membuat saya banyak berpikir lagi soal kematian. Bagaimana tidak? Saya bisa tiba-tiba kehilangan orang yang paling diinginkan dalam waktu singkat.
Rasanya makin erat saja konsep ikhlas dan kematian. Saya bisa saja kehilangan orang dengan cepat atau sebaliknya.
Di Februari, saya juga bertemu orang yang sehari-harinya lekat dan akrab dalam suasana duka kematian.
Bertukar pikiran bagaimana menyiapkan hidup bukan untuk membahagiakan orang lain tapi yang terpenting diri sendiri.
Ya kira-kira samalah dengan konsep. "Lu nanti kalau mati juga nggak sama siapa-siapa."
ADVERTISEMENT
Tuhan juga telah mengingatkan Rasulullah dalam Q.S. Az-Zumar ayat 30.
“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).” Selain itu dalam sabda Rasulullah mengatakan, “Cintailah siapa yang kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya!”