Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Hari ini media sosial diramaikan oleh perbincangan mengenai asal-usul patih Kerajaan Majapahit, Gadjah Mada. Muaranya adalah perdebatan apakah Gadjah Mada benar seorang muslim?
ADVERTISEMENT
Nama Gadjah Mada memang harum hingga kini. Tentu karena ia dikenal sebagai sosok patih pemersatu beragam wilayah kepulauan yang kemudian bernama Nusantara.
Ahli arkeologi dari Universitas Indonesia Ali Akbar mengatakan, saking mewanginya nama Gadjah Mada membuat banyak wilayah di Indonesia yang merasa memilikinya. Termasuk dengan makamnya, ada beberapa pihak di wilayah tertentu yang mengklaim jasad Gadjah Mada dikebumikan di sana.
Namun hingga kini belum ada bukti arkeologi atau naskah kuno sahih yang menyatakan bagaimana akhir hidup Gadjah Mada, di mana dan dengan cara apa ia dikuburkan.
"Yang pertama figur Gadjah Mada sangat terkenal, dia kan tangan kanan Kerajaan Majapahit. Tapi akhir hidupnya nggak ada yang tahu, karena itu sampai sekarang nggak ada makam Gadjah Mada yang definitif. Namun memang ada beberapa yang mengklaim dengan menyebutkan bukti arkeologis," kata Ali Akbar dalam perbincangannya dengan kumparan (kumparan.com), Kamis (15/6).
ADVERTISEMENT
Namun Ali menjelaskan, diceritakan dalam Kitab Negarakertagama, sebelum Gadjah Mada meninggal, dia melakukan ekspedisi ke luar Pulau Jawa.
"Ada ekspedisi ke Dompu, Seram, dan berbagai wilayah di Pulau Luar Jawa lainnya. Dampaknya adalah hampir semua masyarakat setempat (mengklaim) di situ ada makam Gadjah Mada. Misalnya datang ke Lombok ada yang mengklaim di sana makam dia ada di dekat air terjun," bebernya.
Masyarakat di Trowulan, Jawa Timur, juga mengklaim patih yang terkenal dengan Sumpah Palapanya itu meninggal dan dimakamkan di wilayahnya. Bukti yang sering disebutkan adalah banyak ditemukannya koin-koin kuno bertuliskan lafaz Allah dan tulisan Lailahaillallah di sekitar wilayah tersebut.
"Di Trowulan memang banyak banget koin-koin, ada dari China, Hindu, dan Arab juga. Situasi kerajaannya (Majapahit) di tahun 1293 memang banyak yang beragama Hindu tapi banyak juga pedagang Islam yang tinggal menetap dan meninggal di situ," tuturnya.
ADVERTISEMENT
"Namun secara penelitian arkeologi tidak diketahui dimana petilasannya," imbuh dia.
Ali menjelaskan, agama Gadjah Mada pun sebenarnya belum ada yang bisa memastikan. "Jika dilihat dari sistem kenegaraannya, Raja Majapahit kan Hindu, itu mungkin secara arkeologi itu raja Hindu, bawahannya juga beragama Hindu," kata Ali.
Jangankan agama, sosok Gadjah Mada pun belum ada yang bisa memastikan seperti apa. Sosoknya yang selama ini kita lihat, yang digambarkan kekar dan tegap hanyalah deskripsi dari M Yamin, tokoh cendekiawan bangsa yang berstatus pahlawan nasional.
"Namun juga tak ada yang bisa memastikan karena di sana menghargai perbedaan. Di situ ada Buddha yang diberi tempat. Itu tertulis di naskah, sementara bukti arkeologinya ada selain Hindu dan Buddha, ada Islam juga. Tapi Islam itu komunitas kecil-kecil," beber Ali.
Ditambahkan dia, Ali tak bisa melarang jika ada peneliti atau pun komunitas tertentu yang mengklaim siapa, di mana dia dimakamkan dan apa agama Gadjah Mada.
ADVERTISEMENT
"Silakan saja menyatakan makam Gadjah Mada, tapi harus diekspose lebih kuat lagi. Ada tulisan lailahaillah tapi nggak ada namanya. Akan lebih mantap kalau ada nisannya atau peneliti juga bisa menunjukkan naskah kuno bahwa beliau beragama apa," ungkap ketua Masyarakat Arkeologi Indonesia itu.