Bolehkah Jokowi Boyong Keluarga Besar ke Jerman dan Turki?

5 Juli 2017 10:04 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jokowi bertolak ke Turki dan Jerman (Foto: Yudhistira Amran/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi bertolak ke Turki dan Jerman (Foto: Yudhistira Amran/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Presiden Joko Widodo pagi ini, Rabu (5/7), bertolak ke Jerman dan Turki untuk menghadiri KTT G-20 dan menggelar pertemuan dengan Presiden Erdogan. Dalam kunjungan tersebut, Jokowi memboyong istrinya Iriana Jokowi, anak-anak, cucu hingga menantunya.
ADVERTISEMENT
Kali ini merupakan yang pertama, Jokowi memboyong seluruh anggota keluarganya, termasuk cucu dan menantunya. Dalam beberapa kunjungan kerja sebelumnya, beberapa di antaranya, saat melawat ke Australia, China, dan Myanmar pada November 2015 serta saat ke Jepang pada Juli 2016, Jokowi hanya membawa Kaesang Pangarep dan Kahiyang Ayu.
Saat itu ia juga disindir oleh Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon.
Muncul pertanyaan kemudian, bolehkah seorang Presiden membawa keluarga besarnya ke luar negeri dalam rangka kunjungan negara?
Menurut ahli hukum Universitas Indonesia Gandjar Laksmana Bonaprapta, hal tersebut diperbolehkan.
"Aturannya ada. Tapi yang terpenting itu bukan aturan karena aturan bisa dibuat siapa saja. Logika berpikirnya begini, khusus presiden, raja, ratu, seluruh kepala negara bertugas 24 jam melekat. Kalau gubernur jam kerja dia gubernur kalau di rumah dia bukan gubernur. Sehingga segala fasilitasnya melekat," ujar Ganjar ketika dihubungi kumparan (kumparan.com), Rabu (5/7).
ADVERTISEMENT
Ganjar menambahkan, aturan ini sudah ada sejak zaman Soeharto berkuasa di era Orde Baru.
"Bahkan di zaman Pak Harto ada Peraturan Pemerintah. Jadi hak pengawalan juga melekat pada istri, orang tua, anak dan cucu, termasuk menantu," beber dia.
Sementara itu, menurut ahli hukum Universitas Andalas Feri Amsari, aturan protokoler Presiden boleh membawa keluarga ketika kunjungan negara
"Ada sistem keprotokoleran yang membolehkan ini," kata Feri terpisah.
Namun Feri juga mengkritik apa yang dilakukan Jokowi. Sebab, katanya, bisa menghabiskan anggaran negara yang terlalu banyak.
"Dengan membawa jumlahnya seperti itu bisa menghabiskan anggaran negara," ungkap Feri.
Kunjungan ke Turki merupakan kunjungan balasan setelah Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan, pernah berkunjung ke Indonesia. Sementara itu, saat berkunjung ke Jerman, Jokowi akan menghadiri KTT G20. Di KTT ini, Jokowi akan menyampaikan pesan agar G20 dapat menjadi bagian dari solusi berbagai tantangan global.
ADVERTISEMENT