Hikayat Keabadian Air Zamzam

29 Mei 2017 9:16 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Air zamzam (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Air zamzam (Foto: Wikimedia Commons)
Secara bahasa, zamzam berarti melimpah atau banyak. Sementara, menurut istilah air zamzam merupakan air yang berasal dari sebuah sumur yang dinamakan Zamzam. Adapun letak air zam-zam tak jauh dari Kakbah, yakni sekitar 18 meter.
ADVERTISEMENT
Penamaan Zamzam sendiri dikarenakan air ini sama seperti arti zamzam, di mana air tersebut berasal dari sebuah sumur yang banyak sekali mengeluarkan air. Sumur tersebut memiliki air yang begitu melimpah, bahkan tak akan habis meskipun telah dibawa dan diambil tiap harinya oleh Muslim seluruh dunia.
Awal Mula
Sejarah zamzam bermula sejak zaman Nabi Ibrahim sekitar tahun 2500-an SM. Setelah menikah dengan Siti Sarah, Nabi Ibrahim tak juga mempunyai anak. Setelah berkomunikasi dari hati ke hati dengan Siti Sarah, akhirnya Ibrahim diizinkan untuk menikahi Siti Hajar. Dahulu, Siti Hajar adalah budak Ibrahim dan Siti Sarah.
Melalui pernikahannya dengan Siti Hajar, akhirnya Ibrahim dikaruniai seorang anak yang kemudian dinamakan Ismail.
ADVERTISEMENT
Awalnya semua baik-baik saja namun ketika Ismail lahir, Sarah pun mulai merasa cemburu. Rasa cemburunya kian hari kian bertambah.
Rasa cemburu Sarah memuncak hingga akhirnya, ia meminta Ibrahim membawa Siti Hajar pergi darinya. Ibrahim kemudian membawa Siti Hajar dan Ismail yang masih bayi ke suatu tempat, di samping Kakbah.
Saat itu, tempat tersebut adalah padang pasir yang sangat tandus, kering, dan tidak ada seorang pun di tempat tersebut. Setelah menempatkan istri dan anaknya, Ibrahim hendak meninggalkan mereka berdua.
Air zamzam (Foto: Saptono/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Air zamzam (Foto: Saptono/Antara)
Atas perintah Allah ia hendak kembali ke negeri Syam untuk menemui istrinya, Siti Sarah. Ketika Nabi Ibrahim AS hendak pergi, Siti Hajar menahannya dan berkata, “Wahai Ibrahim, ke mana engkau hendak pergi? Apakah engkau akan meninggalkan kami di sini tanpa bekal untuk mencukupi kebutuhan kami?”
ADVERTISEMENT
Ibrahim tidak menjawab dan hendak beranjak. Siti Hajar kembali bertanya:
“Apakah Allah yang memerintahkanmu melakukan hal ini?” Nabi Ibrahim AS menjawab, “Ya.” Siti Hajar kemudian berkata, “Kalau begitu Dia tidak akan membiarkan kami.”
Ibrahim pun akhirnya meninggalkan Siti Hajar dan Ismail. Setelah melewati sebuah gundukan hingga tak terlihat oleh kedua orang yang disayanginya. Ia pun berbalik. Ia memandang ke arah Baitullah sembari berdoa.
Siti Hajar dengan sabar berdiam di padang pasir yang tandus tempat Ibrahim meninggalkan mereka. Ia kehabisan air dan makanan. Ismail yang ketika itu masih menyusu tak henti menangis karena air susu ibunya telah kering. Hal ini membuat Siti Hajar kebingungan.
Siti Hajar berlari ke sana-kemari tanpa tujuan. Ia berlari ke bukit Safa, lalu kembali ke bukit Marwah. Hal ini dilakukannya berkali-kali. Ia berharap dapat menemukan sumber air atau bertemu seseorang yang dapat memberikan air untuk mereka. Namun, usahanya sia-sia karena tidak juga mendapati setetes air pun di padang tandus itu.
ADVERTISEMENT
Tak lama kemudian malaikat Jibril datang memintanya untuk bersabar. Ia mengatakan kepada Siti Hajar untuk menaruh Ismail ke tanah, di tempat yang kini dikenal dengan sumur Zamzam.
Siti Hajar pun segera mematuhi perintah Jibrail, Ismail duduk sambil mengerukkan kakinya ke tanah. Tak lama kemudian, mata air yang segar keluar dari tanah yang dikeruk oleh Ismail.
Siti Hajar kemudian meminum air tersebut sepuasnya hingga ia dapat menyusui Ismail kembali.
Setelah Siti Hajar memenuhi kebutuhannya terhadap air tersebut, mata air itu tidak berhenti mengalir. Air yang keluar bahkan makin lama makin melimpah. Malaikat Jibril kemudian berkata, "Zamzam (Berkumpullah!)." Hingga akhirnya sumur tersebut abadi dan terus mengalirkan air hingga kini.
ADVERTISEMENT
Hajar pun menciduk air tersebut memakai tangannya lalu memasukkannya pada tempat air. Bahkan sesudah diciduk, justru air itu malah semakin memancar dan melimpah. Hajar pun akhirnya meminumkan air yang diambilnya tersebut untuk Ismail, putranya.
Sumur zamzam membuat Mekkah yang tandus mulai didatangi kabilah, terbentuklah peradaban baru di Timur Tengah. Ribuan tahun setelah peristiwa Siti Hajar dan Ismail itu, sumur zamzam belum juga surut airnya.
ADVERTISEMENT
Kakbah di Mekkah.  (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Kakbah di Mekkah. (Foto: Wikimedia Commons)