Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Ilmuwan Dr Taruna Ikrar dan Tudingan Kebohongan tentang Nobel
24 November 2017 16:00 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
ADVERTISEMENT
Lagi-lagi muncul isu panas dari dunia pendidikan. Nama ilmuwan Dr Taruna Ikrar menjadi perbincangan hangat di media sosial, karena adanya keraguan dari beberapa pihak tentang sejumlah penghargaan dan gelar guru besarnya di bidang kedokteran spesialis otak.
ADVERTISEMENT
Taruna pernah mengklaim dirinya menjadi salah satu nominee penerima Nobel tahun 2016 terkait penelitian optogenetics. Optogenetics adalah konstelasi optik, genetik, dan bioteknologi memadukan aplikasi genetik dengan optik untuk mempelajari fungsi sekelompok sel.
Selain soal Nobel, Dr Taruna Ikrar juga disebut mengklaim sebagai dekan dan profesor di Pacific Health Science University (PHSU) dan National Health University. Klaim ini juga diragukan.
Keraguan muncul pertama dari seorang dosen dari Universitas Hasanuddin bernama Aminuddin. Aminuddin dalam blog pribadinya menuliskan kritikannya terhadap Taruna lewat sebuah tulisan berjudul "Mencari Kebenaran Academic Credential dr Taruna Ikrar: Fraud Detected".
Aminuddin mengatakan, salah satu kejanggalan dari Dr Taruna Ikrar adalah klaim menjadi nominee penerima Nobel pada tahun 2016. Padahal, untuk dinominasikan mendapat Nobel, seseorang harus dinominasikan oleh penerima Nobel tahun sebelumnya. Itu merupakan syarat mutlak.
ADVERTISEMENT
Menurut Aminuddin, seseorang yang dinominasikan meraih Nobel, tidak akan mengetahui dirinya masuk nominasi sampai 50 tahun yang akan datang.
"Siapa yang dinominasikan tidak dapat diketahui umum karena baru bisa dibuka 50 tahun setelah nominasi itu diumumkan," kata Aminuddin dalam blognya seperti dikutip kumparan (kumparan.com), Jumat (24/1).
Penelusuran kumparan, Taruna Ikrar adalah anggota Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4). Ia juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Umum I-4 periode 2011-2013 dan 2012-2015.
Terkait isu panas yang menyambar Taruna ini, I-4 telah merilis pernyataan resmi. Dikutip dari laman www.i-4.or.id, mereka menjelaskan bahwa Taruna Ikrar adalah seorang ilmuan yang berprestasi.
Dalam surat bernomor 124/I4/KU/2017/11/22, pihak I-4 menjelaskan Taruna Ikrar sebagai salah satu ilmuwan Indonesia yang memiliki banyak karya di bidang kedokteran. Berbagai penghargaan yang Taruna Ikrar terima adalah hasil dari kerja keras yang ia lakukan.
ADVERTISEMENT
Namun I-4 menyayangkan sikap Taruna Ikrar karena klaimnya soal nominasi Nobel 2016.
“Kekeliruan yang terjadi, baik itu disengaja maupun tidak disengaja oleh Dr Taruna Ikrar terkait dalam hal nominasi Nobel 2016 untuk penemuan di penelitian optogenetics, adalah hal yang disayangkan oleh banyak pihak,” ungkap I-4.
Terkait status dan hubungan dari Dr Taruna Ikrar di Pacific Health Science University (PHSU) dan National Health University, masih perlu investigasi lebih lanjut.
“I-4 sudah melakukan investigasi mengenai klaim terkait kedua lembaga ataupun status Profesor Dr Taruna Ikrar, namun berdasarkan investigasi yang ada, belum dapat dipastikan kebenaran klaim tersebut," ungkapnya.
I-4 mengajak institusi atau lembaga lain yang berwenang untuk membantu dalam melakukan klarifikasi dan mencari kebenaran dari klaim Taruna Ikrar.
ADVERTISEMENT
“I-4 mengajak agar ilmuwan Indonesia menjaga integritas keilmuwan dan memberikan tauladan kepada public tentang kode etik ilmuwan dengan menjaga integritas dan kejujuran," ujarnya.
Tak cuma I-4 yang berkomentar. Netizen yang concern soal sains, menulis pendapat dan temuan mereka.
kumparan mencoba mengkonfirmasi Dr Taruna Ikrar lewat pesan WA dan meneleponnya, namun belum ada respons hingga saat ini.
Taruna Ikrar lahir di Makassar, 15 April 1969. Taruna aktif berorganisasi dan menulis. Ceramah Taruna Ikrar bisa disaksikan di akun Youtube-nya seperti di bawah ini:
Live Update