Kenangan Sahabat Tentang Bripda Ridho, Sosok yang Selalu Menolong

25 Mei 2017 14:43 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Foto Bripda Ridho di rumah keluarga. (Foto: Marcia Audita/kumparan)
Ajal tak pernah ada yang bisa menduga. Dia bisa datang kapan saja, saat kamu duduk, berdiri, berlari atau berbaring. Ajal pun tak mengenal tempat, kalau sudah datang, siapa bisa melawan?
ADVERTISEMENT
Di Rabu (24/5) petang, Bripda Ridho Setiawan, seperti biasa bersiap menjalankan tugasnya melakukan pengamanan di sebuah acara. Tak ada yang menyangka, mengawal penyambutan bulan agung itu menjadi tugas Ridho.
Usai mengawal pawai obor, Ridho dan kawan-kawannya memilih menyolonjorkan kakinya di dekat toilet terminal Kampung Melayu. Sambil menunggu kendaraan jemputan datang, ia beristirahat sejenak sambil bersenda gurau dengan rekan sejawatnya.
Namun, malang tak dapat dinyana. Tepat pukul 21.00 WIB, sebuah bom meledak dari toilet tempatnya beristirahat. Ledakannya begitu kencang, membuat tubuhnya kemudian terhempas dan terluka parah.
Ia sempat mendapat perawatan di sebuah rumah sakit. Namun, sekali lagi, ajal tak bisa ditawar, meski barang semenit.
Kediaman Bripda Ridho. (Foto: Marcia Audita/kumparan)
Ia menghembuskan napas terakhirnya dengan penuh kebanggaan. Ia menghadap keabadian dalam menjalankan tugasnya.
ADVERTISEMENT
Kerabat dan sanak keluarga histeris, menangis tak percaya orang yang dicintainya meninggalkan mereka begitu cepat. Mereka tak pernah menyangka, Ridho yang dikenal pendiam telah pergi untuk selamanya.
Karib Ridho semasa remaja, Mahmur, mengenang kebersamaan ia dengan polisi anggota Sabhara itu. Dalam memorinya, tersimpan rapi bagaimana hangatnya persahabatan mereka dalam bingkai kegiatan Pramuka.
"Saya nggak nyangka sampai hari ini dapat kabar kayak gini. Dia anaknya asik meski agak cuek. Tapi kalau temannya kesusahan pasti nolongin," ujar Mahmur dengan mata berkaca-kaca.
Foto Bripda Ridho di rumah keluarga. (Foto: Marcia Audita/kumparan)
Akhir-akhir ini, ia, Ridho dan kawan-kawan lainnya sempat beberapa kali melakukan pertemuan. Layaknya anak muda lainnya, mereka ingin mengadakan reunian akbar di bulan Ramadhan.
"Gimana caranya anak-anak Pramuka ini untuk caranya ngadain bukber, temen-temen SMK juga anak alumni sekelasnya dia juga gitu, Banyak hal yang kita bahas waktu itu masalah di kerjaannya sempet ada masalah sama seniornya," ungkap Mahmur.
ADVERTISEMENT
Teman-teman SMA Bripda Ridho. (Foto: Marcia Audita/kumparan)
Ternyata, semakin intensnya komunikasi di antara keduanya seperti tanda tersurat. Pertemuan intensif tersebut menjadi kenangan yang begitu berharga yang dirasakan Mahmur, dan kawan-kawan lainnya.
Mahmur pribadi ternyata tanpa disadari punya perasaan agak aneh di malam itu. Sepeda motornya tiba-tiba mati di jalan tepat di saat bom pertama meledak di Kampung Melayu.
"Kebetulan saya kerja malem pas banget sama waktu kejadiannya. Sebelumnya padahal di jalan biasa aja, motor bisa dipacu normal. Tapi nggak tahu kenapa motor tiba-tiba mati. Bahkan sampai tiga kali di jam-jam itu," tuturnya.
Dalam benaknya, terpikir sesuatu. Memang pikiran buruk tak langsung mengarah ke sosok Ridho. Namun setelah mendapat kabar kematian sahabatnya, ia baru sadar bahwa itu pertanda dari Tuhan.
ADVERTISEMENT
"Yang paling diingat pas Pramuka pernah makan bareng cuma pakai pilus dan penyedap rasa," ujar dia.
Buat Mahmur, Ridwan adalah sosok sahabat yang akan selalu dikenang selama hidupnya. Untuk terakhir kalinya ia mengucap:
"Selamat jalan, Sahabat. Doaku selalu menyertaimu."
Suasana rumah duka Bripda Ridho. (Foto: Marcia Audita/kumparan)