Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Siasat Sebelum "Padamu Negeri" Berkumandang
30 Januari 2017 15:46 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
ADVERTISEMENT
Padamu negeri kami berjanji
Padamu negeri kami berbakti
Padamu negeri kami mengabdi
Bagimu negeri jiwa raga kami
ADVERTISEMENT
Lirik pendek lagu itu belakangan ramai di media sosial karena dua baris terakhir dianggap sesat oleh sastrawan Taufiq Ismail. Ia punya alasannya sendiri. Simak di sini: Taufiq Ismail dan "Padamu Negeri"
Terlepas dari soal perspektif yang amat mungkin berbeda antara satu individu dengan lainnya, lagu nasional Indonesia itu punya riwayat yang cukup menarik sebelum akhirnya bisa bergema ke seluruh negeri.
Lagu Padamu Negeri --atau juga dikenal dengan judul Bagimu Negeri-- diciptakan Kusbini, komponis Indonesia, pada 1942 atas permintaan Presiden Sukarno. Tujuannya, untuk mengimbangi lagu-lagu propaganda Jepang yang saat itu marak disiarkan di radio pendidikan Taman Kanak-kanak.
Kusbini menciptakan Padamu Negeri ketika bekerja di Hoso Kanri Kyoku atau Pusat Jawatan Radio (kini Radio Republik Indonesia). Di radio itu, Kusbini memimpin orkes bersama Ismail Marzuki dan M. Sagi. Marzuki di kemudian hari dikenal sebagai komponis besar Indonesia, dan M. Sagi ialah salah satu pemain biola legendaris negeri ini.
ADVERTISEMENT
Kusbini dan Ibu Sud --yang dikenal luas sebagai pencipta lagu anak-anak-- saat itu membawakan siaran radio Taman Kanak-kanak. Keduanya sama-sama mantan anggota Badan Pusat Kesenian Indonesia yang dibentuk Sukarno, namun kemudian dibubarkan pemerintah Jepang tahun 1942.
Lewat Padamu Negeri, Kusbini ingin membangun jiwa patriotisme Indonesia secara halus. Saat itu, pada masa pendudukan Jepang, lagu-lagu perjuangan untuk menggerakkan moral bangsa, memang dibuat secara terselubung dan hati-hati.
Kusbini ketika itu juga berkiprah di Keimin Bunka Shidosho (KBS). KBS, menurut situs resmi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, jakarta.go.id, ialah lembaga kebudayaan bentukan pemerintah Jepang yang bertujuan mengembangkan wawasan kesenian bangsa Indonesia guna memajukan Asia Timur Raya.
Pembuatan Padamu Negeri tak selalu mulus. Pada proses finalisasi, lirik lagu itu diperlihatkan dan dikonsultasikan kepada Sukarno, sebelum akhirnya disetujui dan diperdengarkan di radio Hoso Kanri Kyoku.
ADVERTISEMENT
Padamu Negeri jadi lagu yang lekat dengan telinga warga pribumi, mulai kota sampai pelosok desa. Lagu ini menarik pula bagi kaum pergerakan karena makna yang terkandung di dalamnya mudah dimengerti.
Ketika itu, semangat persatuan nasional memang sedang tumbuh pesar.
Melihat minat besar terhadap Padamu Negeri, Kusbini menyimpulkan bahwa dalam hati para pemimpin Indonesia yang --dari luar-- tampak bekerja sama dengan Jepang, sesungguhnya tetap berkobar keinginan merdeka.
Namun demi keamanan dan tujuan lebih besar, semangat merdeka itu ditekan dan disembunyikan lebih dulu. Itu anggapan Kusbini.
Sesuatu yang tersiar pada akhirnya pasti diketahui semua orang. Lagu Padamu Negeri terdengar sampai telinga otoritas Jepang dan menjadi perhatian Sendenbu, Departemen Propaganda Jepang.
Jepang curiga dengan Padamu Negeri. Seorang ahli drama Sendenbu, Hinatsu Heitaro, mengajukan beberapa pertanyaan kepada Kusbini --sang pencipta lagu.
ADVERTISEMENT
Kusbini merasa terkejut dan tegang menghadapi interogasi itu. Terlebih kala itu situasi politik sedikit memanas.
Untung saja, Kusbini cekatan berdiplomasi. Lagu itu akhirnya lolos dari kecurigaan Jepang --dan malah dapat berkumandang lebih luas ke seantero nusantara.
Bagaimana Padamu Negeri akhirnya lolos?
Sederhana saja jawabannya. Kusbini berkata: kata “negeri” yang dimaksud pada lirik Padamu Negeri ialah pemerintah Jepang.
Padahal, “negeri” pada lagu itu sudah tentu Indonesia.
Dari berbagai sumber