"Tembak Mati Pengedar Narkoba, Saya yang Tanggung Jawab di Akhirat"

25 Oktober 2017 11:56 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Budi Waseso. (Foto: Kevin Putra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Budi Waseso. (Foto: Kevin Putra/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Budi Waseso tak main-main dengan pengedar narkoba yang mencoba melarikan diri dari proses hukum. Budi meminta kepada jajarannya di BNN tak segan-segan menembak mati pengedar yang mencoba mengelak saat ingin ditangkap.
ADVERTISEMENT
Budi pun berkelakar soal hukuman tembak mati di tempat bagi pengedar yang mencoba mengelak.
"Pak, terpaksa harus kita tembak dan meninggal dunia," kata Budi mengulang laporan bawahannya yang telah menghentikan langkah seorang pengedar, usai penandatanganan kerja sama antinarkoba bersama Bank Mandiri, di Plaza Mandiri, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Rabu (25/10).
"Ah enggak usah terpaksalah, dengan senang hati," kelakar Budi menjawab bawahannya.
Budi mengatakan, pemberantasan pengedar yang mencoba lari dari hukum, perlu ditindak tegas, tanpa keraguan. "Saya bilang sudah enggak apa-apa nanti kita pertanggungjawabkan di akhirat. Enggak ada masalah saya bilang gitu kalau enggak yakin lempar saja ke saya nanti saya yang bertanggung jawab di akhirat," kata Budi.
Budi meminta Indonesia bisa belajar dari Filipina di bawah Rodrigo Duterte yang begitu keras menindak pengedar narkoba. Pasalnya perlakuan kepada pengedar di Indonesia dan Filipina masih berbeda.
ADVERTISEMENT
"Di negara Filipina yang begitu melakukan tindakan drastis sampai hari ini. Bahkan 97 persen warga Filipina mendukung keputusan Presiden Filipina dalam pemberantasan narkotika," kata Budi.
"Kalau di kita beda Bapak, Ibu sekalian, sudah hukuman (divonis) mati 3 kali, tidak mati-mati itu hebatnya di Indonesia. Setelah dihukum mati dengan paksa (dianggap) dijadikan pahala," kata Budi.
Menurut Budi peredaran narkoba di Indonesia sudah begitu parah. Pasalnya, besarnya transaksi narkoba di Indonesia dalam setahun mencapai ratusan triliun rupiah dari total sekitar 72 jaringan yang beroperasi di Indonesia.
"Belanja narkoba bisa mencapai Rp 300 triliun," kata Budi.