Tentang Perjalanan Djarot di Pilgub DKI

19 April 2017 16:50 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Djarot dan istri pasca mencoblos (Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
zoom-in-whitePerbesar
Djarot dan istri pasca mencoblos (Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
Proses hitung cepat yang dilakukan beberapa lembaga survei menunjukkan duet Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat tertinggal dari duet Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Akankah ini menjadi langkah akhir Djarot setelah menempuh proses panjang menuju Pilgub DKI?
ADVERTISEMENT
Djarot adalah mantan bupati Blitar dua periode, dari tahun 2000-2010. Keberhasilannya menata pedagang kaki lima (PKL) di Blitar serta pengalaman memimpin sebuah kota menjadi alasan Ahok melirik Drs Djarot Saiful Hidayat MSi untuk dijadikan sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Pencalonan
Posisi tersebut kosong setelah Ahok dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017 menggantikan Joko Widodo yang terpilih menjadi Presiden RI ke-7. Pada tanggal 17 Desember 2014, Djarot resmi dilantik menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta hingga sekarang.
Untuk maju di Pilgub DKI Jakarta 2017, Djarot harus menempuh perjalanan panjang sebelum akhirnya mendampingi Ahok. Ahok sejak masih menjabat memang telah berancang untuk maju kembali sebagai Gubernur DKI periode 2017-2022. Sejak awal Ahok menginginkan Djarot menjadi pasangannya.
ADVERTISEMENT
Namun, di tengah jalan, Ahok sempat tergoda untuk maju tanpa partai politik. Berbekal semangat anak muda mengumpulkan 1 juta KTP, Ahok sempat percaya diri untuk bisa melenggang di Pilgub DKI tanpa kereta parpol.
Djarot sempat 'terabaikan'. Apalagi ketika parpol-parpol kemudian mengklaim mau mendukung Ahok meski ia maju independen. Mereka yang setia adalah Nasdem, Golkar, dan Hanura.
PDIP yang notabene punya suara terbesar dan bisa mengusung calon sendiri mengulur waktu dalam bersikap. Nama di luar Ahok bermunculan. Ada Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Wali Kota Ridwan Kamil, termasuk nama Djarot yang digadang bisa menjadi cagub.
Namun di ujung waktu pendaftaran, Ahok berubah pikiran. Meski Teman Ahok mengklaim sudah berhasil mengumpulkan 1 juta KTP, Ahok bergeming. Ia merasa lebih nyaman maju lewat parpol.
ADVERTISEMENT
Djarot Meninjau Fly Over di Bintaro (Foto: Anggi Dwiky/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Djarot Meninjau Fly Over di Bintaro (Foto: Anggi Dwiky/kumparan)
Ahok yang sedari awal sebenarnya menginginkan Djarot menjadi wakilnya akhirnya meminta izin dan kerap berkomunikasi dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. PDIP pada akhirnya memilih Ahok untuk jadi cagub dan Djarot sebagai cawagub.
Mega mengabulkan keinginan Ahok karena melihat kinerja Ahok-Djarot cukup mumpuni dalam membangun Jakarta ke arah yang lebih baik. Mega menyebut dirinya mengambil keputusan itu juga karena mendengarkan juga suara warga Jakarta yang sangat menginginkan duet Ahok-Djarot memimpin kembali.
Lolos putaran pertama
Akhirnya Ahok-Djarot melenggang ke Pilgub DKI melawan duet Anies-Sandi dan Agus-Sylvi. Di putaran pertama keduanya berhasil mengungguli dua pasangan lainnya.
Namun sayangnya perolehan suara mereka tak sampai 50% plus 1. Hal itu membuat putaran kedua harus digulirkan, Ahok-Djarot versus Anies-Sandi.
ADVERTISEMENT
Perjuangan Djarot untuk lolos putaran pertama terasa berat. Bersama Ahok, dia menghadapi serangan dari berbagai arah. Awalnya karena pidato Ahok di Kepulauan Seribu yang disebut jaksa mengandung unsur penistaan agama.
Saat blusukan, Djarot beberapa kali ditolak warga saat berkampanye. Alasannya, karena Djarot adalah bagian tak terpisahkan dari Ahok yang dianggap 'berdosa'.
Namun di satu sisi, Djarot juga banyak mendulang simpati. Ini karena gaya bicaranya yang terstruktur, mudah dimengerti, dan kalem.
Sebelum pencoblosan, Djarot sebenarnya masih mengumbar optimisme. Namun, melihat hasil quick count dari berbagai lembaga survei, rasanya Djarot juga harus memulai memikirkan apa yang ia akan lakukan ketika tidak menjadi wakil gubernur DKI setelah Oktober 2017 nanti.
ADVERTISEMENT
Barisan Relawan Basuki-Djarot mengawal persidangan lanjutan dari Basuki Tjahja Purnama (Ahok) dalam kasus penistaan agama. (Foto: Marcia Audita)
zoom-in-whitePerbesar
Barisan Relawan Basuki-Djarot mengawal persidangan lanjutan dari Basuki Tjahja Purnama (Ahok) dalam kasus penistaan agama. (Foto: Marcia Audita)