Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Rasanya Tak Punya Idola
22 Desember 2017 17:01 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
Tulisan dari Wisnu Prasetyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Masih ada yang tersisa di pikiranku sejak artis Korea, Jonghyun SHINEee meninggal dunia karena bunuh diri baru-baru ini. Apa?
ADVERTISEMENT
Sederhananya begini, pertamanya kumerasa aneh dengan respons yang ditunjukan oleh para penggemarnya. Tak usah jauh-jauh, di kantorku sendiri. Bahkan mereka menangis, ada yang meratap ketika tahu Jonghyun meninggal.
"Kayak habis ditinggal keluarga deket," pikirku dalam hati.
Padahal aku tahu, fans kpop itu fanatik. Fanatik, bisa disamakan sama suporter bola Liga Indonesia. Tergambar kan?
Aku tahu ini dari temenku sendiri, yang memang penggemar kpop.
Tapi aku dulu tidak sepercaya itu. Paling fans kpop itu ya kaya yang lain. Cuma koleksi poster, dateng ke konser dan lain-lain.
Hm. Namun, kematian Jonghyun kembali menyadarkanku bahwa fans kpop benar-benar fanatik. Bahkan, bisa dibilang, maaf, cenderung gila.
Perlahan kucoba memahami, kenapa, sih, mereka sampai segitunya. Ada beberapa alasan memang, dari mulai si artis yang kelewat baik kepada fansnya sehingga meninggalkan kesan yang mendalam, karya-karya si artis begitu melekat, hingga ya cuma karena suka saja.
ADVERTISEMENT
Kucoba menanyakan lagi kepada salah satu fans kpop. Bukan untuk mengolok-olok, hanya untuk memastikan apa yang mereka rasakan.
"Ya karena dia idol pertamaku, jadi ya gimana ya. Begitu deh," kata salah seorang fans Jonghyun yang seketika memotong pembicaraan ketikaku mengungkit kematian artis idolanya.
Okay, kumemahami, sedalam itu. Bahkan untuk aku yang sudah kehilangan orang tuaku sendiri, aku tak pernah melarang orang untuk membicarakan bapak karena takut sedih.
Ya kenapa? Meninggal ya sudah kemestian. Mungkin begitu ide yang tertanam di benakku.
Aku tak pernah menyalahkan mereka, fans kpop, fans sepak bola, fans grup band mana pun akan kefanatikan mereka. Namun aku cuma, mungkin, sesekali ingin merasakan bagaimana mengidolakan seseorang.
ADVERTISEMENT
Jujur, sampai saat ini aku tak punya idola sama sekali. Grup musik? Kalau lagunya enak ya suka? Artis? Nggak punya, dai? Nggak ada.
Dulu, yang kuingat, saat aku ditanya siapa yang aku idolakan, aku menjawab:
"Nabi Muhammad."
Sok alim sekali bukan? Tapi sejujurnya, bukan ke sana maksudnya.
Aku hanya berpikir cuma dia sosok yang layak kukagumi. Jalan hidupnya, keteguhannya, pengabdiannya. Meski semua hanya kuimani dan kudengar turun-temurun tanpa pernah melihat sosoknya.
Oke, itu dulu, masa di mana aku masih 'sadar' betul akan dunia seperti itu. Saat aku SMP hingga SMA.
Lantas sekarang? Ketika orang bertanya kepadaku, siapa idolaku, aku bingung menjawabnya.
Karena sampai sekarang aku masih tak punya. Aku juga tak lagi berani menyebut Nabi Muhammad sebagai idolaku ketika hanya ditanya manusia.
ADVERTISEMENT
Sebab, konsekuensinya berat. Yang namanya idola sepemahamanku memelajarinya berarti orang yang tak cuma dikagumi, tapi diikuti,
disayang dan sebagainya.
Sementara saat ini? Aku masih belum yakin dan rasanya masih jauh dari kesan pengidola Nabi Muhammad.
Nah, karena aku tak punya idola aku tak bisa, merasakan apa yang kebanyakan orang rasakan.
Berbicara asyik dengan teman seperjuangan, mengoleksi sesuatu, merasa sangat bahagia kalau sang idola memberikan sesuatu kepadaku, dan hal-hal menarik lainnya.
Hidupku sejauh ini ya datar-datar saja. Normal, tak pernah sedih karena orang lain yang jauh (baca: idola) juga tak pernah merasa sesenang pengidola seseorang.
Namun di sisi lain, aku juga merasa bersyukur. Dengan tak punya idola, setidaknya, aku tak akan merasa sesakit, sesedih itu ketika idolaku mengecewakanku atau mati bunuh diri sewaktu-waktu.
ADVERTISEMENT
Jadi, begitu kira-kira rasanya tak punya idola.