Konten dari Pengguna

Pembibitan Kelapa Sawit

Muhammad Parikesit Wisnubroto
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Andalas
23 September 2024 8:32 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Parikesit Wisnubroto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bibit abnormal yang tertanam di lapangan, terlihat buahnya jarang. Sumber: Dokumentasi Pribadi (2024)
zoom-in-whitePerbesar
Bibit abnormal yang tertanam di lapangan, terlihat buahnya jarang. Sumber: Dokumentasi Pribadi (2024)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Proses pembibitan biasanya dilaksanakan dan dipersiapkan satu tahun sebelum penanaman tanaman utama di lapangan. Bahan tanam berupa kecambah kelapa sawit diperoleh dari Balai ataupun perusahaan penghasil kecambah yang bersertifikasi. Adapun beberapa persyaratan areal pembibitan antara lain:
ADVERTISEMENT
1. Dekat dengan sumber air
2. Areal dengan topografi yang relatif datar
3. Letak area diusahakan dekat dengan areal pertanaman
4. Areal relatif aman dari sumber hama dan penyakit
5. Areal terbuka untuk mendapatkan sinar matahari secara penuh
Kebutuhan Kecambah Kelapa Sawit
Berdasarkan pengalaman di perkebunan besar, persentase seleksi yang dilakukan adalah sebesar 25%, yaitu 15% di fase pre nursery dan 10% di fase main nursery. Sebagai contoh, rencana penanaman di lapangan dengan kerapatan populasi 143 pohon per hektar, maka jumlah kecambah yang diperlukan untuk bibit = 143 + (25/100 x 143) = ± 180 butir kecambah per hektar.
Beberapa tahapan dan aktivitas proses pembibitan kelapa sawit antara lain sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
1. Tahap pembibitan pre nursery (PN)
Adapun tata cara pembibitan dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pembuatan bedengan
• Tiap petak bedengan dibuat dengan ukuran panjang 10 m dan lebar 1,2 m
• Setiap bedengan dibuat papan dengan tinggi 15 cm dengan tebal papan 0,75 inci.
• Dasar tanah bedengan disemprot dengan insektisida yang tidak mempunyai residu, kemudian diisi dengan pasir sungai setinggi 2 cm.
b. Pembuatan pelindung bedengan atau naungan
Seluruh bedengan harus dibuat pelindung/naungan/para-para yang dapat menggunakan daun kelapa sawit, dengan ukuran tinggi sekitar 2 m dan jarak antar tiang 2,5 m.
c. Baby polybag
Ukuran panjang 22 cm, lebar 10 cm, dan tebal 0,07 cm
d. Persiapan penanaman kecambah
ADVERTISEMENT
Baby polybag diisi menggunakan top soil yang telah diayak terlebih dahulu. Adapun pasir dalam bedengan dapat disemprot dengan desinfektan.
e. Penanaman kecambah dalam baby polybag
Kecambah ditanam dalam lubang yang telah dibuat dengan posisi tunas atau plumula menghadap ke atas dan akar atau radikula ke arah bawah.
f. Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kali dalam 1 hari yaitu pada pagi dan sore hari.
g. Penyiangan
Dilakukan terhadap gulma yang tumbuh di dalam maupun diluar polybag.
h. Pemupukan
Dilaksanakan dengan menggunakan larutan compound fertilizer (CF) 15.16.6.4 dengan konsentrasi 7 gram per 5 liter air. Adapun aplikasi penyemprotan pada daun yaitu sebanyak 4 kali dengan rotasi 1 minggu selama 1 bulan. Selanjutnya, pada bulan ke-2, bibit diberikan pupuk CF 15.15.6.4 sebanyak 1 gram per pohon dengan rotasi 1 minggu dan diaplikasikan sebanyak 4 kali.
ADVERTISEMENT
i. Seleksi bibit di pre nursery
Bibit yang diseleksi antara lain:
• Bibit yang pangkal batangnya membengkok akibat penanaman kecambah yang terbalik.
• Bibit dengan daun yang menggulung dan menguncup
• Bibit dengan daun yang memutar
• Bibit dengan pertumbuhan yang lambat
Setelah bibit pre nursery berumur 2,5-3 bulan dengan jumlah daun bekisar 5-6 helai, selanjutnya dapat dipindahkan ke pembibitan utama atau main nursery.
2) Pembibitan utama atau main nursery (MN)
Adapun tahapan pembibitan main nursery antara lain meliputi:
a. Persiapan
• Dipilih tanah yang gembur dan telah diayak.
• Polybag berukuran panjang 50 cm, lebar 20,5 cm, dan tebal 0,15 cm
• Instalasi air untuk penyiraman dapat menggunakan instalasi dengan gembor atau dengan sprinkler.
ADVERTISEMENT
b. Pelaksanaan
• Tanah top soil yang sudah diayak, lalu dimasukkan ke dalam polybag besar hingga 2/3 dari tinggi kantong polybag tersebut.
• Penanaman bibit dari baby polybag ke large polybag dilakukan dengan memasukkan bibit ke dalam large polybag tepat di tengah kantong, lalu disiram.
• Penyusunan bibit dibuat dalam bentuk petak di lapangan yang berisi 100 buah bibit, jarak tanam 90 cm, dengan jumlah bibit per hektar sebanyak 12.000 bibit.
c. Perawatan bibit:
• Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma baik dalam maupun di luar polybag.
• Penyiraman
Penyiraman dilakukan dengan rotasi 2 kali dalam 1 hari, yaitu pada pagi dan sore hari.
• Pengendalian hama dan penyakit
Hama dan penyakit yang biasa menyerang kelapa sawit pada fase pembibitan utama antara lain meliputi kutu daun, ulat api, dan ulat kantong. Pengendalian kutu daun dapat dilaksanakan dengan menggunakan insektisida, sementara itu untuk ulat api dan ulat kantong dapat dilaksanakan dengan hand picking bersamaan dengan perawatan yang lain.
ADVERTISEMENT
d. Pemupukan
Adapun pemupukan dapat dilaksanakan dengan menggunakan pupuk CF 15.15.6.4 dan pupuk CF 12.12.17.2 dengan dosis dan aplikasi sebagai berikut:
e. Seleksi bibit di main nursery, terdiri dari 2 kriteria, yaitu:
1. Waktu melakukan seleksi
• Transplanting atau pemindahan dari baby polybag ke large polybag
• Umur bibit 4 bulan
• Umur bibit 8 bulan, seleksi dilakukan dengan cara ketat.
• Waktu transplanting atau dipindahkan ke lapangan.
2. Ciri-ciri tanaman yang abnormal
Adapun habitus bibit yang yang abnormal, antara lain:
• Tanaman tegak dan kaku serta umumnya agak tinggi dengan sudut antara pelepah daun dengan batang tergolong tajam.
• Tanaman dengan bentuk bagian atas datar agak pendek dan pertumbuhan pelepah daun yang lebih muda pada umumnya lebih pendek dari yang tua.
ADVERTISEMENT
• Tanaman yang rusak akibat terserang hama dan penyakit
Anak daun abnormal, antara lain:
• Anak daun dengan sudut yang tajam
• Anak daun yang menggulung
• Anak daun tersusun sangat jarang
Akibat penanaman bibit abnormal di lapangan, terutama tanaman yang memanjang dan daunnya kaku, mengakibatkan penurunan produksi di lapangan karena tidak berbuah dan kalaupun berproduksi hanya mencapai 25-50% dari tanaman yang normal. Oleh karena itu, proses seleksi yang benar dan disiplin akan menyebabkan bibit yang ditanam ke lapangan mempunyai kualitas yang bagus dan prima yang pada gilirannya akan memberikan produksi serta keuntungan yang tinggi pula.