Konten dari Pengguna

Pengaruh Unsur Mangan (Mn) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kelapa Sawit

Muhammad Parikesit Wisnubroto
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Andalas
12 Agustus 2024 9:15 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Parikesit Wisnubroto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Representasi skematis fotosistem II dan komponen-komponennya - salah satunya unsur Mn - yang terdapat dalam membran tilakoid kloroplas. Sumber: Sproviero et al. (2008) cit. Najafpour & Pashaei (2012)
zoom-in-whitePerbesar
Representasi skematis fotosistem II dan komponen-komponennya - salah satunya unsur Mn - yang terdapat dalam membran tilakoid kloroplas. Sumber: Sproviero et al. (2008) cit. Najafpour & Pashaei (2012)
ADVERTISEMENT
Kelapa sawit atau yang dikenal dengan nama ilmiah Elaeis guineensis Jacq. menjadi salah satu komoditas pertanian yang memiliki pasar strategis. Keberadaannyapun mampu mendorong dan meningkatkan perekenomian nasional. Pada 2023, produksi total minyak sawit mentah (CPO) diperkirakan mencapai 50,07 juta ton yang mana mengalamai kenaikan hingga 7,15% dibanding periode 2022. Produksi tersebut diharapkan akan terus meningkat mengingat konsumsi produk kelapa sawit yang juga semakin tinggi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guna menjaga stabilitas produksi kelapa sawit ialah melalui pemupukan, terutama memberikan kecukupan hara bagi tanaman, baik hara makro maupun mikro. Berbicara mengenai unsur hara mikro, keberadaannya dibutuhkan dalam jumlah relatif sedikit, namun memegang peran penting bagi pertumbuhan dan hasil tanaman, antara lain mangan (Mn).
ADVERTISEMENT
Unsur Mn memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, termasuk pada kelapa sawit. Mn menjadi komponen esensial dari beberapa enzim yang terlibat dalam reaksi oksidasi-reduksi, termasuk superoksida dismutase (SOD) yang membantu melindungi sel tanaman dari kerusakan oksidatif. Enzim-enzim ini penting dalam metabolisme karbohidrat dan fotosintesis. Dalam proses fotosintesis, Mn memegang peran penting dalam fotolisis air di dalam kloroplas menghasilkan oksigen dan molekul ATP yang diperlukan pada reaksi gelap fotosintesis. Meskipun Mn bukan komponen langsung dari klorofil, unsur ini juga berperan penting dalam sintesis klorofil. Ditinjau dari peranannya dalam perkembangan sel, Mn membantu dalam pembentukan dinding sel dan struktur sel yang penting untuaaak pertumbuhan akar dan pembentukan jaringan, termasuk jaringan vaskular yang mengangkut air dan hara ke seluruh tubuh tanaman. Selain itu, Mn juga memiliki fungsi dalam meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan patogen dan cekaman abiotik melalui produksi senyawa fenolik yang bersifat antimikrobia dan antioksidan.
ADVERTISEMENT
Menurut Behera et al. (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Soil Nutrient Status and Leaf Nutrient Norms in Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) Plantations Grown on Southern Plateau of India” menyebutkan kadar kecukupan hara Mn yang optimal pada kelapa sawit berada pada kisaran 82,5 – 681 mg/kg. Sementara kondisi defisiensi Mn terjadi bilamana kadar Mn kurang dari 46,4 ppm. Mn berpotensi meracun bagi kelapa sawi ketika konsentrasinya mencapai >1000 ppm pada jaringan tanaman. Kekurangan (defisiensi) Mn pada kelapa sawit menyebabkan tanaman mengalami gejala daun kekuningan atau klorosis sebagai akibat dari terganggunya sintesis klorofil. Klorosis dimulai dari bagian tepi daun yang kemudian menguning secara merata ke seluruh permukaan daun. Klorosis akan berlanjut menjadi nekrotik hingga berdampak pada kematian jaringan tanaman. Gejala ini hampir serupa dengan kelapa sawit yang mengalami kahat kalium (K), namun klorosis yang ditunjukkan berwarna lebih jingga. Deteksi kekahatan Mn dapat ditinjau dari pelepah daun ke-17 kelapa sawit, sebagaimana yang dilakukan oleh Kee et al. (1995) pada penelitiannya yang bertajuk “Investigation into manganese deficiency in mature oil palms (E. guineensis) in Malaysia”. Dalam penelitian tersebut diketahui kadar Mn di pelepah nomer 17 mencapai <25 ppm yang tergolong sangat rendah, sehingga laju fotosintesis dan pembentukan energi untuk pertumbuhan terhambat. Kelapa sawit dapat kembali tumbuh normal setelah 2 tahun ditambahkan pupuk Mn, baik ditambahkan ke dalam tanah maupun melalui daun. Dari penelitian tersebut diinformasikan penambahan Mn menunjukkan perubahan signifikan setelah 42 bulan aplikasi, yaitu jumlah tandan buah segar yang dipanen mengalami kenaikan dibanding sebelum aplikasi penambahan Mn.
ADVERTISEMENT
Kelebihan unsur Mn memberikan dampak buruk yang signfikan bagi pertumbuhan dan hasil kelapa sawit. Kondisi Mn berlebih menghambat proses metabolisme kelapa sawit, terutama fotosintesis dan respirasi, sehingga ATP yang dihasilkan rendah. Apabila toksisitas tidak ditangani dengan baik akan berdampak pada penurunan produktivitas hingga kematian tanaman. Gejala toksisitas Mn pada kelapa sawit meliputi perubahan warna daun menjadi kuning atau coklat (klorosis), terutama pada daun muda. Biasanya terjadi karena mangan menghambat penyerapan unsur hara esensial lainnya seperti magnesium (Mg) dan besi (Fe). Secara morofologi, daun yang terkena toksisitas mangan sering kali terlihat lebih kecil dan kaku. Salah satu penyebab toksisitas Mn ialah kondisi lahan ber-pH rendah maupun kondisi tergenang. Mn diserap oleh perakaran tanaman dalam bentuk ion Mn2+. Ketika perakaran kelapa sawit menyerap Mn berlebih akan menunjukkan perubahan morfologi maupun anatomi sebagaimana disampaikan oleh Rivera-Mendes et al. (2016) dalam risetnya yang berjudul “Physiological responses of oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) seedlings under different water soil conditions”. Dinding sel perakaran akan tampak menebal dan kaku dibandingkan pada tanaman normal, terutama pada bagian meristematik sel. Hal ini bertujuan untuk menangkal ion Mn2+ yang bersifat toksik, sehingga tidak masuk ke inti sel dan mengacaukan metabolisme di dalam sel. Adapun ion Mn2+ yang telah terserap akan mengalami kompartmentasi di dalam vakuola serta mengalami khelasi oleh berbagai senyawa organik, sehingga tidak lagi bersifat meracun bagi kelapa sawit. Toksisitas Mn dapat diatasi dengan melakukan pemberian bahan amelioran yang mampu meningkatkan nilai pH tanah, pengelolaan drainase lahan yang baik, serta aplikasi pupuk dengan tepat dan berimbang.
ADVERTISEMENT
Defisiensi dan toksisitas Mn sebagaimana uraian sebelumnya jelas menunjukkan bahwa keberadaan Mn sangat penting dalam menunjang pertumbuhan dan hasil tanaman kelapa sawit. Oleh sebab itu, pengetahuan mengenai Mn sangat penting bagi petani maupun pengelola perkebunan kelapa sawit. Secara alami, Mn tersedia dalam bentuk mineral tanah dan akan dilepaskan ke dalam larutan yang dapat diserap oleh tanaman. Beberapa jenis tanah yang memiliki kadar Mn rendah, dapat dilakukan penambahan pupuk mikro sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Ketersediaan Mn yang cukup di dalam tanah dan tanaman dapat meningkatkan efisiensi fotosintesis, mendukung sintesis protein, serta memperbaiki kualitas dan kuantitas buah. Dengan demikian, pemantauan dan pengelolaan kandungan Mn dalam tanah dan tanaman sangat penting untuk memastikan produktivitas yang optimal dari kebun kelapa sawit.
ADVERTISEMENT