Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Pengaruh Unsur Mikro Zinc (Zn) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kelapa Sawit
12 Agustus 2024 12:07 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Muhammad Parikesit Wisnubroto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Unsur hara, dewasa ini terus menjadi isu terpenting dalam budidaya tanaman pertanian, termasuk kelapa sawit. Keberadaannya sangat penting bagi tanaman guna mendukung pertumbuhan dan peningkatan produksinya. Ketua Pusat Riset Sawit IPB, Dr. Budi Mulyanto menyebutkan bahwa pemupukan menjadi salah satu penyebab rendahnya produktivitas kelapa sawit di Indonesia pada 2023. Hal tersebut terjadi karena rendahnya ketersediaan pupuk yang penting bagi tanaman, sebagaimana dilansir dalam artikel yang ditulis oleh Syahputra (2023). Bahkan, hara mikro yang hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil justru menjadi faktor pembatas apabila tidak terpenuhi secara optimal. Salah satu hara mikro yang penting bagi kelapa sawit ialah zinc (Zn). Unsur ini memiliki berbagai peran dalam proses fisiologis tanaman yang akhirnya mempengaruhi produktivitas kelapa sawit. Zinc diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Zn2+. Biasanya ditemukan sebanyak 0,002% dari bobot kering tanaman serta memiliki sifat immobile dalam tubuh tanaman maupun di tanah.
ADVERTISEMENT
Di dalam tubuh tanaman, Zn memiliki keterlibatan yang besar dalam proses metabolisme, aktivasi enzim, proses fisiologis, hingga tekanan homeostatis. Unzur ini dibutuhkan dalam proses sintesis protein dan hormon pertumbuhan, seperti auksin yang penting untuk pembelahan dan pemanjangan sel. Menurut Saleem et al. (2022) dalam jurnalnya yang berjudul “Functions and strategies for enhancing zinc availability in plants for sustainable agriculture” diinformasikan bahwa Zinc merupakan satu-satunya elemen yang ditemukan pada enam (6) kelas protein yaitu lyase, transferase, hydrolase, isomerase, oksidoreduktase dan ligase. Zn mempengaruhi aktivitas, integritas struktural, dan pelipatan sejumlah protein sebagai enzim katalisis. Dalam proses metabolisme, keberadaan Zn dibutuhkan sebagai kofaktor berbagai enzim yang terlibat dalam katabolisme karbohidrat, protein dan asam nukleat. Karbonat anhidrase merupakan salah satu metaloenzim yang membutuhkan Zn sebagai kofaktor. Enzim ini berpartisipasi dalam sejumlah proses seperti pengaturan pH, transfer CO2, pertukaran ion, respirasi, fiksasi CO2 fotosintesis, dan penutupan stomata. Selain itu, pengaruh Zn terhadap pertumbuhan tanaman tidak hanya sebatas secara fisiologis, namun juga membantu meningkatkan pertahanan dan ketahanan tanaman terhadap berbagai stress abiotik, seperti kekeringan dan serangan pathogen.
ADVERTISEMENT
Rerata tanaman kelapa sawit dan tanaman tahunan membutuhkan Zn hingga konsentrasi 30 µM. Kasus defisiensi jarang terjadi pada kelapa sawit. Beberapa kasus yang ditemui kemungkinan disebabkan tingginya status hara phosphor (P) dan tanah-tanah ber-pH tinggi atau ultrabasa. Hal ini juga diyakini menjadi faktor penyebab terjadinya kondisi “Peat Yellows” pada tanah gambut. Defisiensi Zn juga dilaporkan terjadi pada tanah gambut dangkal yang ditutupi pasir, terutama pada tanah yang banyak diaplikasikan pupuk P terlarut. Sebagian besar tanaman kelapa sawit yang mengalami kahat Zn akan menunjukkan gejala daun tanaman belum menghasilkan (TBM) menguning, ukuran mengecil, dan pelepah layu. Pada daun tua sering kali menunjukkan perubahan warna menjadi coklat, pertumbuhan terhambat, daun menggulung, dan layu yang parah. Pada tanaman menghasilkan (TM) menunjukkan gejala yang sama, yakni daun menguning, kerdil dan hasil menurun. Toksisitas Zn terjadi apabila kadar Zn dalam jaringan melebihi 30 µM. Kelebihan unsur Zn menyebabkan terganggunya penyerapan air dan ion-ion esensial yang dibutuhkan tanaman. Dampak lebih lanjut dapat menyebabkan hambatan dalam proses fotosintesis, konduktansi stomata, dan berbagai proses metabolisme lainnya. Toksisitas Zn menurunkan perkembangan tanaman, stabilitas struktural sel, serta menginduksi pada klorosis daun. Zn berlebih pada sel tanaman menyebabkan kerusakan oksidatif akibat terbentuknya reactive oxygen species (ROS) yang menyebabkan peroksidasi membrane lipid, hingga dalam kasus yang parah mengakibatkan kematian tanaman (Wisnubroto et al., 2024). Adapun gejala toksisitas Zn yang ditemui pada kelapa sawit berupa penurunan laju pertumbuhan tanaman yang ditandai dengan daun dan batang menjadi lebih pendek dan kurus, klorosis pada daun, serta nekrosis atau kematian jaringan yang ditandai dengan bercak-bercak coklat atau hitam.
ADVERTISEMENT
Pada kondisi optimal, keberadaan Zn mampu meningkatkan pertumbuhan sel-sel akar kelapa sawit, sehingga memperbaiki kemampuan tanaman dalam menyerap air dan hara. Berdasarkan hasil penenlitian yang dilakukan oleh Daljit et al. (2020) yang bertajuk “Effects of Copper and Zinc Application on the Oil Palm Root Morphology and Epidermis Cell Size” menunjukkan bahwa pertumbuhan akar terbaik berada pada aplikasi pupuk Zn dengan dosis 5,00 mg/pohon sawit. Hal tersebut ditandai dengan tingginya nilai panjang, luas permukaan, bobot segar, dan bobot kering akar. Penelitian ini cukup menjadi dasar bahwa keberadaan Zn pada kelapa sawit sangatlah penting guna menunjang pertumbuhan dan peningkatan produktivitasnya. Oleh sebab itu, strategi pemenuhan kebutuhan Zn bagi kelapa sawit penting untuk dilakukan. Salah satunya ialah melalui aplikasi pupuk yang mengandung Zn, seperti ZnSO4 (seng sulfat) atau ZnO (seng oksida) sesuai dosis yang dianjurkan berdasarkan uji tanah. Umumnya, pemberian pupuk ini dapat dilakukan melalui tanah (soil application) atau daun (foliar application). Pada beberapa kondisi tanah yang memiliki kadar Zn rendah atau kurang tersedia, aplikasi Zn melalui foliar application (penyemprotan pada daun) dapat menjadi solusi yang cukup efektif. Dengan metode ini, memungkinkan Zn dapat diserap langsung oleh tanaman secara lebih cepat. Selain penambahan pupuk Zn, petani sawit maupun pihak pengelola kebun perlu memastikan nilai pH tanah berada pada kisaran optimal (5,0-6,5) karena pada pH terlalu rendah atau terlalu tinggi, Zn dapat menjadi bersifat toksik dan tidak tersedia bagi tanaman. Dengan pemenuhan kebutuhan Zn yang seimbang, tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan optimal, menghasilkan tandan buah segar (TBS) yang lebih banyak dan berkualitas. Buah kelapa sawit yang cukup nutrisi Zn akan memiliki ukuran yang lebih besar, kadar minyak yang lebih tinggi, serta lebih tahan terhadap penyakit.
ADVERTISEMENT