Konten dari Pengguna

Tentang Taksonomi: Benarkah Tumbuhan Langka Sungguh-sungguh Langka?

Wita Wardani
Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi - BRIN
26 Mei 2024 14:08 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wita Wardani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apakah yang dimaksud dengan langka dan apa hubungannya dengan taksonomi? Mereka yang bekerja dengan biodiversitas atau biologi secara umum biasanya dengan cepat menggulirkan bola mata ketika mendengar kata taksonomi. Non biologiwan akan mengangkat alis karena mungkin seumur hidupnya tidak pernah mendengar kata-kata itu. Ilmu taksonomi sebenarnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ada tiga pengertian taksonomi dalam KBBI yang semuanya sama, berkenaan dengan penamaan. Dalam bidang biologi, cabang ilmu ini menelaah penamaan, pencirian dan pengelompokan makhluk hidup berdasarkan ciri atau sifatnya. Konsepnya mudah, bahwa segala yang bernama tentunya perlu dikenali dari ciri-cirinya. Nama-nama yang banyak kemudian dikelompokkan dengan tujuan agar manusia mudah mengingat dan mengomunikasikannya. Betapa repotnya manusia bila tumbuh-tumbuhan berguna tidak diberi nama. Setiap kali ingin menanyakan apakah kangkung ada di warung, maka harus dideskripsikan panjang-panjang sayur mana yang dimaksud.
ADVERTISEMENT
Betapapun sering suatu benda diberi nama yang berbeda, wujud dan sifatnya tidak berubah. Yang sering menjadi persoalan adalah orang-orang dari daerah yang berbeda dapat menerapkan nama yang berbeda untuk benda yang sama. Contoh yang sangat populer adalah kata “gedhang” dalam bahasa Jawa berarti pisang, sedangkan dalam bahasa Sunda kata “gedang” berarti papaya. Untuk tanaman pangan dan pertanian lainnya, hambatan komunikasi mungkin dapat dengan cepat teratasi bila diskusi dilanjutkan dengan pembahasan ciri-ciri utama. Namun ketika membahas tumbuhan yang lebih tidak populer maka diskusi menjadi sulit tersambung. Disinilah muncul peran nama ilmiah yang berakar pada bahasa latin, suatu bahasa mati yang diperkenalkan penggunaannya dalam pembicaraan ilmu alam pada abad pertengahan. Nama ilmiah dalam bahasa latin pada prinsipnya adalah konsensus penyebutan suatu organisme yang berlaku di seluruh dunia. Sejak Linnaeus memperkenalkan sistem binomial dalam bahasa latin, hingga kini penamaan organisme di level jenis menggunakan dua kata, yakni nama marga yang diiringi epitet-nya. Pala adalah Myristica fragrans, cengkeh adalah Syzygium aromaticum, jambu air adalah Syzygium aqueum, bunga bangkai adalah Amorpophallus titanium sedangkan padma raksasa adalaha Rafflesia arnoldii.
ADVERTISEMENT
Walaupun sistem penamaan sudah tersedia, masih terjadi penamaan yang berbeda untuk organisme yang sama atau sebaliknya. Hal ini disebabkan di masa lalu pertukaran informasi sangat lambat, belum ada alat komunikasi seperti sekarang. Sehingga tumbuh-tumbuhan yang persebarannya luas, dapat diberi nama oleh orang yang berbeda pada waktu yang berbeda dengan spesimen dari tempat yang berbeda. Seringkali timbul segudang pertanyaan bagi orang-orang di masa kini, penampakan sama, asalnya berbeda, namanya pun berbeda. Apakah mereka benar-benar entitas yang berbeda? Penggiat taksonomi adalah pihak yang berusaha menghimpun nama-nama yang berserakan itu, mengasosiasikan yang satu dengan yang lain, disusun pula bertingkat-tingkat sehingga terbentuk klasifikasi yang memudahkan kita mengingat, mengidentifikasi dan bertukar informasi mengenainya.
Kerja taksonomi tak kunjung selesai. Hal ini karena organisme di dunia ini sangat banyak dan ilmu terus berkembang. Setiap tahun ada saja yang menerbitkan jenis baru dan setiap dekade ada pula terobosan teknologi. Suatu jenis boleh jadi hanya diketahui dari lokasi penemuan awalnya. Belum ada laporan dari di daerah lain. Penelaahan taksonomi merupakan pemeriksaan intensif atas ciri-ciri kesamaan suatu kelompok jenis dari seluruh daerah persebarannya. Apabila suatu jenis yang unik beserta kerabatnya ditelaah secara taksonomi dengan pendekatan baru, akan ada beberapa kemungkinan yang terjadi. Hasil penelaahan dapat berujung pada reduksi nama-nama jenis karena terbukti sebagai jenis yang sama. Namun, ada pula kemungkinan pengembangan berupa tambahan jenis baru atau bahkan marga baru. Perubahan seperti ini sering membuat para pengguna mengeluh.
ADVERTISEMENT
Apa hubungan perubahan nama dan klasifikasi dengan kesahihan status tumbuhan langka? Suatu jenis dianggap langka ketika dia memenuhi beberapa kriteria, salah satunya adalah penyebarannya yang terbatas, hanya dari suatu wilayah tertentu dengan jumlah individu yang dapat dihitung jari. Jenis semacam ini tentunya pantas mendapat prioritas dalam aksi konservasi, memperoleh status perlindungan dan pendanaan. Banyak jenis yang saat ini dinyatakan “hanya diketahui dari lokasi tipe”, yakni lokasi tempat ditemukannya pertama kali. Jenis seperti ini sering langsung dianggap langka. Apabila belum ada taksonom yang menelaah kelompok ini dan mengonfirmasi bahwa jenis itu benar-benar terbatas, maka jenis tersebut belum dapat dipastikan sebagai jenis langka. Seandainya pun ditetapkan sebagai jenis langka, ketika di kemudian hari ada yang membuktikan kesamaan identitasnya dengan jenis lain, yang berarti persebarannya lebih luas dan tidak memenuhi kriteria langka, maka status langka harus dicabut. Hal ini akan berujung pada pembatalan pendanaan pula.
ADVERTISEMENT
Persoalan identitas dan persebaran tidak hanya merundung status kelangkaan tumbuhan. Lebih celaka lagi adalah pada pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat. Kurangnya keterampilan identifikasi dan penyematan nama pada suatu individu tumbuhan dan produknya dapat berujung pada penggunaan bahan yang tidak tepat dan tanpa khasiat yang diinginkan. Tidak jarang kita menemukan penawaran akar bajakah yang berkhasiat mengobati kanker. Namun penjual yang berbeda dapat mengirimkan bahan “akar” yang tidak nampak sama. Siapa yang dapat memastikan identitasnya? Bagaimana pula bila bahan tersebut digunakan dalam penelitian-penelitian obat tanpa memastikan kesahihan identitasnya? Benarkah dalam satu karung bahan seluruhnya betul-betul dari jenis yang sama? Belum lagi bila jenis berguna ini terlalu banyak dieksploitasi dari alam sehingga dikatakan orang “sudah langka” dan perdagangannya dilarang. Padahal mungkin yang diperdagangkan dari satu daerah berbeda dengan yang beredar di daerah lain, demikian pula kelimpahannya.
ADVERTISEMENT
Karena itu, berdayakanlah para taksonom. Mungkin mereka tidak serta merta dapat menyebutkan suatu nama hanya dengan melihat potongan kayu. Namun bila dipasok dengan contoh tumbuhannya sebelum panen, terdiri dari daun pada ranting, bunga dan buah, bersama foto habitat dan informasi-informasi yang berkaitan, besar kemungkinan taksonom yang sering melihat bermacam-macam spesimen awetan tumbuhan itu akan punya tebakan yang bermutu, atau lebih tahu kemana harus mencari bantuan yang lebih tepat. Mereka ada di universitas, di lembaga penelitian terbesar di negara ini, di LSM-LSM, ada pula yang tidak terafiliasi dengan institusi tertentu tapi aktif di dunia perbotanian di media-media sosial. Spesifikasi para taksonomi beragam, demikian pula tingkat pengalamannya. Seseorang yang awalnya sekedar tertarik namun rajin mempelajari suatu kelompok tumbuhan, di kemudian hari mungkin menjadi narasumber berjejaring luas yang selalu update dengan perkembangannya, termasuk perihal perubahan status taksonomi suatu jenis yang bisa menyebabkan makhluk langka tidak lagi langka atau sebaliknya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kita harus memperbanyak literasi, sehingga mampu mendeteksi informasi mana di dunia maya yang dapat dipercaya, mana yang “asbun” atau mungkin asal “copas”. Ada berbagai situs yang memuat informasi perihal tumbuhan. Bila kita berselancar menggunakan nama ilmiah, maka informasi yang ditampilkan mesin pencari akan lebih banyak dan lebih bermuatan ilmiah, meskipun belum banyak yang berbahasa Indonesia. Di negara maju, setidaknya yang berbahasa inggris, penggunaan nama latin disandingkan dengan nama umum telah menjadi kultur sehari-hari. Hobi berkebun dan menata taman membawa gengsi tersendiri, termasuk saat pemilik kebun dapat menyebutkan dengan fasih isi kebunnya dalam nama latinnya. Demikian pula para pemasok tanaman, mereka menjajakan dagangannya dengan nama latin berikut informasi lainnya seperti asal usul, preferensi habitat, syarat tumbuh, dan lain-lain. Bila ada penawaran jenis langka, pemirsa berliterasi akan dapat menilai kebenarannya, apakah tawaran tersebut sungguhan atau tipuan, apakah mengikuti ketentuan yang berlaku atau tindakan kriminal. Semoga di Indonesia ini orang-orang segera terbiasa dengan informasi ilmiah dan lebih berliterasi. Pada gilirannya nanti, masyarakat canggih seperti ini akan berkontribusi pada pengembangan pemanfaatan kekayaan botani yang berkelanjutan sekaligus menjaga kelestarian alamnya.
Tegakan induk gaharu Aquillaria malaccensis yang berstatus kelangkaan "genting" (endangered) di tengah kebun campuran yang berubah menjadi kebun sawit. (Sumber: dokumen pribadi)