Konten dari Pengguna

Jejak Kaki Srikandi Ibu Pertiwi di Bumi Kandung Widya Warapsari

10 Maret 2017 20:08 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wiwied Jolor tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jikalau orang bijak berkata "hidup adalah pilihan" maka aku memilih menjadi seorang polisi wanita untuk melanjutkan ukiran cerita dikehidupanku.
Jejak Kaki Srikandi Ibu Pertiwi di Bumi Kandung Widya Warapsari
zoom-in-whitePerbesar
Pagi yang tak pernah terbayangkan olehku sebelumnya. Letusan peluru hampa yang berdesing mengiangi telinga, ditambah dengan teriakan pengasuh nan lantang kala itu.
ADVERTISEMENT
Lembaran dan babak kehidupan dimulai. Inilah kami siswa Seba Polwan ( polisi wanita). Bangga ketika pertama kali lolos untuk menginjakkan kaki di bumi kandung widya warapsari, yang diinginkan oleh seluruh wanita Indonesia yang mendaftar saat sleksi tes ini. Bercampur aduk rasa dihati, senang, gembira, kaget, sedih, karena ini adalah merupakan pengalaman pertamaku, namun rasa dihati bercampur itu jauh lebih menguatkanku untuk mampu menjalankan pendidikan ini, karena aku sadari bahwa kesempatan ini tidak semua wanita bisa berada dan berdiri disini (red-bumi Widya warapsari).
Hari pertama tiba , masih tersisa 208 hari yang harus aku dan rekan-rekan yang akan dilalui bersama. Masih sangat jauh untuk menggapai cita-cita, masih banyak pelajaran belum dan akan aku dapatkan.
ADVERTISEMENT
Disini tidak ada yang peduli siapa, dari mana dan siapa orangtua dan sebagainya. Tidak ada perbedaan atau yang membedakan baik suku ras dan agama. Yang ada hanya adalah dari sabang sampai marauke menjadi satu yaitu calon abdi negara Republik Indonesia yang melayani, melindungi, dan mengayomi masyarakat. Yang datang benar-benar meniatkan diri untuk ditempa menjadi Bintara Tugas Umum yang siap menghadapi tantangan tugas yang cukup berat.
Tak pernah ada sedikitpun keraguan dalam menapakkan langkah kaki ini setapak-demi setapak di bumi widya warapsari untuk menjalani pendidikan dengan tekad yang bulat karena niat ikhlas serta doa orang-orang tersayang dikampung halaman sana selalu mengiringi setiap langkahku.
Perjalan ini dimulai dari 0 (nol), fisik, mental dan akademik serta kemampuan emosional diri dalam melaksanakan kegiatan ini digodok menjadi satu. Tak peduli pagi, siang ataupun malam, panas atau hujan kami semua tetap berlatih utuk membentuk fisik yang sehat mental yang kuat dengan keimanan dan ibadah tetap dilaksanakan, sehingga motto yang kami miliki adalah "Tiada hari tanpa latihan".
ADVERTISEMENT
Ransel, Senjata laras panjang dan helm baja itu adalah perlengkapan yang selalu setia dalam membentuk postur tubuh serta selalu menjadi teman sejati, serta selalu menemani setiap langkah kegiatanku setiap hari.
Di kawah candra dimuka widya warapsari kami tanpa disadari melatih diri ini untuk selalu berfikir sebelum bertindak, karena akan selalu ada tindakan /konsekuensi bagi yang melakukan kesalahan/ melanggar.
Ternyata hal ini untuk menenpa diri guna kesiapan dalam melaksanakan tugas zero kesalahan dalam menghadapi dan memberikan pelayan kepada masyarakat, ini adalah proses, setiap yang melakukan kesalahan akan dibenarkan, yang tidak tahu akan diajarkan, ternyata lembaga ini memberikan kebaikan-kebaikan dan nilai positif guna menghasilkan insan bhayangkara polisi wanita yang siap menghadapi tantangan tugas masa depan…
ADVERTISEMENT
Namun tindakan yang diberikan oleh pengasuh – pengasuh yang begitu disipli, tegas dan correct, tidak menghalangi keinginan untuk menggapai cita-cita menjadi seorang Polisi Wanita, keberanian dalam mencoba materi pelajaran yang sulit pun, karena tetap ada , karena penghargaan diberikan bagi yang melaksanakan /berkarya.
Kejujuran selalu kami junjung tinggi disini, karena negara ini akan hancur jika hanya dihuni oleh mereka yang pintar namun tidak memiki kejujuran.
Kami tidak bisa menjadikan negara ini menjadi lebih baik sebelum kami bisa merubah diri kami menjadi lebih baik terlebih dahulu sebelumnya.
Kejujuran selalu kami junjung tinggi disini, karena negara ini akan hancur jika hanya dihuni oleh mereka yang pintar namun tidak memiki kejujuran.
ADVERTISEMENT
Kami tidak bisa menjadikan negara ini menjadi lebih baik sebelum kami bisa menjadikan diri kami lebih baik dari sebelumnya terlebih dahulu.
Ribuan butir peluh keringat lelahku telah mengalir dikulit nan hitam mengkilat ini.
Derap langkah yang serentak kembali menguatkanku semangat dikala rindu akan rumah mengiangi.
Dekapan hangat para pengasuh yang menjadi pengganti dikala rindu orang tua mengelabui hati. Tak ada kata bosan dan lelah bagi mereka untuk selalu membimbing kami agar kelak menjadi Polwan yang Profesional, Modern dan Terpercaya.
Rangkulan dan genggaman tangan satu sama lain yang membuat kami kuat. Ketika rasa lelah dan ingin mundur menghantui namun dukungan dari pengasuh, rekan-rekan seperjuangan ini yang membuatku kuat kembali.
Suka duka kami lalui bersama, canda tawa kami ukir bersama.
ADVERTISEMENT
Hari demi hari berlalu, semua berlalu dengan makna, dengan kenangan yang tetap melekat erat dibenakku.
Sudah sangat banyak pelajaran yang ku dapatkan disini, yang tak mungkin sanggup kucurahkan dalam tulisan ini.
Sudah 7 bulan tak kutatap secara nyata wajah kedua orangtua ku, hingga hari bahagia yang kutunggu pun tiba.
Darah ini mengalir deras ketika ku lirik wajah orangtuaku pagi itu. Kulihat senyum bahagia dan bangga yang merekah diwajah mereka melihat putri manjanya telah berubah menjadi putri negara.
Hingga akhinya kami semua bisa memeluk kembali kedua orang tua kami.
Hanya Isak tangis bahagia yang membanjiri lapangan hitam yang selama ini menjadi saksi bisu perjalanan kami.
Terimakasih Bumi kandungku "Widya Warapsari" engkau telah melahirkan kami sebagai anak negara ibu pertiwi. Aku salah satu dari ribuan yang bangga menjadi bagian darimu, Sekolah Polisi Wanita.
ADVERTISEMENT