Seperti Jadwal Makan, Bayi Saya Juga Punya Jadwal Menyusu

Esmasari Widyaningtyas
Lifestyle Blogger. Former journalist. Skincare Addict. K-Drama Fans
Konten dari Pengguna
21 Agustus 2018 14:56 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Esmasari Widyaningtyas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Seperti Jadwal Makan, Bayi Saya Juga Punya Jadwal Menyusu
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Dulu saya mengira fase mengandung 9 bulan dan melahirkan adalah babak tersulit yang harus saya lalui untuk jadi seorang ibu. Tapi tidak, perjuangan berikutnya baru saja dimulai. Perjuangan untuk menyusui!
ADVERTISEMENT
Menyusui adalah proses yang indah namun membutuhkan keteguhan hati dan perjuangan.
Saya Wiwied, ibu rumah tangga dengan satu orang putera. Anak semata wayang itu, kami beri nama, Narendra yang berarti Raja.
Ya, dia adalah raja untuk saya. Sejak memiliki Narend, hidup ini seolah saya abdikan untuk kehidupannya. Memastikan Narend mendapat asupan nutrisi yang baik sejak awal kehidupannya adalah salah satu tugas saya sebagai ibu baru. Itu sebabnya, meski harus menahan sakit pasca melahirkan dengan operasi C-Sectio dan meski kami berdua harus melalui penyesuaian yang cukup dramatis saat kali pertama bertemu muka, saya tetap bertekad untuk terus memberinya ASI.
Proses melahirkan saya saat itu sangat panjang dan boleh dibilang cukup sulit. Saya melalui masa kontraksi hingga lima hari dan melahirkan di hari keenam. Di tengah persalinan, saya bahkan sempat pingsan karena terlalu lemah dan tidak kuat menahan sakit. Dokter dan keluarga lantas mengambil keputusan darurat untuk melakukan operasi C-Section.
ADVERTISEMENT
Saya tidak sempat melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) saat melahirkan Narend. Karena saat terlahir dia tidak langsung menangis, dokter memberi penanganan khusus dan melakukan observasi selama beberapa hari. Setelah 24 jam melahirkan, saya baru diberi kesempatan bertemu anak saya.
Saya membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk menyesuaikan diri dengan peran sebagai ibu baru. Salah satunya adalah dengan penyesuaian jadwal menyusui, yang tak diduga ternyata cukup menyita waktu dan tenaga.
Ya, saya cukup beruntung karena produksi ASI pasca melahirkan cukup lancar dan cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan Narend. Di hari-hari pertamanya, dia bisa menyusu hampir tiap dua atau tiga jam sekali. Durasinya juga nggak terlalu lama. Saya jadi punya sedikit waktu untuk beristirahat memulihkan diri. Kata bidan, itu karena daya tampung perut bayi masih kecil. Seiring bertumbuh, intensitas dan durasi menyusu-nya juga makin besar karena ia membutuhkan lebih banyak ASI.
ADVERTISEMENT
Benar saja. Di minggu-minggu berikutnya, intensitas dan kuantitas menyusui Narend ternyata makin meningkat. Durasi menyusu pun makin lama. Dan tentu saja, dia suka berlama-lama tidur dalam gendongan atau pelukan ibunya. Bukan berarti saya tidak suka menghabiskan waktu dengan anak, namun berbagai kewajiban rumah tangga dan urusan pekerjaan kan juga tetap harus diurus.
Ibu-ibu lain tentu paham dengan situasi ini, saat kita harus makan terburu-buru saat anak tiba-tiba menangis, ingin menyusu. Atau saat kita harus mandi super kilat karena bayi ingin menyusu lagi. Luar biasa rasanya.
Sejak awal, sebenarnya saya tidak berniat untuk membatasi durasi atau intensitas menyusui. Kapanpun Narend mau menyusu, saya akan langsung memberi. Dan karena pekerjaan bisa dilakukan dari rumah, saya tidak pernah memerah ASI. Narend bisa menyusu langsung dari payudara, kapanpun dia mau.
ADVERTISEMENT
Toh begitu, saya pikir ada baiknya juga mengatur waktu menyusui. Supaya kami berdua sama-sama senang. Prinsip utama saya adalah Narend harus menyusu sampai kenyang. Jadi, kami berdua punya tiga waktu wajib untuk menyusu.
Pertama, pagi hari setelah mandi. Biasanya dia menyusu sampai puas dan tertidur. Nah, setelah ia tidur saya sempatkan mengurus beberapa pekerjaan rumah, membersihkan diri dan makan.
Kedua, sore hari setelah mandi. Sekali lagi, biasanya menyusu selepas mandi ini membuat ia tertidur dan saya pun punya waktu untuk membersihkan diri dan makan.
Ketiga, malam hari menjelang tidur. Aktivitas saya di malam hari biasanya tidak terlalu banyak. Sesekali mengerjakan artikel, itupun bisa dilakukan di kamar. Jadi saya selalu stand by kapan pun Narend mau menyusu. Kalau ia ingin menyusu saat tidur, biasanya kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan, mungkin mencari payudara ibunya. Setelah menyadari kebiasaannya saat lapar itu, saya biasanya langsung gerak cepat menyusui dia. Jangan sampai tunggu dia nangis, karena pasti butuh lama sampai dia kembali tenang. Kalau langsung diberi ASI, Narend akan langsung tertidur kembali.
ADVERTISEMENT
Selain waktu-waktu wajib menyusu itu, saya juga masih membebaskan Narend untuk menyusu kapan pun dia mau. Namun dengan pengaturan semacam ini, durasi menyusu Narend diluar “waktu wajib” biasanya tidak terlalu lama dan saya sebagai ibu, memiliki waktu yang cukup untuk mengerjakan aktivitas lainnya. Saya nyaman, Narend pun senang.
Bagaimanapun, saya kan juga harus tetap menjaga diri dan asupan makanan supaya kualitas ASI tetap baik. Makanya selain mengonsumsi makanan yang bernutrisi selama menyusu, saya juga rutin mengonsumsi susu menyusui. Yah, kita sama-sama tahu lah, menyusui itu membuat ibu cepat lapar karena harus berbagi nutrisi dengan anak. Makanya, saya pilih susu menyusui dengan kandungan nutrisi yang pas. Seperti misalnya mengandung Kalsium, Zat Besi, serat pangan yang penting untuk saluran cerna, vitamin B Kompleks yang penting untuk pembentukan energi guna memproduksi ASI, serta mengandung Gangliosida (GA) dan DHA yang baik untuk perkembangan otak anak.
ADVERTISEMENT
Begitulah, dengan pengaturan waktu menyusui dan nutrisi yang cukup, saya akhirnya berhasil memberi ASI eksklusif untuk Narend. Dan terus berlanjut hingga dia berusia 3 tahun. Iya, Narend memang menyusu lebih lama dari kebanyakan anak. Itu karena saya berusaha menerapkan weaning with love (WWL) untuk anak saya. Tidak ada olesan cairan pahit, tidak ada pemaksaan, hanya pengertian yang terus menerus hingga akhirnya Narend memutuskan untuk berhenti menyusu sendiri.
Semoga cerita saya ini berguna buat ibu-ibu diluar sana yang sedang berjuang menyusui buah hatinya. Tetap semangat menyusui ya.
Story ini berdasarkan pengalaman pribadi Ibu, konsultasikan ke dokter untuk keterangan lebih lanjut