Konten dari Pengguna

Interaksionisme Simbolik dalam Pendidikan

Wiwit Putra Bangsa
Bekerja sebagai ASN di Bapas Purwokerto sebagai Pembimbing Kemasyarakatan. Menulis Buku Orang-orang Tersesat (Aglitera, 2021). Cerpennya terpublikasikan di beberapa media. Puisi Liana menjadi juara satu kompetisi online tingkat nasional (2023)
3 Oktober 2024 8:42 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wiwit Putra Bangsa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pendahuluan
Saya masih mengingat momen SMA di mana ada guru dengan julukan guru ‘killer’. Bagi kami para siswa, jangan sampai mencari masalah dengan guru ‘killer’ itu. Entah siapa yang mengawali sebutan itu, sebutan itu adalah turun temurun dari kakak kelas. Memang dari perawakan, guru itu terlihat tegas. Jika mengajar tidak lupa dia membawa penggaris kayu yang ukurannya 1 meter, membuat suasana kelas menjadi hening. Kami, mau tidak mau duduk diam, memperhatikan guru, menyiapkan jawaban jika tiba-tiba ditanya guru itu walaupun sebenarnya kami sibuk dengan pikiran masing masing.
ADVERTISEMENT
Lalu apa hubungannya dengan interaksinisme simbolik? Interaksionisme simbolik adalah salah satu teori dalam sosiologi yang dikembangkan oleh George Herbert Mead dan Herbert Blumer. Teori ini menekankan pada pentingnya interaksi sosial dan simbol dalam membentuk makna dan realitas sosial. Dalam konteks pendidikan, interaksionisme simbolik berfokus pada bagaimana interaksi antara guru, siswa, dan lingkungan sekolah menciptakan makna-makna tertentu yang memengaruhi proses pembelajaran, hubungan sosial, dan identitas siswa.
Konsep Utama Interaksionisme Simbolik
1. Simbol dan Makna:
Setiap individu berkomunikasi dan berinteraksi menggunakan simbol, seperti bahasa, gesture, dan tanda-tanda lainnya. Dalam pendidikan, simbol ini bisa berupa cara guru berbicara, ekspresi wajah, hingga cara siswa menanggapi. Proses pembelajaran terjadi ketika siswa memberikan makna pada simbol-simbol tersebut.
ADVERTISEMENT
2. Proses Sosialisasi:
Sosialisasi di sekolah terjadi melalui interaksi antara siswa dengan guru dan siswa lainnya. Selama proses ini, siswa belajar bagaimana menginterpretasikan simbol-simbol, norma, dan nilai yang ada di lingkungan sekolah. Misalnya, bagaimana perilaku siswa di kelas diatur oleh norma-norma yang dikomunikasikan oleh guru.
3. Identitas dan Peran Sosial:
Interaksionisme simbolik juga menekankan bahwa identitas individu dibentuk melalui interaksi sosial. Di sekolah, interaksi antara siswa dan guru berperan dalam pembentukan identitas akademik dan sosial siswa. Guru dapat berperan dalam memperkuat atau meruntuhkan rasa percaya diri siswa melalui komunikasi dan interaksi yang mereka lakukan di kelas.
Penerapan Interaksionisme Simbolik dalam Pendidikan
1. Peran Guru sebagai Pemberi Makna:
ADVERTISEMENT
Guru tidak hanya bertugas memberikan materi pelajaran, tetapi juga berperan dalam membentuk makna melalui interaksi sehari-hari dengan siswa. Misalnya, ketika guru memuji seorang siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dengan benar, ia memberi makna positif pada keberhasilan akademik tersebut, yang memotivasi siswa lain untuk berusaha lebih baik.
2. Labeling dalam Pendidikan:
Salah satu contoh nyata interaksionisme simbolik adalah teori pelabelan (labeling). Di sekolah, siswa sering kali diberi label seperti “pintar” atau “nakal” berdasarkan interaksi mereka dengan guru dan sesama siswa. Label ini dapat memengaruhi cara siswa melihat dirinya dan dapat berdampak pada prestasi akademik. Seorang siswa yang dilabeli “nakal” mungkin merasa bahwa ia tidak mampu berprestasi dan akhirnya memenuhi label tersebut.
ADVERTISEMENT
3. Pentingnya Interaksi Peer:
Foto oleh Wasio Kadir: https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-laki-laki-lelaki-bendera-10489236/
Dalam kehidupan sehari-hari, interaksi antara siswa memainkan peran penting dalam membentuk makna tentang diri mereka dan lingkungan. Misalnya, siswa yang dianggap populer mungkin memiliki pengaruh lebih besar di antara teman-temannya, dan ini dapat memengaruhi dinamika sosial serta prestasi mereka di sekolah.
Contoh Nyata di Kehidupan Sekarang
Di era sekarang, interaksi simbolik di sekolah juga bisa terlihat melalui penggunaan media sosial. Guru atau sekolah yang aktif berinteraksi dengan siswa melalui platform online memberikan simbol baru yang relevan dengan kehidupan siswa saat ini. Misalnya, sekolah yang memberikan pujian atau penghargaan di media sosial atas prestasi siswa menciptakan makna bahwa penghargaan publik ini penting, yang dapat memotivasi siswa lain untuk berprestasi.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, label yang diberikan oleh guru di lingkungan sekolah atau melalui interaksi daring bisa sangat berpengaruh. Jika seorang siswa dianggap “kurang aktif” atau “tidak peduli” karena interaksinya yang sedikit di kelas online, siswa tersebut bisa mulai merasa dirinya kurang kompeten. Ini menunjukkan bahwa simbol dan makna tidak hanya terbentuk di kelas fisik, tetapi juga dalam interaksi digital.
Kesimpulan
Interaksionisme simbolik memberikan pemahaman bahwa proses pendidikan bukan hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga tentang pembentukan makna melalui interaksi sosial. Simbol-simbol yang digunakan oleh guru, siswa, dan lingkungan sekolah berperan besar dalam menentukan identitas dan pengalaman belajar siswa. Oleh karena itu, penting bagi para pendidik untuk menyadari bahwa setiap interaksi yang terjadi di sekolah membawa makna yang dapat memengaruhi perkembangan siswa baik secara akademik maupun sosial.
ADVERTISEMENT