Konten dari Pengguna

Kelas Sebagai Humanisasi dan Pembebasan

Wiwit Putra Bangsa
Bekerja sebagai ASN di Bapas Purwokerto sebagai Pembimbing Kemasyarakatan. Menulis Buku Orang-orang Tersesat (Aglitera, 2021). Cerpennya terpublikasikan di beberapa media. Puisi Liana menjadi juara satu kompetisi online tingkat nasional (2023)
23 Oktober 2024 17:52 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wiwit Putra Bangsa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apakah ketika belajar di sekolah kita merasakan hal-hal seperti, bosan, tidak aktif di kelas, pasif karena hanya mendengan pengajar saja, mengantuk, seperti dipaksa mendengar guru mengajar seolah belajar hanya berfokus pada pengertian kata-kata saja. Jika iya, maka pemikiran Freire tentang pendidikan cukup relevan. Hal itu dibahas oleh tokoh pendidikan dari Brazil bernama Paulo Freire. Ia berpendapat sistem pendidikan telah menjadikan guru sebagai pemeran utama sementara murid harus menerima apapun yang disampaikan oleh gurunya.
ADVERTISEMENT
Freire menyebut pendidikan seperti ini sebagai “pendidikan bank” di mana guru sebagai nasabah yang akan mengisi, dan siswa adalah rekening kosong yang siap diisi. Freire bersikeras bahwa Perjuangan untuk membawa martabat ke praktik mengajar adalah bagian dari kegiatan mengajar seperti halnya rasa hormat dirinya sendiri, dan haknya untuk menjadi. Pengalaman pendidikan selalu sama, guru ke siswa, yang tahu ke yang tidak tahu, yang kuat ke yang tidak berdaya.
Permasalahannya adalah, pengajaran di lembaga pendidikan harus terikat dengan kurikulum yang ada. Pemerintah telah menyusun kurikulum pendidikan sebagai pakem menuju pada arah yang jelas
Foto hanya ilustrasi diambil dari ROMAN ODINTSOV: https://www.pexels.com/id-id/foto/duduk-lensa-mencari-anak-12719278/
menurut pemerintah. Tetapi, pada praktiknya apakah transformasi ini berjalan dengan benar? Atau penyampaian malah terputus, sehingga jalannya pendidikan hanya sebatas laporan pelaksanaan tugas, guru menyampaikan, dan siswa menjadi robot.
ADVERTISEMENT
Pendagogi Humanisme
Istilah, humanisasi adalah hubungan yang diinginkan antara siswa dan guru dan akhirnya antara semua orang; hubungan yang dibangun atas dasar saling percaya menghormati dan kebebasan yang di mana kebutuhan murid untuk belajar dengan berbagai ilmu pengetahuan dan ketauladanan akhlak yang baik dapat terpenuhi dengan baik. Contoh humanisasi dalam dunia Pendidikan adalah menusiakan manusia dalam hal ini sikap dan tindakan berdasarkan nilai-nilai dan norma yang diajarkan oleh guru kepada siswa, kemudian membangun hubungan antara guru dan siswa.
Pedagogi kritis Freire menggabungkan beberapa ide filosofis Salah satunya adalah agar filsafat mendapat perhatian dalam pendidikan guru dan pemahaman kompleksitas pedagogi Freire membutuhkan penjelasan dan eksplorasi. Jika ide-idenya ingin diterapkan secara efektif di ruang kelas, maka guru memerlukan pemahaman filosofi yang mendukungnya perspektif.
ADVERTISEMENT
Humanisasi dan demokrasi merupakan elemen mendasar dalam pedagogi Paulo Freire. Keduanya tidak hanya sekadar konsep teknis yang dapat diterapkan secara mekanis, melainkan harus diinternalisasi dan diwujudkan dalam praktik pengajaran sehari-hari. Dalam pendekatan ini, humanisasi berarti menghargai martabat setiap individu, sedangkan demokrasi melibatkan partisipasi aktif dan dialog terbuka antara pendidik dan peserta didik. Oleh karena itu, ruang kelas bukan hanya tempat untuk transfer pengetahuan, melainkan juga arena untuk membangun kesadaran kritis dan pemberdayaan bersama, di mana teori dan praktik saling meengkapi.
Perlawanan Siswa
Paulo Freire mendorong siswa untuk mengembangkan pemikiran kritis yang mandiri dengan mempertanyakan nilai-nilai dominan dan struktur sosial yang mengendalikannya. Pendekatan ini mengundang siswa untuk terlibat secara intelektual dengan konsep-konsep melalui refleksi kritis terhadap sejarah dan realitas sosial mereka. Dengan menjadi reflektor kritis, siswa terbiasa menganalisis dunia di sekitar mereka, sekaligus menekankan pentingnya peran manusia dalam membentuk masa depan.
ADVERTISEMENT
Pendekatan ini menuntut siswa untuk mempertanyakan dampak politik dan ideologis dari semua pengetahuan yang mereka terima. Misalnya, mereka dapat bertanya, 'Siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan oleh ilmu ini?' Melalui analisis kritis seperti ini, siswa tidak hanya memahami realitas sosial dengan lebih dalam, tetapi juga mengenali mekanisme penindasan dan pembebasan yang bekerja di dalamnya.
Sayangnya, sebagian besar sekolah kontemporer bukanlah pendidikan semata, tetapi hanya memberikan sarana untuk kredensialisasi yaitu:
ADVERTISEMENT
pemikiran Paulo Freire menawarkan pandangan yang mendalam tentang pentingnya transformasi pendidikan yang humanis dan demokratis. Pendidikan tidak seharusnya menjadi proses pasif di mana siswa hanya menerima informasi secara mekanis; sebaliknya, harus menjadi ruang yang hidup untuk refleksi kritis, dialog, dan pemberdayaan. Dalam dunia yang semakin cepat berubah, pendekatan Freire memberikan kerangka untuk menjadikan siswa tidak hanya sebagai penerima pengetahuan, tetapi sebagai agen aktif yang mampu memahami, mempertanyakan, dan membentuk realitas sosial mereka. Dengan demikian, pendidikan bukan lagi sekadar sarana untuk memperoleh ijazah, melainkan alat yang membebaskan dan memanusiakan.
Lalu menurut saya, cara untuk mengkritik sistem pendidikan kita mengacu pemikiran Freire adalah, apakah kita mengantuk karena bosan ketika guru menjelaskan pelajaran di kelas?
ADVERTISEMENT