Konten dari Pengguna

Siska, Sosok Perempuan Minoritas yang Selalu Ceria

Rafi Wijaya
Salah satu mahasiswa Program Studi Jurnalistik, Politeknik Negeri Jakarta
12 Maret 2021 19:30 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rafi Wijaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
source: papers.co
zoom-in-whitePerbesar
source: papers.co
ADVERTISEMENT
Bertemu kawan baru di kampus menjadi hal yang menyenangkan. Terutama dunia kuliah yang sangat di tunggu-tunggu oleh siswa kelas 12 SMA. Karena di masa kuliah kita dapat menemukan sosok kawan yang sangat berbeda dibanding pada masa SMA. Terlebih lagi banyak mahasiswa yang berasal dari daerah.
ADVERTISEMENT
Seperti layaknya Siska yang merupakan seorang perempuan berkuliah di Politeknik Negeri Jakarta, namun tinggal di Bogor. Siska bukan merupakan asli penduduk Bogor, melainkan berasal dari Sumatera Utara dengan keturunan Suku Batak.
Baginya untuk tinggal di sebuah kota yang masih asing merupakan hal yang cukup berat. Siska merasa keberatan saat beradaptasi dengan lingkungan, budaya, dan pergaulan barunya. Namun hal tersebut harus dilewati, walaupun ia masih rindu dengan kawan sebayanya di tempat tinggal lamanya di Medan.
Siska juga merupakan seorang perempuan minoritas di kelas kuliahnya. Hanya dirinya yang beragama non-islam. Terlepas dari itu ia juga memiliki banyak teman di kelasnya, sehingga hal tersebut yang selalu membuatnya tersenyum bahagia.
Gadis kelahiran 2001 itu tidak pernah merasa terpinggirkan bahkan terkucilkan. Perbedaan kepercayaan bukan menjadi penutup jalannya untuk menuju kesuksesan. Hal itu selalu terbukti dari tiap kali ia bercengkrama dengan kawan kawannya. Ia selalu tersenyum manis, tertawa bahagia setiap kali ia bersama kawan kawan dekatnya.
ADVERTISEMENT
Ia selalu bisa menjadi sosok kawan yang baik, walaupun terbilang sulit untuk beradaptasi dengan orang baru. Teman-temannya juga tidak pernah mempermasalahkan kepercayaan perempuan bogor itu. Semua kawannya nyaman memiliki sosok teman seperti Siska. Bahkan ketika ia memiliki pandangan yang berbeda, tidak ada satu pun kawannya yang mudah untuk membencinya.
Ia memiliki prinsip hidup kita harus bekerja keras, karena baginya dengan bekerja keras kita akan bahagia pada 20 tahun yang akan datang. Sehingga, target dan cita-cita akan tercapai dengan semestinya. Seperti dirinya yang memiliki cita cita besar menjadi seorang Pembaca Berita.
Bahkan sang penulis merasa kagum dengan sosok dirinya. Tak hanya sosoknya yang anggun, sifat yang kuat pada dirinya membuat penulis memiliki pandangan lain.
ADVERTISEMENT
Perbedaan kepercayaan bukan berarti menghambat sebuah pertemanan, namun justru hal tersebut menjadi sebuah pendukung keeratan, persahabatan, dan kebersamaan.